Kisah Ahli Maksiat yang Diampuni Allah karena Merawat Anak Yatim

Kisah Ahli Maksiat yang Diampuni Allah

Pecihitam.org – Salah satu amal yang pahalanya sangat luar biasa baik di dunia maupun di akhirat adalah memuliakan anak yatim. Dalam satu riwayat Nabi Muhammad Saw pernah bersabda;

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

عن عبد العزيز بن أَبِي حَازِمٍ قَالَ: حَدَّثَنِي أبي قال: سَمِعْتُ سَهَلْ اِبْن سَعْدٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلَ اللهِ أَنَا وَكَافِلُ اْليَتِيْمِ فِى الْجَنَّةِ هَكَذَا وَقَالَ بِإِصْبَعِيْهِ السَّبَابَةِ وَالْوُسْطَى

Artinya; “Dari Abd al-Aziz bin Abi Ḥazim dia berkata: Bapakku menceritakan kepadaku, dia berkata: Aku mendengar Sahl bin Sa’ad, dari Nabi saw. beliau bersabda, “Aku dan orang yang menanggung anak yatim adalah seperti ini di surga.” Beliau mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari tengah.” (HR. Bukhari)

Dalam kitab Mukasyafatul Qulub, Imam Al-Ghazali menceritakan sebuah kisah bahwa suatu ketika seorang laki-laki di Basrah yang semasa hidupnya selalu berbuat maksiat.

Ketika meninggal dunia tidak ada satupun orang yang mau menshalati dan mengantarkan jenazahnya ke tempat pemakaman. Bahkan sang istripun sampai membayar dua orang guna memikulkan jenazah suaminya, untuk dibawa ke masjid agar dishalati.

Namun tetap saja tidak ada seorangpun yang sudi menshalati jenazah suaminya tersebut. Akhirnya sang istripun membawa jenazah suaminya tersebut ke lahan luas untuk dimakamkan.

Baca Juga:  Kisah Ahli Maksiat yang Diampuni Dosanya dan Masuk Surga

Tak jauh dari lahan luas yang menjadi tempat untuk memakamkan suaminya tersebut, hiduplah seorang ahli ibadah yang rumahnya berada di atas gunung.

Sang istri melihat sang ahli ibadah tersebut turun gunung untuk menshalati jenazah suaminya yang dicap sebagai orang jahat, ahli maksiat dan tidak ada yang mau mensholati bahkan sekedar untuk mengantar jenazahnya ke tempat pemakaman.

Sang ahli ibadah yang akhirnya turun gunung, dan berniat untuk menshalati jenazah orang jahat tersebut didengar oleh para penduduk yang sebelumnya tidak mau menshalati jenazah laki-laki tadi.

Kabar tentang turunnya sang ahli ibadah yang berniat untuk mensholati jenazah orang jahat itu, kemudian menyebar dan didengar semua penduduk dan kemudian mereka ikut untuk menshalati jenazah orang jahat itu.

Setelah selesai menshalati jenazah tersebut para penduduk merasa heran, dan bertanya-tanya apa yang menjadi sebab sang ahli ibadah itu mau turun gunung untuk menshalati jenazah laki-laki yang terkenal ahli maksiat tersebut.

Sang ahli ibadah lantas menjawab pertanyaan para penduduk yang masih penasaran, bahwasanya, “Aku mendengar dalam mimpiku; turunlah ke si fulan, karena tidak seorangpun yang mau menshalatinya. Maka shalatkanlah, sebab ia telah diampuni oleh Allah SWT”.

Baca Juga:  Kisah Nabi Ayyub: Sebuah Pembelajaran Tentang Kesabaran

Jawaban yang keluar dari mulut sang ahli ibadah semakin membuat para penduduk penasaran. Amalan apakah yang telah dilakukan oleh almarhum yang semasa hidupnya dikenal sebagai orang yang jahat, sehingga semua dosa-dosanya diampuni oleh Allah SWT.

Kemudian sang ahli ibadah tersebut, memanggil istri almarhum dan menanyakan apa amal suaminya semasa ia masih hidup. Sang istri yang ditanya oleh sang ahli ibadah, menjawab “Sebagaimana orang-orang ketahui, bahwa almarhum suami saya sehari-harinya hanya berbuat dosa dan selalu mabuk-mabukan”.

Mendengar jawaban tersebut, sang ahli ibadah meyakinkan Istri almarhum untuk mengingat lebih dalam lagi tentang perbuatan suaminya sehingga Allah mengampuni dosa-dosanya. “Cobalah anda ingat kembali, apakah ada amalan kebaikan yang pernah dilakukannya semasa hidup?” tanya sang ahli ibadah.

Istri almarhum kemudian ingat dan menjawab, “Oh ya, saya ingat. Ada tiga amalan kebaikan yang selalu dilakukan oleh almarhum suami saya di masa hidupnya.

Pertama, ketika dia sadar dari mabuknya di waktu subuh, dia segera mengganti pakaiannya. Kemudian berwudhu, dan ikut sholat berjama’ah subuh.

Baca Juga:  Kisah Khalifah Umar bin Khattab Ketemu Calon Menantu

Kedua, di rumah kami tidak pernah sepi dari satu atau dua anak yatim, dan kebaikan almarhum suami saya kepada anak yatim melebihi kebaikannya terhadap anaknya sendiri.

Ketiga, suatu ketika almarhum pernah sadar dari mabuknya di tengah malam, dia menangis dan berkata; ‘Ya Tuhanku, letak neraka jahannam manakah yang engkau kehendaki untuk meletakkan orang terkutuk sepertiku ini?”

Ternyata ketulusan dalam amal yang terkadang dianggap sepele oleh sebagian orang seperti menyantuni anak yatim dan merawatnya, justru malah menjadi pintu ampunan dari Allah SWT bagi para hamba-Nya.

Sebab Allah Swt tidak memandang seberapa banyak amal kita, namun seberapa tulus kita beriman kepada-Nya dan seberapa ikhlas serta istiqomah kita beramal untuk sesama.

Wallahua’lam bisshawab.

Lukman Hakim Hidayat