Ketika Seorang Ahli Ibadah Dikalahkan Oleh Iblis

ahli ibadah

Pecihitam.org – Di suatu wilayah ada seseorang yang sudah cukup lama dikenal sebagai abid (ahli ibadah). Suatu ketika beberapa orang datang menemuinya seraya memberi tahu bahwa di dekat tempat itu ada segolongan orang yang bukan menyembah Allah tetapi menyembah pohon. Mendengar informasi demikian, Sang ‘abid marah. Kemudian dia mengambil kapaknya dan pergi menuju pohon dimaksud untuk menebangnya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Namun Iblis yang dirinya menyamar sebagai seorang Syekh dan menghadang langkah si ahli ibadah tadi.

“Ke mana kamu akan pergi,” tanya Iblis.

“Aku mau menebang pohon yang di jadikan sesembahan itu,” kata si ahli ibadah.

“Apa kepentinganmu dengan pohon itu? Kamu telah meninggalkan ibadah dan kesibukanmu dengan dirimu sendiri, lalu kamu meluangkan waktu untuk selain itu,” selidik Iblis.

“Ini merupakan bagian dari ibadahku juga,” jawab si ahli ibadah.

“Kalau begitu aku tidak akan membiarkanmu untuk menebangnya.”

Lalu Iblis menyerang sang ahli ibadah. Tanpa kesulitan sang ‘abid berhasil mengalahkan Iblis, membantingnya ke tanah dan akhirnya dapat menduduki dadanya.

“Lepaskanlah aku, agar aku bisa bicara padamu,” pinta Iblis.

Sang ‘abid pun berdiri. Lalu Iblis berkata:

“Wahai si ‘abid, sesungguhnya Allah telah melepaskan urusan ini darimu dan tidak mewajibkannya atasmu. Kamu tidak akan menanggung dosa orang lain. Allah pun mempunyai para nabi di segala penjuru bumi. Seandainya Allah menghendaki, niscaya dia akan mengutus mereka kepada para penyembah pohon ini dan memerintahkan mereka untuk menebangnya.”

Baca Juga:  Ketika Nabi Muhammad Saw Memerintahkan untuk Membunuh Ahli Ibadah

“Aku tetap harus menebangnya,” tutur ahli ibadah bersikukuh.

Iblis pun kembali menyerang si ‘abid. tetapi lagi-lagi dengan mudah si ‘abid dapat melawan Iblis, dibantingnya lagi ke tanah kemudian diduduki dadanya. Hingga akhirnya Iblis tidak berdaya lagi seraya berkata kepada sang ‘abid:

“Apakah kamu mau menerima solusi antara aku dan kamu yang lebih baik serta lebih bernilai manfaat bagimu.

“Apa itu?” Tanya sang ahli ibadah.

“Lepaskanlah aku suapaya aku dapat mengatakannya.”

Sang ‘abid pun melepaskannya. Lalu iblis berkata:

“Kamu adalah seorang laki-laki miskin. Kamu tidak memiliki apa-apa. Kamu hanyalah beban yang memberatkan manusia. Barangkali kamu akan berbuat baik kepada kawan-kawanmu, membantu tetangga-tetanggamu, dan tidak lagi membutuhkan orang lain.

“Benar,” si ‘abid mengiyakan.

“Pulang dan tinggalkanlah urusan ini. Setiap malam aku akan meletakkan beberapa dinar di bawah bantalmu. Lalu pagi hari kamu bisa mengambilnya dan membelanjakannya untuk dirimu dan keluargamu, serta kamu dapat menyedekahkan pada teman-temanmu. Hal tersebut akan lebih bermanfaat untukmu dan untuk kaum muslimin daripada menebang pohon yang disembah ini. Jika kamu menebangnya, hal itu tidak akan membahayakan mereka dan tidak pula bermanfaat bagi teman-teman muslimmu,” ujar Iblis menjelaskan.

Sang ‘abid mencermati apa yang dikatakan Iblis, kemudian berkata, “Syaikh ini benar. Aku memang bukanlah seorang nabi sehingga aku tidak wajib menebang pohon ini. Lagi pula Allah pun tidak memerintahkan aku untuk menebangnya sehingga aku tidak akan berdosa apabila membiarkannya. Dan apa yang disampaikannya memang lebih banyak manfaatnya.”

Baca Juga:  Abu Nawas; "Celakalah Orang-orang yang Shalat!"

Setelah itu, Iblis bersumpah dan berjanji kepada sang ‘abid akan memenuhi komitmennya itu. Sang ‘abid pun pulang ke tempat ibadahnya. Pada pagi harinya ia mendapati dua dinar di bawah bantalnya. Dia pun mengambilnya. Begitu pula pada keesokan harinya. Tetapi pada pagi hari ketiga dan pagi hari setelahnya dia tidak mendapati sesuatu apa pun. Merasa kecewa atas hal itu, si ‘abid menjadi marah lalu mengambil kapaknya. Iblis kembali menghadangnya dalam bentuk seorang Syekh.

“Mau ke mana kamu?”

“Aku akan menumbangkan pohon itu.”

“Demi Allah, kamu tidak akan mampu melakukannya. Dan kamu tidak akan mendapatkan jalan menuju pohon itu.”

Sang ‘abid menyergap Iblis sebagaimana ia melakukannya pada kejadian pertama.

“Tidak mungkin,” kata iblis.

Kemudian Iblis memukul sang ‘abid dan membantingnya. Dalam seketika dia menjadi seperti burung kecil tak berdaya di antara dua kaki Iblis. Iblis menduduki dadanya dan berkata, “Berhentilah dari urusan ini. Apabila tidak, aku akan membunuhmu.”

Kini sang ahli ibadah tidak punya kekuatan untuk melawan Iblis.

“Wahai Syekh, kamu sekarang telah mengalahkanku. Lepaskanlah aku dan beritahukanlah kepadaku mengapa dulu aku bisa mengalahkanmu, tapi sekarang kamu yang mengalahkanku,” tanya ahli ibadah.

Baca Juga:  Perseteruan Dua Malaikat Tentang Status Tobatnya Seorang Pembunuh

“Karena pada saat pertama kali kamu marah, engkau melakukannya karena Allah, dan tujuanmu adalah akhirat sehingga Allah menundukkanku untukmu. Namun kali ini kau marah demi dirimu sendiri dan untuk dinar-dinar yang aku hentikan untukmu,” pungkas si Iblis.

Demikian lebih kurangnya (bukan terjemahaan harfiah) salah satu cerita israiliyat yang dilansir oleh Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin jilid empat ketika sang Hujjatul Islam itu memaparkan tentang “Keutamaan Ikhlas” dengan analogi cerita. Bila saat ini banyak orang berusaha mengambil hikmah dan pelajaran melalui jalan membaca cerita-cerita fiksi karangan para sastrawan, maka dengan tujuan yang sama kisah-kisah israiliyat juga tidak dapat dianggap sepele, apalagi yang disajikan oleh tokoh sekaliber Imam Al-Ghazali yang sudah terbukti taraf keilmuannya. Wallahua’lam Bisshawab.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *