Nalar Wahabi Tentang Klaim Syirik dan Bid’ah Manaqib

Nalar Wahabi Tentang Klaim Syirik dan Bid'ah Manaqib

PeciHitam.org Kisah Nabi Muhammad SAW banyak ditemukan dalam kitab-kitab tarikh berupa Sirah Nabawiyyah atau Biografi lainnya. Selain berupa narasi-narasi berbentuk paragraph uraian kalimat deskripsi, biografi Rasulullah SAW bisa berupa untaian syair seperti dalam Burdah Banat Su’ad karya Ka’ab bin Zuhair.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Kisah Nabi SAW ditulis dan dibacakan sebagai bentuk dakwah untuk meneladani kisah kehidupan Rasulullah SAW sebagai Uswah sempurna. Pun penulisan sejarah hidup para Sahabat, Aulia atau Habaib banyak bertujuan sebagai ibrah untuk ditiru langkah hidupnya.

Penulisan biografi, sejarah hidup, sejarah perjuangan atau kisah keislaman para aulia atau orang shaleh pada hari ini dikenal dengan manaqib. Pembacaan bersama dalam sebuah majlis untuk mengenang jasa perjuangan Ulama (baca: Manaqib) banyak tertuduh sebagai pemujaan oleh salafi wahabi. Berikut sanggahannya!

Manaqib, Biografi Ulama Tertuduh Syirik

Pengetahuan cekak, tidak mau belajar atau menerima argumentasi logis adalah sedikit karakteristik golongan wahabi salafi. Sebagai contoh adalah klaim sesat dan syirik yang  disematkan kepada pembaca/ pengamal manaqib Ulama/ Aulia.

Entah tidak tahu atau tidak mau menerima kebenaran bahwa pembacaan manaqib Ulama/ Aulia seperti Syaikh Abdul Qadir al-Jailani merupakan pembacaan biografi dalam bahasa Arab. Bagaimana mungkin membaca biografi/ manaqib Ulama, Aulia, Habaib atau salafush shaleh tertuduh syirik?

Jika mau menerima argumentasi sederhana tersebut kiranya akan sangat mudah memahami atau tidak menuduh syirik kepada pembaca manaqib. Wong Manaqib hanya untaian karya sastra untuk menyebutkan peran perjuangan para Ulama, Aulia, Salafush Shaleh atau Habaib dalam mengajarkan Islam.

Baca Juga:  Ulama Wahabi: Memakai Seragam Tentara Termasuk Tasyabuh dan Bid'ah Dholalah

Klaim syirik dan sesat pembaca manaqib oleh salafi wahabi adalah sebuah kengawuran atau kedunguan penuduh. Pun Allah SWT memerintahkan untuk mengambil ibrah pelajaran dari kisah-kisah hikmah;

كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ذَلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ (١٧٦

Artinya; “Maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya Dia mengulurkan lidahnya (juga). demikian Itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir” (Qs. Al-A’raf: 176)

Manaqib dan Keutamaannya

Bahwa manaqib adalah biografi Ulama, Aulia, Habib atau Salafush Shaleh yang mengandung unsur pelajaran kebaikan untuk dicontoh. Tidak ada argumentasi kuat untuk melarang pembacaan sebuah narasi/ tulisan biografi para Aulia.

Baca Juga:  Kekeliruan Salafi Wahabi Dibalik Slogan "Kembali Ke Qur'an dan Sunnah"

Bahkan Syaikh Alawi al-Haddad menganjurkan untuk membaca biografi kisah para Ulama atau aulia shaleh sebagai pengingat perjuangan mereka. Tujuan utamanya adalah sebagai bahan percontohan bagi Muslim generasi berikutnya agar mengikuti jejak perjuangannya.

اِعْلَمْ يَنْبَغِي لِكُلِّ مُسْلِمٍ طَالِبِ الْفَضْلِ وَالْخَيْرَاتِ أَنْ يَلْتَمِسَ الْبَرَكَاتِ وَالنَّفَحَاتِ وَاسْتِجَابَةَ الدُّعَاءِ وَنُزُوْلِ الرَّحْمَاتِ فِيْ حَضَرَاتِ اْلأَوْلِيَآءِ فِيْ مَجَالِسِهِمْ وَجَمْعِهِمْ أَحْيَاءً وَأَمْوَاتًا وَعِنْدَ قُبُوْرِهِمْ وَحَالَ ذِكْرِهِمْ وَعِنْدَ كَثْرَةِ الْجُمُوْعِ فِيْ زِيَارَاتِهِمْ وَعِنْدَ مُذَاكَرَاتِ فَضْلِهِمْ وَنَشْرِ مَنَاقِبِهِمْ

Artinya; ‘Camkanlah! Seharusnya setiap Muslim yang ingin mencari keutamaan dan kebaikan supaya ia mencari berkah, anugerah, terkabulnya doa, dan turunnya rahmat dihadapan aulia (para Wali Allah). Dengan mendatangi majelis mereka baik masih dalam keadaan hidup atau sudah meninggal dunia, di makam mereka, berziarah ke makam aulia, dan majelis pembacaan riwayat mereka’

Keberkahan majelis para aulia tidak terlepas dari faidah nasehat yang selalu diluncurkan dalam setiap pertemuan. Pun setelah beliau wafat, makam-makam beliau selalu ramai dengan orang berdzikir, bershalawat, membaca kalimah thayyibah dan bacaan al-Qur’an.

Baca Juga:  Perbedaan Wahabi dan Aswaja, Mulai dari Masalah Tauhid hingga Pemilihan Ulama

Kiranya keberkahan ini tidak akan pernah surut selama perbuatan baik selalu menyertai setiap majelis aulia baik manaqib atau ketika ziarah. Pembacaan manaqib para Aulia dalam pandagan Syaikh Alawi al-Hadad mengandung kebaikan.

Pun klaim sesat atau syirik ketika membaca manaqib oleh salafi wahabi tidak ada dalil khusus yang menerangkannya. Bagaimana dikatakan syirik, bid’ah atau sesat ketika hanya membaca sejarah hidup atau biografi Ulama selain berasal dari pembenci.

Ash-Shawabu Minallah

Mochamad Ari Irawan