Berikut Benih-Benih Pendidikan Islam Nusantara di Era Kesultanan Islam Aceh Darussalam

Berikut Benih-Benih Pendidikan Islam Nusantara di Era Kesultanan Islam Aceh Darussalam

Pecihitam.org- Kesultanan Islam Aceh Darussalam (1511-1874). Pada saat Kesultanan Pasai mengalami kemunduran, berdirilah sebuah kesultanan Malaka yang diperintah oleh Sultan Muhammad Syah.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Namun kesultanan ini tidak dapat bertahan pasca Sultan Muszaffar Syah (1450) yang mengalami kejayaan. Kesultanan Malaka pun akhirnya mengalami kemunduran akibat pengaruh Aceh.

Sejak saat itulah kesultanan di Aceh mulai berkembang. Kesultanan Aceh Darussalam yang diproklamasikan pada tanggal 12 Zulqaidah 916 H (1511 M) menyatakan perang terhadap buta huruf dan buta ilmu. Ini menandai tranformasi ilmu di kesultanan.

Secara kelembagaan, kesultanan islam Aceh Darussalam merupakan hasil merger antara Kesultanan Aceh di wilayah Barat dan Kesultanan Samudera Pasai di wilayah timur. Sebagai bukti, putra Sultan Abiddin Syamsu Syah diangkat menjadi raja dengan gelar Sultan Ali Mughayat Syah (1496-1528).

Kesultanan Aceh yang mulanya bukan merupakan kesultanan penting dibagian paling barat laut Sumatera, di bawah kekuasaan Sultan ‘Ali Mughayat Syah berhasil mempersekutukan berbagai kerajaan kecil yang terbelah secara tajam di kawasan utara Sumatera menjelang awal abad ke-16.

Baca Juga:  Siapa Saja Golongan Assabiqunal Awwalun Sahabat Nabi?

Aceh pada saat itu merupakan pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam di nusantara. Aceh memiliki para cendekiawan Islam kaliber internasional, sehingga banyak pelajar dari luar nusantara datang untuk studi ke Aceh.

Sebagai kesultanan, Aceh sekitar awal abad ke-16 M merupakan satu dari lima kesultanan besar dunia yang memiliki kerjasama di bidang ekonomi, politik, militer dan kebudayaan dengan kesultanan lain, seperti Imperium Usmani di Istanbul Turki, Kesultanan Maroko di Afrika Utara, Kesultanan Isfahan di Timur Tengah dan Kesultanan Agra di India.

Proyeksi di bidang pendidikan dalam kesultanan islam Aceh Darussalam ini terlihat dari beberapa lembaga negara yang mengurusi pendidikan, di antaranya adalah:

  • Balai Seutia Hukama merupakan lembaga ilmu pengetahuan, tempat berkumpulnya para ulama’, ahli pikir dan cendikiawan untuk membahas dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
  • Balai Seutia Ulama merupakan jawatan pendidikan yang bertugas mengurus masalah-masalah pendidikan dan pengajaran.
  • Balai Jama’ah Himpunan Ulama merupakan kelompok studi tempat para ulama’ dan sarjana berkumpul untuk bertukar pikiran membahas persoalan-persoalan pendidikan dan ilmu pendidikan.
Baca Juga:  Sunan Muria, Wali yang Rela Naik Turun Gunung Demi Berdakwah pada Rakyat Jelata

Sementara lembaga pendidikan itu sendiri memiliki beberapa bentuk, diantaranya adalah:

Pertama, Meunasah, adalah lembaga pendidikan Islam terendah. Meunasah berasal dari bahasa Arab “Madrasah”. Meunasah itu sendiri sering dijadikan tempat upacara keagamaan, penerimaan zakat dan kegiatan agama lainnya.

Meunasah terdapat di setiap kampung, berfungsi sebagai sekolah dasar,materi yang diajarkan yaitu; menulis dan membaca huruf Arab, ilmu agama, bahasa Jawi/Melayu, akhlak dan sejarah Islam.

Kedua, Rangkang, diselengarakan disetiap mukim, merupakan masjid sebagai tempat berbagai aktifitas ummat termasuk pendidikan. Rangkang adalah setingkat Madrasah Tsanawiyah. Materi yang diajarkan; bahasa arab, ilmu bumi, sejarah, berhitung, (hisab), akhlak, fiqh, dan lain-lain.

Ketiga, Dayah, terdapat disetiap daerah ulebalang dan terkadang berpusat di masjid, dapat disamakan dengan Madrasah Aliyah sekarang, Materi yang diajarkan; fiqh (hukum Islam), bahasa arab, tauhid, tasawuf/akhlak, ilmu bumi, sejarah/tata negara, ilmu pasti dan faraid.

Keempat, Dayah Teuku Cik, dapat disamakan dengan perguruan tinggi atau akademi, diajarkan fiqh, tafsir, hadits, tauhid (ilmu kalam), akhlak/tasawuf, ilmu bumi, ilmu bahasa dan sastra arab, sejarah dan tata negara, mantiq, ilmu falaq dan filsafat.

Baca Juga:  Inilah Strategi Dakwah Khulafaur Rasyidin yang Patut Diaplikasikan Para Dai Kekinian

Popularitas Kesultanan Aceh Darussalam di bidang pendidikan ini ditandai dengan tampilnya ulama/cendekiawan Islam kaliber dunia, seperti Hamzah Fansuri, Syekh Syamsudin Sumatrani, Syekh Nuruddin Ar Raniry dan Syekh Abdur Rauf Tengku Syah Kuala.

Malah untuk mengabadikan dan sumber spirit kebesaran mereka, nama mereka pun dijadikan nama perguruan tinggi, UIN Ar Raniry dan Universitas Syiah Kuala misalnya.

Mochamad Ari Irawan