Kyai Nawawi: Radikalisme Sudah Menyebar Luas di Provinsi Banten

Radikalisme Sudah Menyebar Luas di Provinsi Banten

Pecihitam.org – Ulama Kresek sekaligus Sekjend Jama’ah Yaasin Nusantara (Jaya Nusa) KH. Nawawi seperti yang dikutip Redaksi pecihitam.org dari tangerangonline.id mengatakan, saat ini sudah banyak masyarakat yang terpapar radikalisme dan di Provinsi Banten paham radikal sudah menyebar cukup luas.

“Saat ini sudah banyak pegawai BUMN yang terpapar paham radikalisme. Di Provinsi Banten ini juga penyebarannya sudah lumayan banyak mengenai paham radikal termasuk tentang khilafah. Sebenarnya khilafah bukan ditolak, hanya saja tertolak di Indonesia,” ucap KH. Nawawi, usai Dialog Kebangsaan bertajuk “Merajut Persatuan Di Tengah Perbedaan” dalam Acara Halal Bihalal Ulama dan Launching Jama’ah Yaasin Nusantara (Jaya Nusa), di Pondok Pesantren NU Cempaka, Kecamatan Kresek, belum lama ini.

Selain KH. Nawawi, sejumlah tokoh dan ulama juga hadir dalam dialog kebangsaan tersebut, yakni KH Bunyamin Hafidz Ketua PWNU Banten, KH. Junaidi, KH. Latif Humaidi, KH. Sambas Atmaja, KH. Maujud, KH. Sam’un, dan juga Habib Hadad Alwi Assegaf yang memimpin sholawat.

Baca Juga:  Motif Pelaku Penusukan Wiranto Terkait ISIS, Anggap Pemerintah Thaghut

KH. Idham Cholid, Ketua Umum Jaya Nusa menambahkan, dialog kebangsaan tersebut bertujuan untuk untuk merawat tradisi nusantara, yakni tradisi yang baik dan menjadi kebiasaan sesepuh di kalangan masyarakat.

“Jama’ah Yaasin Nusantara ini kita masukan untuk menjadi wadah berkumpul untuk mengembangkan gerakan-gerakan yang efektif. Satu, merawat tradisi yang baik seperti Yasinan, Mauludan, Halal Bi Halal, ini kan kebiasaan baik, jadi tidak perlu dikatakan bid’ah atau apalah itu, terutama yasinan. Orang baca Yasin itu kan baik karena bagian dari Al-quran, dan dalam skala yang luas menjaga tradisi atau budaya secara umum,” jelasnya.

Menurut Idham Cholid, tradisi merupakan hasil dari kreatifitas budaya lokal masyarakat dan para pendahulu bangsa. Menurutnya, dengan tidak adanya tradisi maka akan menimbulkan sesuatu yang berbahaya.

Baca Juga:  Kiai Ma'ruf Amin: Radikalisme Bukan Soal Pakaian, Tapi Cara Berpikir

“Tanpa mengenal tradisi, kita tidak akan historis. Bahayanya kalo ahistoris itu, nanti menganggap diri paling benar, paling baik, orang baik itu tidak akan menganggap dirinya baik,” ucapnya.

Lanjut Idham Cholid, kalau mengawal tradisi itu termasuk khazanah pemikiran dari para pendiri bangsa bagaimana merumuskan negara.

“Sekarang ini kan kita memiliki ancaman pemikiran transnasional, terutama dalam paham kebangsaan atau kenegaraan yang tidak mengenal dengan batas-batas nationstate,” jelasnya.

Indonesia kata Idham Cholid, merupakan negara yang terdiri dari ikatan-ikatan primordial yang mengayomi berbagai suku bangsa. Maka dari itu, menurutnya, Indonesia tidak bisa jika dipaksakan menggunakan sistem khilafah.

“Negara kita ini negara yang memikul tanggung jawab karena mengayomi bangsa yang besar ada Sunda, Jawa, Batak, Minang, Papua, dan lainnya, berbeda dengan Eropa yang satu bangsa tetapi negaranya banyak, ada Itali, Belanda, Jerman, Spanyol, lalu di Arab, satu bangsa tetapi ada banyak negara. Kita lengah sedikit saja bisa disintegrasi. Fenomena terakhir ini kan sangat bahaya sekali. Kita harus mengawal konfik ideologi itu demi menjaga keutuhan NKRI,” pungkasnya

Baca Juga:  Abu Janda Emosi, Kritik Gubernur yang Takut PKI
Redaksi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *