Kisah Taubatnya Abu Yazid al Bustami Setelah Dinasehati Seekor Anjing

abu yazid al bustami

“Janganlah menganggap dirimu lebih suci daripada yang lain, sesungguhnya Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang paling suci di antara hamba-hamba-Nya” (Surah an-Najm ayat 32)

Pecihitam.org – Siapa yang tak kenal Abu Yazid Al-Bustami. Ia merupakan seorang sufi dari abad ke-3 Hijriah. Ia lahir pada tahun 188H/ 804 M di Persia. Nama kecil Abu Yazid adalah Tayfur, sedang lengkapnya ialah Abu Yazid Tayfur ibn Isa ibn Surusyan al-Bustami.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Dalam beberapa literatur tasawuf, namanya sering ditulis dengan Bayazid Bastami. Setelah ia dikaruniai seorang putra yang diberi nama Yazid, ia kemudian lebih dikenal dengan nama Abu Yazid (arti: Ayah Yazid). Ia adalah seorang Syaikh dan juga pemimpin kaum sufi pada masanya. Namun siapa yang akan menyangka bahwa ia pernah mendapat ilmu yang sangat berharga dari seekor Anjing di tepi jalan.

Dikisahkan seperti biasanya, ditengah gelapnya malam Abu Yazid Al-Bustami suka berjalan sendiri untuk berkeliling. Dalam perjalanan tersebut dia melihat seekor anjing dari kejauhan yang berjalan terus ke arahnya.

Baca Juga:  Kisah Toleransi Asma Binti Abu Bakar, Si Pemilik Dua Selendang

Anjing itu dengan bersahaja berjalan pelan dan tidak menghiraukan Syaikh Abu Yazid. Akan tetapi ketika sudah hampir dekat, Abu Yazid Al-Bustami mengangkat jubbah yang dikenakannya karena khawatir tersentuh si anjing yang katanya najis itu.

Spontan saja si anjing tersebut pun berhenti dan sejurus terus memandang sang Syaikh.

Entah bagaimana kemudian Syaikh Abu Yazid seakan mendengar anjing tersebut berkata padanya;

“Hai syaikh…tubuhku ini kering dan tidak akan menyebabkan najis padamu. Jika pun engkau merasa terkena najis, engkau hanya tinggal basuh 7 Kali dengan air dan tanah, maka najis itu akan hilang. Namun jika engkau mengangkat jubahmu sebab bahwa menganggap dirimu merasa lebih mulia dariku, dan menganggap diriku yang berbadan anjing ini najis serta hina, maka najis yang menempel di hatimu itu tidak akan bisa bersih walaupun engkau membasuhnya dengan 7 lautan samudera”.

Sang sufi Abu Yazid al Bustami pun tersentak kaget dan minta maaf pada anjing tadi. Sebagai tanda permohonan maafnya yang ikhlas, Abu Yazid pun kemudian mengajak sang anjing itu untuk menjadi sahabatnya dan berjalan bersama. Tapi si anjing itu menolak permintaan Abu Yazid dan seraya berkata padanya:

Baca Juga:  Kondisi Syatahat yang Dialami Para Sufi Seperti Al-Halaj hingga Berkata "Ana Al-Haq"

“Ya Syaikh engkau tidaklah patut berjalan denganku, sebab mereka yang memuliakanmu akan menghinamu dan melempari aku dengan batu. Aku tidak tahu mengapa mereka menganggap diriku sebagai anjing ini begitu hina, padahal aku berserah diri pada sang pencipta atas wujudku yang seperti ini.

Lihatlah….. !! aku juga tidak membawa ataupun menyimpan sebuah tulangpun, sedangkan engkau ya Syaikh, masih menyimpan sekantong Gandum untuk makan esok hari. Kemudian Anjing itu pun berjalan meninggalkan Abu Yazid al Busthami yang masih tertegun mendengar perkataan tadi.

Ditengah jalan itu Abu Yazid masih terdiam, dalam hatinya ia mengaduh : “Wahai Allah, untuk berjalan dengan seekor anjing makhluk ciptaan-Mu saja aku tidak layak, lantas bagaimana aku merasa layak berjalan bersama dengan-Mu, ampunilah aku dan sucikan hatiku dari najis yang melekat di hatiku ini.”

Baca Juga:  Pelajaran dari Kisah Pertemuan Nabi Musa dan Nabi Khidir

Sejak pristiwa itu, Syeikh Abu Yazid pun sentiasa memuliakan dan mengasihi semua mahluk Tuhan tanpa syarat.

Dari kisah diatas setidaknya kita dapat mengambil hikmah, walaupun manusia diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna, namun tidak lantas menjadikan kita sombong dan merasa yang paling mulia apalagi meremehkan makhluk Allah yang lain. Sebab tidak dikatakan orang beriman jika tidak mengasihi sesama makhluk Allah. Wallahua’lam bisshawab.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik