Ketika Toleransi Tercederai, Apakah Karena Agama atau Ego Manusianya?

toleransi

Pecihitam.org – Tidak asing lagi mengenai serba serbi kasus penganiayaan toleransi yang bisa dikatakan semakin marak terjadi, seperti kasus tahun kemarin yang diantaranya Pura di Lumajang yang dirusak oleh orang yang tak dikenal (19/2/2018), serangan Gereja Santa Lidwina Sleman (Yogyakarta 11/2/2018), persekusi terhadap Biksu di Tangerang (Banten 7/2/2018), kasus pemotongan salib di Yogyakarta yang terjadi di akhir tahun 2018.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Belum lagi mengenai kasus kasus mengejutkan diawal tahun 2019 seperti kasus penembakan di Masjid Al Noor Chrischurch Selandia Baru yang dilakukan oleh Brenton Tarrant asal Australia dkk., dengan mempertontonkan secara langsung di media sosial dan melakukan penembakan kepada mereka yang tengah berada didalam masjid tersebut (15 Maret) sampai pada pemboman di berbagai titik di Sri lanka yang dilakukan oleh pihak pihak tertentu yang telah diduga sebagai umat Islam (21 April).

Sebagai rakyat Indonesia sendiri sepatutnya beberapa kasus di atas tidaklah pantas terjadi, Bukankah dalam undang undang dengan jelasnya dikatakan;

“Setiap orang bebas memeluk Agama dan beribadat menurut Agamanya…” Pasal 28 E ayat 1 UUD 1945.

Seandainya saja kita cari tahu tentang Fadhilah ayat dari pasal 28 E maka jawabannya ialah untuk mendamaikan rakyat satu sama lain sekalipun berada dalam sebuah perbedaan besar mengenai Keyakinan. Namun faktanya? Dulu hingga saat ini, telinga kita masih saja rajin mendengar berita-berita pertikaian dengan mengatas-namakan Agama.

Baca Juga:  Meneladani Toleransi Beragama dalam Islam dari Rasulullah

Pertanyaannya kemudian ialah Jika dalam Undang Undang bernegara saja telah disetting dengan jelas bahwa setiap orang bebas memeluk agama, Lantas mengapa kita harus memandang perbedaan itu sebagai bentuk kebencian satu sama lain? Sedikit kesalahpahaman saja secara spontan akan memicu terjadinya pertikaian atau bisa dikatakan mini peperangan? Bahkan mesti saling melukai dan meruntuhkan tanpa dasar yang jelas.

Dalam kacamata Islam sendiri, kebebasan beragama amat sangat diperbolehkan, kenapa tidak? dengan kalimat yang teramat indah nan Jelas Allah SWT katakan “Tidak ada paksaan dalam menganut Agama (Islam)” (QS. Al-Baqarah [2];256). Sangat Begitu jelas bahkan tanpa penafsiran pun dapat kita pahami dari segi tekstualnya.

Lantas mengapa sampai saat ini kita masih saja rajin menyaksikan pemandangan pemandangan buruk hanya karena perbedaan Agama? Saling menjatuhkanlah, berselisih, terlebih jika sampai menjatuhkan Hak orang lain hanya karena berbeda Agama. Ajaib wal Memprihatinkan.

Gambarannya ialah kita mengaku sebagai manusia yang beragama, menghargai dan menghormati Hak Asasi Orang lain bahkan mengaku sangat menjunjung nilai Toleran. Namun sejatinya? Kita mengikat hak asasi orang lain dengan mengatas-namakan agama, padahal agama sendiri tidak pernah mempermasalahkan agama lain.

Pertanyaan selanjutnya ialah kita mengaku sangat mencintai Rasulullah dan agama yang dibawahnya, namun faktanya? Bukti kecintaan itu sama sekali tidak membuat kita memahami salah satu Sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Abdullah Bin Amru bin Ash r.a.

Baca Juga:  Rumah Ibadah dan Toleransi Antar Umat Beragama

“Di antara Dosa besar yaitu memaki orang tua. lantas para sahabat bertanya “Wahai Rasulullah, bagaimana seseorang dapat memaki kedua orang tuanya?” Rasulullah Saw., menjawab “Dia memaki bapak orang lain, lalu orang lain memaki bapaknya. Dia memaki ibu orang lain, lalu orang lain itu memaki ibunya”.

Dari Hadits ini dapat dipahami dengan jelas bahwasanya ketika kita sebagai umat Islam memaki dan mencaci agama lain maka tak heran jika mereka pun akan memaki dan mencaci agama kita.

Lantas mengapa kita harus marah dengan adanya asap yang apinya sendiri berasal dari kita sendiri? Maka tak heran jika mengapa Allah mengatakan dalam Firman-Nya di (QS.Al-An’am [6]: 108)

“Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa adanya dasar pengetahuan”

Lantas pasal dan ayat apa lagi yang mesti kita tunggu hingga kasus penganiayaan toleransi dikatakan punah dan benar benar menghilang? Hingga kebebasan beragama betul betul terwujud tanpa adanya pertikaian besar yang hanya berasal dari kesalahpahaman kecil.

Mungkin bisa diibaratkan seandainya saja Setiap agama adalah Kamar, dan semua orang hidup damai di kamarnya masing masing tanpa harus mencoba mengintip kamar orang lain, memasuki kamar orang lain terlebih dengan menembak atau membom kamar orang lain. Jelas kita akan hidup Damai tanpa harus mengenal perbedaan yang kedengaran sangat menyeramkan.

Baca Juga:  Viral, Yel-yel Diduga Berbau SARA di SDN Timuran Yogyakarta Diprotes Wali Murid

Kita bisa saja berdialog asyik di teras rumah, di ruang keluarga, di meja makan tapi memasuki kamar yang berbeda adalah hal yang terlarang. Untuknya, kita mesti memahami arti kebebasan beragama itu yang tidak hanya dari segi tekstualnya saja, melainkan dalam prakteknya pun kita mesti lebih paham demi kedamaian hidup Bernegara.

Dan yang jadi catatan penting ialah, Jangan buang Nilai Toleransi hanya karena Keegoan kita sebagai manusia terlebih membawa bawa nama Agama, mengapa? Karena Agama tidak sejahat dan seego Manusianya.

Penulis: Nonna
Editor: Fahri

Rosmawati

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *