Kisah Ummu Kultsum Putri Rasulullah Saw Hingga Dinikahi Utsman bin Affan

Kisah Ummu Kultsum

Pecihitam.org – Ummu Kultsum adalah salah satu putri Rasulullah Saw dari Khadijah binti Khuwailid, istri pertamanya. Pada masa jahiliyyah, ia menikah dengan Utaibah putra dari Abu Lahab. Utaibah merupakan saudara dari kandung Utbah yang juga menikahi putri Rasulullah Saw, Ruqayyah. Berikut adalah kisah Ummu Kultsum putri Rasulullah Saw.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Diceritakan bahwa beliau secara fisik adalah seorang perempuan yang padat tubuhnya, cantik wajahnya dan lebar kedua pipinya. Rasulullah Saw sendiri yang memberikan nama Ummu Kultsum. Beliau adalah adik dari Ruqayyah. Kedua sama-sama besar, rupanya sangat mirip dan sama-sama saling mengasihi dan bahkan mereka berdua seperti kembar.

Saat Ruqayyah dan Ummu Kulstum memasuki usia dewasa, keduanya dipinang secara bersamaan untuk kedua anak Abu Lahab bernama Utbah dan Utaibah. Tapi, Allah Swt menghendaki lebaikan kepada Ruqayyah dan Ummu Kultsum.

Mereka berdua dikembalikan ke orang tuanya secara berbarengan pula sesuai dengan perintah Abu Lahab kepada kedua anaknya: “Kepalaku dan kepala kalian berdua haram jika kalian berdua tidak mau menceraikan kedua anak Muhammad.”

Lantaran perceraian tersebut, Ummu Kultsum bisa selamat dari kesulitan hidup bersama pembawa kayu bakar (istri Abu Lahab). Seperti pula adiknya, Ruqayyah juga selamat dari kesengsaraan. Pada gilirannya, Ruqayyah akhirnya dinikahi oleh Utsman bin Affan r.a., lalu beliau memutuskan berhijrah ke Habasyah.

Baca Juga:  Kisah Cinta dan Patah Hati Salman al-Farisi, Sudah Jatuh Tertimpa Tangga

Tersisa Ummu Kultsum bersama adiknya Fathimah yang berada di rumah ayahnya di Mekkah, keduanya turut membantu ibunya yakni Khadijah Ummul Mukminin menghadapi beratnya kehidupan dan ikut meringankan gangguan orang-orang musyrik yang ditujukan kepada kedua orang tuanya.

Sampai pada masa puncak kebodohan, orang-orang Quraisy memutuskan untuk memboikot kaum muslimin dan Bani Hasyim. Pemboikotan yang dimaksud adalah dengan menghalangi mereka dari berbagai keperluan dan menggencet ekonomi dan kemasyarakatannya.

Sebagaimana umat Islam yang lain, Ummu Kultsum juga pun termasuk di antara orang yang merasakan sempitnya hidup lantaran pemboikotan dan merasakan perihnya rasa lapar yang amat sangat, sampai-sampai mereka harus makan daun-daunan pohon. Kejadian tersebut berlangsung sampai tiga tahun lamanya.

Saat itu, Ummu Kultsum mempunyai tanggung jawab yang paling besar, sebab ibunya Khadijah r.a. menderita sakit akibat pemboikotan yang terjadi. Khadijah hanya bisa berbaring di tempat tidur lantaran sakit parah. Sedangkan adiknya Fathimah az-Zahra masih butuh penjagaan dan bantuannya. Ummu Kultsum yang merawat ibunya dan mengurus adiknya turut meringankan beban penderitaan dan kesedihan ayahnya.

Baca Juga:  Ketika Salman Al Farisi ingin Melihat Punggung Rasulullah SAW

Setelah kaum muslimin lolos dari ujian pemboikotan, maka bertambahlah ujian yang menimpa mereka dan bertambah kuat pula tekad mereka dengan adanya cobaan tersebut. Di rumah nubuwah di Makkah, Khadijah mengembuskan napas terakhir.

Tepat pada 10 Ramadhan tahun kesepuluh setelah bi’tsah, berangkatlah ruh suci Khadijah menghadap Allah SWT. Selanjutnya, Ummu Kultsum menjadi orang yang paling bertanggung jawab mengurus rumah tangga Nubuwah yang suci.

Setelah dua tahun tinggal di Madinah bersama ayahnya, Rasulullah SAW, Ummu Kultsum turut menyaksikan kembalinya Nabi dari perang Badar, membawa kemenangan. Tapi, beliau juga turut menyaksikan wafatnya saudarinya yang mirip dengannya yakni Ruqayyah istri Utsman bin Affan dikarenakan sakit yang dideritanya.

Hati Ummu Kultsum berdebar sebab dengan kecerdasannya, beliau mampu menangkap maksud ayahnya yang akan menikahkannya dengan Utsman. Saat Ummu Kultsum mengenang moment-moment bersama saudari dekatnya, Ruqayyah ketika masih hidup, tiba-tiba Rasulullah Saw memanggil beliau dan menyampaikan kabar tersebut.

Akad nikah akhirnya dilakukan antara Ummu Kultsum dengan Utsman bin Affan r.a.. Pada hari pernikahannya, Utsman dijuluki sebagai “Dzun Nuuraini” sebab belum pernah ada seorang pun yang dinikahkan dengan dua putri Nabi selain dirinya. Ummu Kultsum pun pindah ke rumah suaminya dan hidup bersamanya selama enam tahun.

Baca Juga:  Kisah Wafatnya Sayyidah Aisyah Istri Nabi di Bulan Ramadhan

Semoga Allah merahmati Ummu Kultsum, yang ikut andil besar dalam menanggung beban dakwah di jalan Allah yang mana beliau berada pada masa penuh dengan penderitaan dan posisi dakwah yang paling sulit serta kerasnya hari-hari berjihad.

Ummu Kultsum meninggal dunia di Madinah bulan Sya’ban tahun ke 9 Hijriyah. Rasulullah Saw turut menyalati jenazah beliau, sementara yang bertindak turun di kuburannya di antaranya adalah Ali, Al-Fadhl, Usamah bin Zaid r.a., dan Thalhah Al-Anshariyah. Sedangkan orang yang memandikan jenazahnya adalah Asma binti Umais dan Shafiyyah binti Abdul Muthallib.

Setelah kepergian Ummu Kultsum, Rasulullah Saw bersabda kepada Utsman: “Seandainya aku mempunyai putri yang ketiga, niscaya akan aku nikahkan ia denganmu wahai Utsman.” Demikian kisah Ummu Kultsum putri Rasulullah Saw yang dirangkum dari beberapa kitab-kitab biografi seperti Siyar A’lamin Nubala’ dan Tadzhibul Kamal.

Ayu Alfiah