KH Muhammad Ramli; Ulama Sulsel, Penyejuk Dahaga Pendidikan

KH Muhammad Ramli; Ulama Sulsel, Penyejuk Dahaga Pendidikan

Pecihitam.org – Bagi Civitas kampus Universitas Muslim Indonesia (UMI) merupakan dosa besar ketika melupakan sosok ulama tangguh berdarah Bugis Bone bernama KH Muhammad Ramli. Mengapa tidak, mantan anggota Konstituente Fraksi Nahdatul Ulama (1955) ini adalah tokoh sentral penggagas berdirinya kampus UMI pada 23 Juni 1954 silam.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Tokoh kelahiran Bone 1906 dari pasangan H Masalah dan Hj Aminah ini memiliki jasa besar baik di bidang pendidikan maupun bidang dakwah. Beliau sangat dihormati oleh para raja, hingga ulama di masanya.

Bahkan selain berjasa bagi NU dan lembaga pendidikan di Sulsel, KH Muhammad Ramli juga pernah menjabat sebagai Qadhi atau jabatan tertinggi di Kerajaan Luwu untuk menetapkan keputusan di bidang syariat.

Berkat jasanya, lembaga pendidikan tinggi hadir sebagai jawaban keresahan umat Islam di Sulsel yang ingin melanjutkan pendidikan setingkat Perguruan Tinggi.

Lembaga pendidikan itu bernama Universitas Muslim Indonesia. Dahaga pendidikan di Sulsel terpenuhi berkat tangan dingin dan kegigihan KH Muhammad Ramli.

Baca Juga:  Biografi Imam Ibnu Katsir Pengarang Kitab Tafsir Ibnu Katsir

Rektor UMI, Prof Basri Modding menyebutkan, kelahiran UMI berawal dari keprihatinan dan kegelisahan para tokoh masyarakat, alim ulama dan para raja di Sulawesi, khususnya di Makassar, karena belum adanya perguruan tinggi Islam ketika itu, sedang penduduknya mayoritas muslim.

Pada pertengahan tahun 1952 kata Prof Basri Modding, ide untuk mendirikan perguruan tinggi Islam sudah mulai bergulir, para tokoh masyarakat, alim ulama dan para raja (pemerintah) di Sulawesi sepakat untuk mendirikan lembaga pendidikan tinggi Islam yang bernama ‘Universitas Muslim Indonesia’. Saat berdiri, KH Muhammad Ramli menjabat selaku Dewan Mahaguru.

“Peresmian pendirian UMI dilakukan di Kantor Gubernur di Makassar pada tanggal 23 Juni 1954 bertepatan dengan 22 Syawal 1373 H, yang ditandai dengan penandatangan Azas Piagam Pendirian UMI oleh K.H. Muhammad Ramly (Dewan Mahaguru), La Ode Munarfa (Dewan Kurator), Sutan Muhammad Yusuf Samah (Badan Wakaf) dan Chalid Husain (Sekretaris),” papar Prof Basri Modding saat ditemui di Kampus UMI, Senin (2/12/2019).

Baca Juga:  Zainab Binti Jahsy, Istri Nabi yang Dinikahkan Langsung Oleh Allah SWT

Ulama Ahlu Sunnah Wal Jamaah sekaliber Muhammad Ramli saat dikisahkan oleh putranya bernama Prof Mansur Ramli (Ketua Pembina Yayasan Wakaf UMI), tampak sosok yang sangat kokoh pendirian dan semangat dalam mendirikan lembaga pendidikan.

Pasca belajar 3 tahun di Timur Tengah kata Mansur Ramli, sang Kyai dari Sulsel itu kemudian mengemban misi dakwah di Sulsel, bahkan misi patriotik. Mansur Ramli, putra Muhammad Ramli, menceritakan, terdapat sederet tokoh besar yang juga memberi dukungan kepada KH Muhammad Ramli untuk mendirikan lembaga pendidikan berkat ikhtiarnya dalam berjuang mencerdaskan kehidupan bangsa.

“Yang paling saya ingat kalau diceritakan sama ibu itu, bapak (Muhammad Ramli) sangat getol dan sebelum mendirikan UMI, beliau meminta restu kepada Raja Raja di Sulsel, khususnya tiga raja dari 3 Raja dari kerajaan besar di Sulsel seperti Raja Luwu H Andi Jemma, Raja Gowa Andi Ijo Karaeng Laloang dan Raja Bone Andi Mappanyukki, serta pemerintahan,” papar Mansur Ramli.

Baca Juga:  Biografi Singkat Habib Ali al Habsyi Pengarang Maulid Simthud Duror

Kini nama KH Muhammad Ramli diabadikan menjadi nama aula pertemuan salah satu Fakultas terbaik di Universitas Muslim Indonesia. Nama Muhammad Ramli tidak akan pernah lekang oleh waktu, berkah dari keseriusannya terus membuahkan hasil yang tidak dapat diukur, khususnya bagi masyarakat Sulawesi Selatan.

KH Muhammad Ramli wafat di 3 Februari 1958 Masehi atau 23 Rajab tahun 1377 Hijriah saat tengah mengikuti Rapat Konstituante di Bandung mewakili Fraksi Nahdatul Ulama. Waktu itu, Muhammad Ramli berumur 52 tahun.