Kisah Nu’aiman, Pemabuk yang Dicintai oleh Rasulullah Saw

Pemabuk yang Dicintai Rasulullah

Pecihitam.org – Kisah zaman Nabi Muhammad Saw yang di catat oleh ahli tarikh (sejarah islam), ketika Nabi hijrah bersama 70 orang ke Habasyah. Sebagian sahabat ada yang sudah melakukan hijrah ke Habasyah (Ethopia) dengan pimpinan rombongan Ja’far bin Abi Thalib (adik sayyidina Ali bin Abi Thalib). Ketika di Habasyah Nabi Muhammad Saw bersama kaum muslimin hidup mulia, namun saat itu muncul seorang yang munafik.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

“ Sudah menjadi sunnatullah, harga setiap ada orang yang mulia, pasti di bayar dengan munculnya orang munafik. Makanya jika anda bukan orang mulia, tentu tidak bisa di munafiki (di bodohi), tapi kalau sudah mulia seperti misalnya sudah jadi pejabat maka dapat melahirkan orang munafik (di sekitarnya). Tidak perlu kaget karena itu sudah menjadi sunnatullah. Jadi hidup melarat itu tidak enak, tapi hargane orang mulia kadang di bayar dengan kehadiran orang munafik.” Kata Gus Baha.

Gus Baha menyampaikan bahwa orang yang mulia itu pasti akan di uji dengan munculnya orang-orang munafik (menipu) dan itu sudah menjadi sunnatullah.

“ Orang munafik itu bisa bertaubat tapi ada caranya, saya jelaskan satu-satu karena kita sering menyebut munafik tapi tidak paham maksudnya.” Lanjut Gus Baha.

Gus Baha menjelaskan bahwa jenis munafik itu beragam dan ada tingkatan-tingkatannya, sedangkan tingkatan munafik yang paling ekstrim adalah yang nanti masuk neraka, karena mereka pura-pura beriman tapi hakikatnya tidak beriman kpeada Allah Swt dan utusan-Nya.

Baca Juga:  Biografi Singkat Abdullah bin Abbas, Sepupu Nabi yang Ahli Hadits

Adapun tingkatan munafik yang percaya pada Allah Swt dan Rasul, mereka yakin bahwa orang shaleh itu baik, tapi sering menipu terutama dalam perkara materi (uang). Maka mereka akan mendapatkan siksa di neraka terlebih dahulu baru kemudian di masukkah ke dalam syurga. “ Di hisab sampai neraka, hingga kembali ke syurga”.

Sebagaimana di sampaikan oleh Gus Baha “ Penipuan ada dua macam: menipu beneran (merugikan) dan menipu yang agak beneran. Nah yang agak beneran ini malah masuk syurga. Sedangkan Rasulullah Saw sudah berulang kali di tipu oleh sahabat. Saya punya banyak cerita sahabat yang menipu Nabi Saw, tapi di lakukan karena cinta.” (menipu dalam artian bercanda)

Salah satu sahabat Rasulullah Saw yang bernama Nuaiman ialah seorang yang suka mabuk-mabukan. Setiap kali mabuk, dirinya tetap di takzir (di hukum) oleh Rasulullah Saw. Meskipun begitu, Nuaiman adalah seorang sahabat yang paling bisa membuat Rasulullah Saw senang.

Dia seorang penganguran dan setiap pagi ia berada di jalanan, saat itu ada pedagang makanan keliling yang lewat di depannya. Kemudian Nuaiman memberitahu pedagang tersebut, “ Kanjeng Nabi ada di sana sepertinya beliau menginginkan makanan, coba antarkan daganganmu ke sana”, maka pedagang itupun mengantarkan makanan kepada Nabi Saw.

Pedagang tersebut menemui Rasulullah Saw dan memberikan makanan, karena Rasulullah Saw baik hati, beliau mengajak Nuaiman untuk makan bersama dengannya “Wahai Nuaiman, sini temani aku makan”. Setelah selesai makan, Nuaiman berkata pada Rasulullah Saw “ Wahai Nabi, engkau sudah selesai makan, jadi engkau harus membayar makanan ini.”.

Baca Juga:  Bukti Kecintaan Sahabat kepada Rasulullah SAW

Rasulullaah Saw pun terkejut dan menjawab “ aku kira ini bentuk hadiah (traktiran) darimu “, Nuaiman pun kembali menjawab dengan terang-terangan “ tidak ya Rasulullah, tidak mungkin rakyat jelata seperti saya ini memberikan hadiah seorang tokoh?”. Akhirnya Rasulullah Saw pun membayar makanan dirinya dan yang di habiskan oleh Nuaiman, kejadian ini pun tidak hanya terjadi sekali tapi berulang-ulang kali.

“Nu’aiman melakukan kejailan berkali-kali dan dia masih suka mabuk. Hadist ini sebenarnya jadi berita gembira. Makanya orang alim sering berkawan dengan orang fasik, karena Madir (sering berlaku)” kata Gus Baha.

Sebagaimana yeng telah di jelaskan oleh Bukhori, bahwa ketika Nuaiman di hujat para sahabat “ Kau ini sahabatnya Nabi, tapi tak tahu malu mabuk di hadapannya beliau”. Nu’aiman kemudian di laknat dan di maki-maki oleh para sahabat.” Namun Nabi justru membelanya “ Kalian jangan sering menghujat Nu’aiman karena dia cinta Allah dan Rasul-Nya”. Sehingga dalam Syarh Fath Al-Bari tertulis :

“ Tidak termasuk syarat Mahabbah (cinta Allah dan Rasul), harus terbebas dari semua dosa.”

Buktinya adalah Nu’aiman yang mabuk di depan Rasulullah Saw, justru di sebut sebagai orang yang mencintai Allah Swt. Kisah ini perlu di ingat-ingat bagi orang-orang yang berlebihan (men-tasydid) dalam beragama, banyak orang nakal yang mencintai Allah dan Rasul-Nya. Karena mereka masih memiliki nurani dan mampu menilai antara haq dan bathil.

Baca Juga:  Kisah Artis Korea Masuk Islam karena Keramahan Indonesia

Logikanya itu sederhana, selama orang itu masih punya iman, walaupun dia kelakuannya jelek nggak pernah shalat misalnya, tapi ibarat disuruh milih disuruh bakar masjid atau bakar gereja, ya pasti milih bakar gerejanya. Misalnya lagi, sejelek-jeleknya orang tukang zina itu kalau disuruh milih nyucup tangan kiai atau germo, dia pasti masih milih tangan kiai.

“Makanya kamu harus yakin kalau nurani itu tidak akan bisa di matikan. Sudah percaya saya, jika tidak obrak-abrik saja kuburan saya nanti” jelas Gus Baha

Meskipun fatwa ini tidak lazim di dunia orang-orang shaleh yang tidak pernah mengaji, namun di lingkaran para ulama ini merupakan sebuah kelaziman. Wallahua’lam bisshawab.

*Naskah ini diterjemahkan dari kajian KH. Bahaudin Nursalim. Versi bahasa aslinya bisa dilihat disni.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik