Pecihitam.org- Dalam Sirah Nabawiyah karya Syeikh Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury, diceritakan sebuah kisah mengagumkan yaitu ketika masuk Islamnya Sayyidina Hamzah radhiallahu ‘anhu, paman Rasulullah SAW yang memeluk Islam pada saat situasi Makkah sedang memanas.
Saat Nabi Muhammad SAW dan para sahabat menderita akibat teror atas penindasan kaum musyrikin Quraisy,
Allah Ta’ala mencurahan secercah cahaya harapan dengan masuk islamnya Hamzah bin Abdul Mutthalib radhiallahu ‘anhu.
Hamzah adalah sosok pemuda yang dikenal gagah pemberani. Ia mempunyai kehebatan yang tidak dimiliki oleh sahabat yang lain, diantaranya ketangkasan memanah dan bermain pedang sambil menunggangi kuda. Beliaupun dijuluki Asadullah yang berarti Singa Allah.
Sayyidina Hamzah merupakan putra Abdul Mutholib, ia adalah paman Nabi Mumahammad SAW. Beliau masuk Islam di penghujung tahun ke-6 kenabian, tepatnya bulan Dzulhijjah.
Diceritakan dari budak perempuan yang bernama Jud ‘an, orang yang melihat langsung atas penganiayaan Abu Jahal atas Nabi Muhammad SAW. Suatu hari Abu Jahal melewati bukit Shafa, lalu dia bertemu dengan Nabi Muhammad SAW. Abu Jahal mencaci-maki dan memukuli tubuh Rasulullah SAW dengan batu di bagian kepala sehingga memar dan berdarah.
Setelah itu, Abu jahal pulang menuju tempat pertemuan kaum Quraisy di sisi Ka’bah dan berbincang dengan mereka. Budak perempuan Abdullah bin Jud’an yang berada di atas bukit Shafa menyaksikan peristiwa yang dialami Rasulullah SAW itu.
Di saat bersamaan, Hamzah pulang ke bukit Shofa hendak beristirahat dengan menenteng busur panah. Setelah beliau sampai, budak di bukit shofa bernama Jud’an tadi memberitahukan perihal perlakuan Abu Jahal tersebut.
Mendengar informasi yang diutarakan oleh Abdul bin Jud’an, ia bergegas pergi mencari Abu Jahal. Sehingga tidak peduli dengan orang yang menegurnya.
Paman Rasulullah SAW memanas atas perbuatan Abu Jahal. Segalanya disiapkan untuk memberi pelajaran kepada Abu Jahal, ia pergi ke masjid dan di situ bertemu dengan Abu Jahal sembari berkata: “Hai si hina!
Engkau berani mencaci-maki keponakanku padahal aku sudah memeluk agama Islam?”
Paman Rasulullah SAW memukuli dengan gagang busur panah yang dibawanya sehingga Abu Jahal terluka dan babak belur. Melihat perlawanan Hamzah kepada Abu Jahal, sebagian orang-orang dari Bani Makhzum (dari suku Abu Jahal) terpancing emosi.
Namun Abu Jahal mengakui kesalahannya. Ia juga merasa takut melerai dan berkata: “Biarkan Abu ‘Imarah (panggilan Hamzah)! Sebab aku memang telah mencaci-maki keponakannya dengan cacian yang amat jelek”.
Pada awal Islamnya Hamzah, sebagai pelampias rasa percaya diri seseorang yang tidak sudi dihina oleh tuannya. Namun kemudian Allah melapangkan dadanya, dan Abu Imarah kemudian menjadi orang yang berpegang teguh dengan Al-‘Urwatul Wutsqa sehingga masuk Islamnya Hamzah menjadi kebanggaan kaum muslimin.
Setelah Abu Imarah masuk Islam, kaum musyrikin Quraisy mulai mengurangi gangguan mereka terhadap Rasulullah SAW dan para sahabat. Mereka sadar paman Rasulullah SAW akan menjadi benteng/pelindung Nabi dan kaum muslimin apabila mereka meganggu.
Begitulah Allah meninggikan dan memuliakan derajat orang-orang yang dicintai-Nya, pasti pertolongan Allah SWT selalu ada untuk orang yang berjuang di jalan yang benar.
Namun pada masa perang Uhud, Sayyidina Hamzah syahid ketika itu. Beliau terbunuh oleh tombak Wahsyi, seorang budak Jubair bin Muth’im, yang diimingi bebas dari budak apabila bisa membunuh Hamzah.
Saat perang Uhud sudah mulai membaik, sahabat Shafiyah datang kepada Rasulullah. Sahabat menyampaikan, “Wahai Rasululloh SAW saat ini ada kabar duka”
Rasulullah menyahut, “Apa itu wahai Shafiyah?” “Saat ini Sayyidina Hamzah telah gugur di medan pertempuran di bunuh oleh Wahsyi”, jawabnya.
Mendengar perkataan itu, Rasululloh Saw bersedih dengan raut muka yang pucat. Beliaupun bertanya, “Berada di mana pamanku,” kata Rasul.
Tanpa memberi jawaban, sahabat Shafiyah langsung membawa Rasul ke tempat Hamzah terbaring dengan luka parah yang dialaminya sehingga beliau dinyatakan Syahid.
Nabi Muhammad SAW bersabda: “Seandainya saja Shafiyah tidak menemukan jasadnya, pasti dia akan meninggalkannya hingga Allah Ta’ala mengumpulkannya di perut binatang buas atau burung.”
Rasulullah SAW juga bersabda: “Penghulu para syuhada pada hari kiamat adalah Hamzah bin Abdul Mutthalib”
Ketika Sayyidina Hamzah wafat, turunlah ayat Al-Qur’an di mana Allah ‘Azza wa Jalla berfirman
وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا ۚ بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang terbunuh di jalan Allah ‘Azza wa Jalla mati, bahkan mereka hidup, di sisi Allah mereka diberi rezeki. (QS. Ali Imran:169)
Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu berkata: “Ayat ini turun berkenaan dengan wafatnya Hamzah radhiyallahu ‘anhu.
Demikian kisah masuk Islamnya Sayyidina Hamzah yang menjadi benteng Nabi Muhmmad SAW dan para sahabat sahabat untuk menyiarkan kebenaran. Semoga kita bisa memetik hikmah dan ikhtibar dari keteguhan beliau sang pembela Islam dan Rasulullah SAW.