Kisah Inspiratif Mbah Parlan Tetap Semangat Sebagai Banser Tertua Kotawaringin Barat Wajib Dicontoh

Pecihitam.org – Mbah Parlan atau Ahmad Muzaki Suparlan anggota pasukan Barisan Ansor Serbaguna (Banser) asal Desa Amin Jaya, Kecamatan Pangkalan Banteng, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) menjadi yang tertua di Provinsi Kalimantan Tengah tetap semangat menjalani tugasnya.

Mbah Parlan selalu hadir dalam pengamanan di berbagai kegiatan yang diselenggarakan Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) baik tingkat Pimpinan Cabang (kabupaten) maupun tingkat Pimpinan Anak Cabang (kecamatan) bahkan tingkat ranting (desa).   

Dengan usia 60 tahun memiliki pengalamam cukup dari mulai pendidikan tingkat dasar (Diklatsar) Banser pada 2016 lalu, Mbah Parlan selalu aktif pada kegiatan organisasi terbesar di Indonesia ini yakni Nahdlatul Ulama (NU).   

“Ada kegiatan ke-NU-an maupun bukan ya berangkat. Karena sifatnya sosial. Sesuai instruksi Ketua PAC dan Kasatkoryon,” ucap mbah Parlan. Dikutip dari media NU Online, Kamis (16 /1).

Lelaki yang kesehariannya berprofesi sebagai tukang kebun Sekolah Dasar (SD) itu menjelaskan, awal mula bergabung di Banser karena diajak teman kerjanya yang merupakan satu kampung dengannya. Apalagi, kata dia, ia sudah lama kenal Banser waktu masih di Jawa sekitar 30 tahun yang lalu.  

“Ya sudah lama kenal Banser, sebelum ke sini (Kalimantan) di Jawa kan sudah banyak Banser. Tapi belum tahu cara masuk jadi anggota,” jelas laki-laki asal Yogyakarta itu.  

Selain dirinya banyak bercerita yang begitu memotivasi mulai dari awal mulanya bergabung dengan Banser, Mbah Parlan pun bercerita tentang pengalamannya di lapangan selama berkhidmah melaksanakan tugas-tugasnya sebagai Banser. Pengalaman-pengalaman tersebut, lanjutnya, ada yang dianggap menggelitik sekaligus dijadikan hiburan olehnya.  
“Saat nge-Pam, seringkali saya ditanya kawan-kawan, dapat gaji berapa menjadi Banser. Ya saya jawab gajinya tak terbatas, karena ini aksi sosial kemasyarakatan,” tandasnya.

Baca Juga:  Pengakuan Anggota Banser Korban Persekusi: Kalimat Takbir Tak Bisa Diucapkan Sembarangan
Adi Riyadi