Kisah Nabi Ibrahim Yang Selamat Dari Pembakaran Kaum Namrud

Kisah Nabi Ibrahim Yang Selamat Dari Pembakaran Kaum Namrud

Pecihitam.org- Kisah Nabi Ibrahim yang bergelar khalilullah, kekasih Allah itu, banyak diabadikan dalam Alquran, baik sejak berada di Irak atau ketika sudah berada di Tanah Hijaz. Nabi Ibrahim al-Khalil diutus untuk berseru kepada kaumnya agar menyembah Allah SWT. Sayangnya, banyak dari kaumnya, termasuk Tarikh (Azar), ayahnya, ingkar menolak ajakan Ibrahim AS. Karena mereka tidak mau menuruti ajakannya, Ibrahim pun pergi ke sebuah tempat dan menghancurkan berhala-berhala yang menjadi sesembahan kaumnya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Ketika kaumnya mendapati kerusakan pada berhala tersebut, tuduhan pun langsung dialamatkan padanya. Ibrahim menjawab bahwa yang membuat kerusakan itu adalah patung besar yang dilehernya tergantung sebuah kapak. Atas penjelasan tersebut, kaumnya berkata, ”Bagaimana mungkin sebuah patung yang tidak bernyawa dan tak mampu bergerak bisa menghancurkan patung-patung lainnya?”

Jawaban ini makin membuat Ibrahim merasa menang. ”Jika memang tidak bisa berbuat apa-apa, lalu mengapa kalian menyembah dan memuja-mujanya.” Karena perbuatannya itu, kaumnya pun marah dan akhirnya mereka mengadukan perbuatan Ibrahim pada raja Babilonia, Namrudz (Nimrod). Sebagai akibat dari perbuatannya, Raja Namrudz memerintahkan Ibrahim harus dibakar. Perdebatan antara Ibrahim dan Raja Namrudz dapat dilihat pada surah Al-Baqarah [2]:258 dan Al-Ankabut [29]: 24.

Baca Juga:  Kisah Cinta Beda Agama, Zainab Putri Rasulullah dan Abil Ash bin Rabi

Karena kalah ketika berdebat dengan Ibrahim, Raja Namrudz lalu memerintahkan kaumnya untuk mendirikan sebuah bangunan yang tinggi untuk membakar Ibrahim. Tujuannya agar hal itu diketahui oleh seluruh rakyatnya.

“Mereka (kaum namrud) berkata, “Dirikanlah sebuah tiang untuk (membakar) Ibrahim, lalu lemparkanlah dia ke dalam api yang menyala-nyala itu.” (QS As-Shaaffaat [37] : 97).

Setelah semuanya lengkap, mereka pun kemudian memasukan Ibrahim ke dalam api yang  panas membara itu. Semua orang mengira bahwa Ibrahim akan terbakar dan hangus berada di dalamnya. Namun, atas kehendak dan perintah Allah SWT, api yang sangat besar dan sedang membakar tubuh Ibrahim itu tak mampu membinasakannya. Sebaliknya, api itu menjadi dingin dan akhirnya menyelamatkan Ibrahim.

“Kami berfirman, ‘Hai api, dinginlah engkau dan berilah keselamatan pada Ibrahim’.” (QS Al-Anbiyaa’ [21] : 69 dan Al-Ankabut [29]: 24).

Kota Urfa atau Ur, di daerah Mesopotamia, yang sekarang masuk wilayah Turki, merupakan tempat peristiwa pembakaran terhadap Nabi Ibrahim AS. Urfa atau Ur atau Sanliurfa adalah kota kuno yang telah berusia ribuan tahun. Kota ini merupakan bekas ibu kota imperium-imperium besar Mesopotamia (Ar-Rafidayn atau negeri di antara dua Sungai Eufrat dan Tigris), misalnya Akkadia, Assyiria, Babylonia, dan Selucia. Di kota tersebut, kini banyak terdapat peninggalan bersejarah yang tak ternilai harganya, seperti istana, kuil, zigurat, patung, artefak, hingga kampung halaman dan makam (tempat kelahiran) Nabi Ibrahim.

Baca Juga:  Kisah Uban Nabi Ibrahim As dan Malaikat Maut

Beberapa benda sejarah Kota Urfa juga terdapat di beberapa museum besar dunia, misalnya Louvre (Paris), London, Berlin, Universitas Pennsylvania (AS), dan lain lain. Para ahli sejarah menemukan sejumlah bukti sisa-sisa peninggalan Raja Namrudz. Di antaranya adalah dua buah tiang besar yang hingga kini berdiri kokoh di Kota Urfa. Mereka menyebut dua tiang besar itu sebagai tempat bertahtanya Raja Namrudz. Kolam yang ada di sekitar lokasi itu merupakan tempat pembakaran Ibrahim. Namun, sebagian ahli sejarah lainnya menyatakan, dua tiang besar itu menjadi tempat pembakaran Ibrahim.

Bila melihat bukti-bukti yang ada, keberadaan dua tiang besar itu menunjukan kemegahan istana Raja Namrudz. Namrudz pula yang memerintahkan rakyatnya untuk mendirikan sebuah bangunan besar sebagai bentuk kesombongan dan keangkuhannya. Bangunan ini terkenal dengan nama Tower of Babel. Sebagaimana dikutip Harun Yahya, Lambert Dolphin dalam The Tower of Babel dan The Confusion of Language berusaha mencari jawaban mengapa menara itu dibangun. Setelah ditelusuri, Dolphin berkesimpulan, menara itu dibangun sebagai bentuk kesombongan untuk mencari kepuasan dan kemegahan diri.

Baca Juga:  Kisah Imam Ibnu Al Munkadir yang Suka Berdzikir dengan Suara Keras

Demikian adalah kisah Nabi Ibrahim yang dengan izin Allah bisa selamat dari pembakaran Kaum Namrudz. Kisah tersebut meski kurang bisa diterima oleh nalar, namun tidak ada indikasi kebohongan karena secara tertulis sudah termaktub dalam kitab suci Al-Qur’an.

Mochamad Ari Irawan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *