Kiai Amin Sepuh, Ulama dan Pejuang Kemerdekaan yang Disegani Penjajah

Kiai Amin Sepuh, Ulama dan Pejuang Kemerdekaan yang Disegani Penjajah

Pecihitam.org – Kiai Amin sepuh adalah salah satu ulama yang mempunyai jasa besar dalam memperjuangkan Kemerdekaan bangsa ini, beliaulah yang mengomandoi seluruh santri Babakan Ciwaringin Cirebon untuk menghantam belanda di berbagai pelosok daerah terutama di Cirebon.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Kiai Amin sepuh sendiri merupakan cucu dari Ki Jatira (Syekh Abdul Latif) pendiri dari Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon dan putra dari Kiai Irsyad Bin Ki Jatira.

Beliau lahir pada tahun 1879 di Mijahan Plumbon Jawa Barat. Nasabnya sampai kepada Kanjeng Sunan Gunung Jati yang artinya Nasabnya juga sampai kepada Kanjeng Nabi Muhammad.

Sebelum nyantri di Babakan beliau terlebih dahulu belajar kepada ayahnya yakni Kiai Irsyad, barulah setelah belajar dari ayahnya kemudian barulah ia nyantri ke berbagai tempat salah satunya adalah Pesantren Sukasari Plered Cirebon, asuhan dari Kiai Nasuha.

Setelah dari plered barulah kemudian beliau melanjutkan pengembaraan Ilmunya ke Pesantren Jatisari asuhan Kiai Hasan. Setelah itu baru kemudian ke Kaliwungu kendal, Pesantren Mangkang Semarang, Pesantren Tebuireng Jombang, Pesantren Tegal Asuhan Kiai Ubaidah dan Pesantren Bangkalan Madura.  Saat nyantri kepada Mbah Kholil Bangkalan inilah ia dibimbing oleh Santri senior yakni KH. Hasyim Asy’ari.

Baca Juga:  Fatwa Mimbar Guru Bakeri dan Pengaruhnya

Selain belajar agama didalam Negeri, beliau juga belajar di luar Negeri yakni Timur tengah. Disanalah Kiai Amin Sepuh belajar kepada Syekh Mahfud Termas asal Pacitan Jawa Timur yang saat itu sudah menjadi Ulama Masyhur di Makkah.

Setelah pengembaraannya yang panjang inilah baru kemudian beliau dititah oleh Ayahnya untuk belajar dan menimba Ilmu pada Kiai Ismail bin Kiai Nawawi di Peaantren Babakan Ciwaringin.

Karena kepintaran dan pengalaman menimba Ilmu beliau ini kemudian dijuluku dengan Kiai Amin ‘Sepuh’. Karena dianggap Ilmunya diatas santri yang lainnya.

Setelah Lama di Pesantren Babakan Barulah kemudian beliau dinikahkan oleh Kiainya dengan Nyai Sujinah Binti Kiai Madamin yang masih keponakan dari Kiai Ismail sendiri.

Menurut Catatan Kiai Zamzami Amin sepeninggalan Kiai Ismail kemudian Kiai Amin sepuh diberikan mandat untuk melanjutkan estafet kepemimpinan Peaantren Babakan Ciwaringin Cirebon.

Baca Juga:  Pengajian Gus Dur Dibubarkan, NU Justru Mendoakan Pemerintah

Pada masa kepemimpinan Kiai Amin Sepuh inilah yakni pada tahun 1952 Belanda menjadikan Pesantren Babakan Ciwaringin sebagai target penyerangan.

Sebab Kiai Amin dianggap sebagai musuh yang berbahaya bagi belanda. Bahkan menurut penuturan dari Kiai Busyeri Ma’mun, Kiai Amin merupakan salah satu Kiai yang rajin melakukan perlawanan kepada Belanda baik di Cirebon maupun di luar cirebon.

Salah satunya adalah membantu perlawanan belanda di Surabaya ketika tercetusnya Resolusi Jihad bersama dengan Kiai Abbas Buntet, Kiai Syathori Arjawinangun dan Ulama-ulama Cirebon yang lainnya.

Awal dari perkembangan Asrama-asrama (sekarang menjadi pesantren) di Babakan Ciwaringin Cirebon adalah Inisiatif dari Kiai Amin Sepuh yang menitipkan Santri yang sudah banyak kepada Rumah Kiai-kiai yang ada di Babakan.

Seperti Rumah Kiai Sanusi, Kiai Hanan dan lainnya. Sehingga hal ini menjadi menjamur dan berkembang pesat terhadap pendidikan Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon.

Pada saat kepemimpinan Kiai Amin Sepuh, Pesantren Babakan dianggap mencapai masa keemasan dan banyak mencetak murid-murid yang Hebat. Diantara Murid-murid beliau yang menjadi Kiai Besar diantaranya adalah KH. Syarif Muhammad Bin Syekh (Ayip Muh) Jagasatru Cirebon, KH. Abdullah Abbas Buntet Cirebon, KH. Hanan, KH. Sanusi, KH. Makhsuni Kwitang dan KH. Hasanuddin Makassar.

Baca Juga:  Mengenal Lebih Dekat Abdullah bin Abdul Muththalib Ayah Nabi Saw

Peran yang diberikan Kiai Amin sepuh terhadap perkembangan Pesantren Babakan Ciwaringin sangatlah besar. Pesantren babakan yang awalnya bernama Pondok Gede atau Raudlatul Tholibin kemudian berkembang dan bermunculan pesantren-pesantren yang lainnya hingga jadi besar sampai saat ini.

Demikian semoga Bermanfaat bagi para pembaca. Tabik!

Fathur IM