Kisah Ummu Kultsum, Cucu Perempuan Rasulullah yang Jadi Bidan

Kisah Ummu Kultsum Jadi Bidan

Pecihitam.org – Ummu Kultsum merupakan anak bungsu dari lima bersaudara dari Khalifah keempat Ali bin Abi Thalib. Kakeknya adalah penghulu anak Adam As. Ibunya adalah ratu wanita ahli surga, Fathimah binti Muhammad Saw, sedangkan kedua saudaranya adalah pemimpin pemuda ahli surga dan penghibur hati Rasulullah Saw.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Kelima bersaudara tersebut adalah Hasan, Husain, Muhsin (meninggal saat masih kecil), Zainab al-Kubra, dan Ummu Kultsum. Ummu Kultsum lahir di Madinah pada 6 H dan bertemu kakeknya, Rasulullah Saw selama 5 tahun.

Dalam lingkungan yang mulia di zaman Rasulullah SAW Ummu Kultsum dilahirkan, tumbuh, berkembang dan terdidik. Beliau adalah teladan bagi para gadis muslimah yang tumbuh di atas agama, keutamaan dan rasa malu.

Ketika Umar bin al-Khattab al-Faruq r.a mendengar hadits bahwa setiap garis keturunan akan terputus pada hari kiamat selain garis keturunan Nabi. Umar kemudian melamar Ummu Kultsum yang waktu itu masih berusia 11 tahun melalui ayahnya, sementara Umar sendiri sudah berusia 58 tahun.

Akan tetapi, mulanya Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a. meminta ditunda, karena Ummu Kultsum masih kecil. Umar r.a. berkata, “Nikahkanlah aku dengannya wahai Abu Hasan, karena aku telah memperhatikan kemuliaannya, yang tidak aku dapatkan pada orang lain.”

Maka, Ali meridhainya dan menikahkan Umar dengan putrinya pada bulan Dzulqa’dah tahun 17 Hijriyah, dan hidup bersama hingga terbunuhnya Umar bin Khattab r.a.

Ummu Kultsum dinikahi Umar dengan maskawin 40.000 dirham. Dari pernikahannya, Umar dikaruniai dua anak yang bernama Zaid dan Ruqayyah.

Baca Juga:  Kisah Qays bin Saad, Sahabat Nabi Yang Dermawan

Kisah Ummu Kultsum Jadi Bidan

Ummu Kultsum pernah menjadi bidan yang membantu persalinan pada masa suaminya, Umar bin Khaththab menjadi Khalifah. Ketika itu, Khalifah Umar sedang melakukan kebiasaan rutinnya, yaitu keluar malam untuk melihat dengan mata kepada sendiri keadaan rakyatnya.

Beliau berjalan melewati suatu desa di Madinah. Tiba-tiba, ia mendengar suara rintihan seorang perempuan dari dalam sebuah gubuk. Di depan pintunya, ada seorang laki-laki yang sedang duduk. Lelaki itu adalah seorang suku Badui dari pedalaman Arab.

“Apa yang sedang kau lakukan, wahai saudaraku?”
“Aku sedang menunggui istriku yang akan melahirkan,” jawab lelaki itu.

“Siapa yang menolongnya di dalam?” “Tidak ada… jawab laki-laki tadi” “Jadi istrimu sendirian?” tanya Khalifah tidak mengerti.

“Iya, aku tidak punya uang untuk membayar bidan,” jawab lelaki itu dengan muka sedih. “Kalau begitu, suruh istrimu menahan sebentar, aku akan segera kembali,” ucap Khalifah.

Umar segera pergi meninggalkan laki-laki tersebut dan kembali ke rumah. Beliau langsung menemui istrinya Ummu Kultsum. “Dik Ummu Kultsum, Maukah engkau mendapatkan pahala yang akan Allah limpahkan kepadamu?”

Ummu Kultsum menjawab dengan wajah berbinar senang. “Kebaikan apa yang bisa kulakukan, Wahai suamiku?”

Umar memberitahukan kejadian yang ditemuinya, kemudian Ummu Kultsum segera bangkit dan mengambil peralatan untuk membantu proses persalinan dan untuk kebutuhan bayi. Sementara Amirul Mukminin membawa kuali yang di dalamnya ada mentega dan makanan. Mereka berangkat bersama ke gubuk tersebut.

Tanpa banyak bicara, Ummu Kultsum langsung saja masuk ke dalam gubuk dan membantu proses kelahiran sang bayi layaknya seorang bidan. Sementara itu, Amirul Mukminin duduk-duduk bersama laki-laki tersebut di luar sambil menyiapkan makanan yang beliau bawa.

Baca Juga:  Sejarah Perang Antara Sahabat Nabi, Dari Perang Jamal Hingga Pemberontakan al-Hallaj

“Terima kasih dan maaf telah merepotkanmu,” kata lelaki itu. “Tidak apa-apa.. tapi, ngomong-ngomong mengapa engkau tidak melaporkan keadaanmu kepada Khalifah Umar bin Khattab? Bukankah kau berhak mendapatkan jaminan dari negara?” tanya Umar.

Lelaki itu langsung berdiri, dia memandang orang di depannya dengan sorot mata yang tajam dan menusuk. Umar terkejut melihat reaksi lelaki itu. “Jangan kau sebut nama orang terkutuk itu di hadapanku!”

“Loh.. memangnya kenapa, wahai saudaraku?” Umar penasaran. “Orang itu hanya mementingkan dirinya sendiri. Dia tak punya perhatian kepada rakyat kecil. Dia hanya peduli dengan orang-orang kaya yang akan melanggengkan kekuasaanya,” jawab lelaki itu penuh amarah.

“Hmm.. apakah engkau sudah pernah bertemu dengannya?” “Belum, lagi pula untuk apa aku bertemu dengannya?” “Kalau seandainya kau bertemu dengannya. Apa yang akan kau lakukan?” tanya Umar tersenyum.

“Aku akan membunuhnya!”

Tiba-tiba terdengar suara bayi menangis dari dalam kemah. Ummu Kultsum secara pontan berteriak dari dalam gubuk itu, “Tolong beritakan kabar gembira kepada temanmu, wahai Amirul Mukminin, bahwa Allah telah mengaruniakan kepadanya seorang anak laki-laki.”

Khalifah Umar bin Khattab segera bersujud syukur dan berdoa kepada Allah. Sementara itu, si lelaki gembira bercampur heran. Gembira karena istri dan anaknya selamat, dan heran karena lelaki yang sedang memasak dan meniup api di sampingnya dipanggil dengan sebutan “Amirul Mukminin”.

Baca Juga:  Kisah Said bin Amir Seorang Pemimpin yang Takut dengan Dunia

“Lekas kau temui istrimu!, dan ini sekedar membantu perawatan anakmu.” Umar memberikan sekantung uang yang segera diterima lelaki itu dengan penuh suka cita.

Sebelum lelaki itu masuk, dia memandang Umar. “Wahai tuan, siapa tuan sebenarnya?” tanya lelaki itu penasaran. “Aku, Umar bin Khattab, Khalifah yang terkutuk itu,” jawab Umar sambil tersenyum.

“Maafkan saya, Ya Amirul Mukminin. Saya tidak tahu kalau engkau adalah…”

“ Tidak Apa-apa.” Jawab Umar

Kisah ini menggambarkan kepada kita tentang pengabdian seorang pemimpin Umar bin Khattab dan istrinya Ummu Kultsum. Keduanya rela bersusah payah demi memastikan kehidupan rakyatnya baik-baik saja. Meskipun di tengah malam waktunya istirahat, Umar dan istrinya tidak menghabiskan waktunya untuk beristirahat.

Selain itu, kisah ini juga memberitahukan bahwa pada masa sahabat sudah ada perempuan yang bisa bertindak sebagai bidan. Dan tentu saja Ummu Kultsum bukan yang pertama kali menangani persalinan. Sebab jika belum berpengalaman, tidak mungkin Khalifah Umar bin Khattab menyerahkan tugas yang mempertaruhkan nyawa kepada istrinya.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik