Kisah Abidah al-Madaniyah, Seorang Budak yang Menjadi Ulama

abidah al madaniyah

Pecihitam.org – Harta dan kedudukan dikejar manusia untuk menaikkan status sosial. Namun, sejatinya bukan materi yang bisa menaikkan derajat seorang hamba. Akan tetapi ilmu agamalah yang bisa mengubah kedudukan orang menjadi mulia di mata manusia dan di hadapan Allah SWT, seperti kisah Abidah al-Madaniyah seorang atbaut tabiin dari budak menjadi ulama.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

 Allah menjanjikan dan menjamin orang yang beriman dan berilmu untuk diangkat derajatnya, seperti firmanNya dalam surah (Mujadalah: 11), “…niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.  Dan Allah Maha Mengetahui atas apa yang kamu kerjakan.”

Ilmu agama pula yang mengangkat derajat hidup Abidah al-Madaniyyah. Ia awalnya hanya seorang hamba sahaya [budak] dari Muhammad bin Yazid, namun kegigihannya belajar ilmu sangat kuat hingga di akhir hayat, maka ia terus dikenang sebagai ulama wanita dan ahli hadis terkemuka.

Imam Khatib al-Baghdadi dalam kitab Tarikh Baghdad menyebutkan bahwa Abidah al-Madaniyah sebagai salah satu dari tiga nama perawi hadis wanita pada era 200-300 H. Ia dikenal karena memiliki hafalan yang kuat dan kecerdasan di atas rata-rata.

Baca Juga:  Menghindari Sifat Sombong ala Syaikh Hamdun Al-Qashshar

Ketika masih kecil Abidah adalah budak Muhammad ibn Yazid di Madinah. Namun statusnya sebagai hamba sahaya tak menghalanginya untuk menuntut ilmu agama. Ia aktif  belajar dari ulama-ulama hadis di Madinah. Setiap hari selepas menyelesaikan pekerjaan rumah, ia berangkat menuju majelis ilmu. Aktivitas itu terus ia kerjakan hingga ia dapat  menghafal hampir 10.000 hadis dan memiliki sanad dari guru-gurunya yang berada di Madinah.

Suatu ketika, Muhammad ibn Yazid bertemu dengan ulama hadis dari Andalusia, Habib Dahhun, saat menunaikan ibadah haji. Muhammad ibn Yazid menceritakan tentang sosok Abidah yang sangat cerdas dan menguasai banyak jalur periwayatan hadis. Habib Dahhun tertarik dengan sosok Abidah. Ia pun meminta agar Abidah mengikuti majelis ilmu yang digelar Habib Dahhun selama menunaikan ibadah haji.

Mengetahui bakat dan kecerdasan Abidah, Muhammad ibn Yazid merasa sosok Habib Dahhun tepat menjadi guru Abidah. Kemudian Ia pun memerdekakan Abidah. Setelah merdeka, Habib Dahhun lantas menikahinya. Abidah pun ikut bersama Suaminya kembali ke Andalusia, Spanyol, mereka menjalani kehidupan rumah tangga disana. Dan Abidah mengembangkan ilmu bersama suaminya. Berkat bimbingan sang suami, keilmuan Abidah di bidang hadis sangat diakui.

Baca Juga:  Biografi Lengkap Kyai Khasan Besari Ponorogo

Dr Mohammad Akram Nadwi dalam bukunya Al-Muhaddithat: The Women Scholars in Islam mengungkapkan ada hampir 8.000 Muslimah  yang menjadi perawi hadis. Ia menempatkan sosok Abidah al-Madaniyah sebagai wanita dari kalangan atbaut tabiin nomor empat yang paling banyak meriwayatkan hadis, setelah Ummu ad-Darda dan Amrah binti Abdurrahman.

Periwayatan hadis dari Abidah diterima karena ia adalah sosok perawi yang tepercaya. Abidah tumbuh menjadi ulama yang salihah, alim, jujur, dan jauh dari dusta. Di masa itu, banyak sosok wanita yang mengukir prestasi sebagai ulama hadis. Mereka berasal dari latar belakang yang sangat beragam. Termasuk kehadiran Abidah yang awalnya adalah seorang budak dan akhirnya menjadi ulama.

Sosok seperti Abidah dan perawi hadis wanita di masanya, seperti Abdah bin Bishr, Ummu Umar ath-Thaqafiyyah, Khadijah Ummu Muhammad, Abdah binti Abdurrahman dan lainnya, membuktikan ilmu Islam bisa dipelajari siapa saja. Termasuk dari kalangan wanita. Bahkan tidak sedikit laki-laki yang berguru untuk mengambil hadis dari para perawi hadis Muslimah ini. Seperti halnya yang dilakukan Imam Syafi’i kepada Sayyidah Nafisah binti al-Hasan.

Abidah al-Madaniyyah sering menjadi acuan bahwa Islam juga memberikan porsi besar kepada wanita dalam hal pendidikan. Ilmu hadis yang mensyaratkan sosok perawi secara ketat membuktikan, Abidah dan perawi hadis Muslimah lainnya bisa menyamai laki-laki dalam hal ilmu.

Setelah hidup di Andalusia, tidak banyak catatan yang mengisahkan kehidupan Abidah hingga akhir. Dan tidak di ketahui secara pasti, dimana Abidah dimakamkan dan kapan beliau wafat

Baca Juga:  As-Syekh Sayyid Jamaluddin Akbar al-Husaini, Penyebar Islam di Sulawesi Selatan

Dari kisah Abidah al-Madaniyah, terbuka satu wawasan baru bahwa dalam khazanah keilmuan Islam, perempuan juga memiliki peran penting sebagai pembawa tongkat ilmu pengetahuan agama, khususnya hadis. Perempuan juga tidak hanya menjadi murid. Namun, mereka juga mampu menjadi guru dari para ulama’ laki-laki terkemuka. Wallahu A’lam.

Nur Faricha

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *