Menilik Peran Kesultanan Cirebon, Sejarah Masuknya Islam dan Perkembangan Pesantren

Peran Kesultanan Cirebon, Sejarah Masuknya Islam dan Perkembangan Pesantren

Pecihitam.org – Tumbuh dan berkembangnya Pesantren-pesantren di Cirebon tidak lepas dari proses campur tangan Kesultanan Cirebon. Sehingga pesantren dan Kesultanan Cirebon mempunyai hubungan yang sangat erat terjalin sampai dengan hari ini.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

"Ingsun titip tajug lan fakir miskin" 
(Aku titip Mushola dan Fakir Miskin). -Sunan Gunung Jati Cirebon-

Menurut catatan babad cirebon Islam masuk di daerah Jawa Barat terjadi pada awal abad ke-14. Waktu itu Islam sudah masuk ke wilayah kerajaan Sunda dan kerajaan Galuh.

Dalam periode awal penyebar Islam yang menjadi tokoh penting di Jawa Barat adalah Syekh Quro (Syekh Hasanuddin) yang kemudian Menetap di karawang dan Syekh Nurjati (Syekh Datuk Kahfi) yang kemudian menetap di Amparan jati cirebon.

Syekh Hasanuddin lebih dikenal dengan nama Syekh Quro. Beliau merupakan guru dari orang tua sunan gunung jati. Bahkan berawal dari pesantren yang didirikan oleh Syekh Quro kemudian berdampak pada kebangkitan Islam di Cirebon.

Saat itu ada murid Syekh Quro yang bernama Subang larang yang merupakan putri dari Ki Gede Tapa dari singapura di pesisir timur laut jawa.

Saat itu Maha Prabu Siliwangi mengunjungi daerah kekuasaannya kemudian tertarik akan kecantikan Subang Larang dan kemudian menikahinya, dari pernikahan subang larang ini lahirlah Pangeran Walangsungsang, Dewi Rarasantang, dan Pangeran Rajasengara. Dari Dewi Rarasantang (Syarifah Mudaim) inilah Sunan gunung jati lahir.

Baca Juga:  Ketika Virus Mujassimah Melanda Pengikut Madzhab Hanbali

Berbeda dengan Syekh Quro yang berasal dari Campa, Syekh Datuk Kahfi berasal dari Baghdad (Irak). Syekh Datuk Kahfi berperan juga dalam melanjutkan peran dalam membimbing keluarga Prabu Siliwangi untuk mendalami ajaran Agama Islam dan membuka pesantren (Padepokan) di Amparan jati Cirebon.

Nama Asli Syekh Datuk Kahfi adalah Syekh Idlofi. Namun Shekh Datuk kahfi banyak memiliki nama yang diberikan oleh Masyarakat. Diantaranya adalah Syekh Datul Kahfi (Karena disebut sering melakukan tirakat didalam Gua) dan Syekh Nurjati.

Adapun yang kemudian berperan besar dalam penyebaran Islam di Cirebon selain Syekh Datuk kahfi sendiri yakni dua muridnya yaitu Raden Walangsungsang dan Dewi Rarasantang.

Walangsungsang menyebarkan Islam di Cirebon atas restu dari dua gurunya yakni Syekh Datuk Kahfi dan Begawan Danuwarsih yang merupakan pendeta Budha yang sangat dihormati ditanah pasundan.

Suatu ketika Raden Walangsungsang dan Dewi Rarasantang diperintahkan oleh Syekh Datuk Kahfi untuk menunaikan Ibadah Haji di mekah. Dalam perjalanan inilah Dewi Rarasantang bertemu dengan Maulana Sultan Mahmud (Syarif Abdullah) dari Mesir. Dari pertemuan itulah kemudian mereka menikah dan mempunyai Anak yakni Syekh Syatif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati).

Baca Juga:  Abu Ayyub Al-Anshari; Menjadikan Rumahnya Sebagai Tempat Singgah Nabi Ketika Hijrah

Sunan Gunung jati kemudian dinikahkan dengan Nyimas Pakungwati putri uwaknya swndiri Pangeran cakrabuana (Pangeran Walangsungsang) dengan Nyi Endang Geulis (Putri dari Begawan Danuwarsih). Sehingga kemudian diberikan tahta Kesultanan Cirebon dan menjadi Raja pertama dalam kesultanan Cirebon.

Selain dinobatkan sebagai penguasa Cirebon, Sunan Gunung jati juga diangkat menjadi Wali dalam Dewan wali yang ada di pulau Jawa. Pengangkatan Sunan Gunung jati oleh dewan wali ini untuk menggantikan Posisi Sunan Ampel.

Pada masa kepemimpinan Sunan gunung jati inilah daerah cirebon mengalami kemajuan yang pesat dalam berbagai bidang. Selain dalam bidang keagamaan juga berkembang pesat dalam bidang Politik, Sosial dan Ekonomi yang membuat makmur masyarakat Cirebon pada saat itu.

Dalam catatan Cerita Purwaka Caruban Nagari, disebutkan bahwa Wilayah Jawa Barat yang diislamkan oleh Sunan Gunung jati dimulai dari Cirebon sampai dengan daerah yang ada di Pegunungan diantaranya Majalengka, Kuningan Sampai Sumedang (Saat ini).

Untuk memperkuat Penyebaran Agama Islam, Sunan Gunung jati membuat Sentral Penyebaran Agama Islam di Cirebon. Mengikuti jejak Guru daripada Ibunya yaitu Syekh Nurjati.

Baca Juga:  Perbedaan dan Pertikaian Antara Ikhwanul Muslimin dengan Salafi Wahabi

Sunan Gunung jati juga membuat Padepokan-Padepokan Khusus untuk belajar Agama. Kemudian Padepokan-padepokan tersebut menjadi Pesantren-pesantren yang diteruskan oleh keturunannya.

Dari sini kita bisa melihat Bahwa keturunan dari Syekh Syarif (Sunan Gunung jati) selain meneruskan pemerintahan kesultanan cirebon banyak pula yang meneruskan untuk mengembangkan Pesantren di berbagai daerah yang ada di Cirebon.

Menurut keterangan dari Dr. KH. Miftah Faqih Benda Kerep mengatakan kalau lebih banyak keturunannya Sunan Gunung jati yang melakukan Syiar Agama dan Membangun Pesantren daripada Melanjutkan Pemerintahan dalam Keraton.

Seperti ‘Mbah Muqoyyim’ yang kemudian membangun pesantren Buntet dan ‘Mbah Soleh’ yang kemudian juga membangun pesantren Benda Kerep Kota Cirebon.

Demikian semoga bermanfaat bagi para pembaca. Tabik!

Fathur IM