Lailatul Ijtima’, Amalan Nahdliyin Dari Dulu Hingga Kini

Lailatul Ijtima’, Amalan Nahdliyin Dari Dulu Hingga Kini

PeciHitam.org – Bagi Orang NU, menyelenggarakan pertemuan tiap bulan itu biasa. Pertemuan itu dinamakan Lailatul Ijtima’. Lailah artinya malam, dan ijtima’ artinya pertemuan. Artinya sebuah ”pertemuan malam” yang diselenggarakan di setiap bulan.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Awalnya ini adalah kebiasaan para kiai yang akhirnya menjadi kebiasaan orang-orang NU atau pengurus NU. Acara ini dimanfaatkan untuk membahas, memecahkan dan mencarikan solusi atas problem organisasi, mulai masalah iuran, menghadapi Ramadlan, Tarawih, menentukan awal Ramadlan, sampai menjalar ke masalah-masalah umat yang berat.

Lailatul Ijtima’ ini adalat ditemui mulai dari tingkat pengurus ranting (desa), tingkat majelis wakil cabang (kecamatan), tingkat cabang (kabupaten/kota), tingkat wilayah (provinsi), sampai pengurus besar.

Salah satu pembukaan dalam Lailatul Ijtima’ ini biasanya adalah pembacaan tahlil yang menjadi ciri khas orang NU, mengirim doa kepada arwah orang tua, para guru, semua kaum muslimin dan muslimat, khususnya para sesepuh pendiri NU yang telah wafat.

Pertemuan semacam ini berdasar pada, pertama:

وَفِي رِوَايَةِ البُخَارِي وَمُسْلِمٍ وَالتُّرْمُذِي وَالنَّسَائِي قال رسول الله صلى الله عليه وسلم اَلدُّعَاءُ مُسْتَجَابٌ عِنْدَ اجْتِمَاءِ الْمُسْلِمِيْنَ. وَفِيْ رِوَايَةٍ الدُّعَاءُ مُسْتَجَابٌ فِيْ مَجَالِسِ الذِّكْرِ وَعِنْدَ خَتْمِ الْقُرْآنِ. كَذَا فِيْ الْحِصْنِ الْحَصِيْنِ

Dari riwayat Bukhori, Muslim, Turmudzi, dan Nasa’i, Rasulullah SAW bersabda: Doa mustajab (dikabulkan) itu ketika berkumpulnya kaum muslimin. Di sebuah riwayat lain disebutkan: Doa mustajab itu ada di majels dzikir dan khataman Al-Qur-an. Demikian seperti dumuat dalam kitab Al-Hisnul Hasin. (Khozinatul Asror, hlm 140)

Baca Juga:  Proses Penyebaran Islam di Nusantara Menurut Mukti Ali

Dalil kedua:

وَالْحَقُّ أنَّ اْلمُؤْمِنَ إِذاَ اشْتَغَلَ فِيْ تِلْكَ الَّيْلَةِ الْخَاصَّتِ بِأّنْوَاءِ الْعِبَادَةِ مِنَ الصَّلَاتِ وَالتِّلَاوَةِ وَالذِّكْرِ وَالدُّعَاءِ يَجُوْزُ وَلَا يُكْرَهُ

Orang-orang mukmin jika menyelenggarakan malam yang khas itu dan mengisinya dengan berbagai kegiatan seperti shalat, membaca Al-Qur’an, dzikir, dan doa, hukumnya boleh-boleh saja, tidak makruh. (Durratun Nasihin, Hlm 204)

Dalil ketiga,

اَلْعِبَادَةُ هُوَ فِعْلُ الْمُكَلَّفِ عَلَى خِلَافِ هَوَى نَفْسِهِ تَعْظِيْمًا لِرَبِّهِ

Ibadah adalah pekerjaan mukallaf melawan hawa nafsu demi mengagungkan asma Allah. (At-Ta’rifat lis Sayyid Ali bin Muhammad al-Jurjani, hlm. 128)

Agenda rutin warga Nahdliyin dalam rangka Lailatul Ijtima’ merupakan kegiatan Warga Nahdlatul Ulama yang dilaksanakan di semua jenjang kepengurusan NU. Mulai dari tingkat ranting di desa/kelurahan, Majelis Wakil Cabang (MWC) di kecamatan, PCNU di kabupaten/kota, hingga tingkat PBNU di pusat. 

“Tak terkecuali di Kabupaten Bondowoso. Jadi, istilah Lailatul Ijtima’ ini tidak asing lagi di Nahdlatul Ulama dan hanya ada di NU,” kata H Tohari, Ketua DPRD Bondowoso di hadapan peserta Lailatul Ijtima’.

Hal tersebut disampaikannya dalam Lailatul Ijtima’ dan Halal Bihalal yang dihadiri jajaran PCNU Bondowoso di Aula Gus Dur kediamannya Jalan KH Abdurrahman Wahid No 35 Maesan Kabupaten Bondowoso, Senin (17/6) malam.

Baca Juga:  Berkenalan dengan IMNU, Nahdliyin Bisa Belajar Bisnis Online

Tohari yang pernah menjabat Ketua MWCNU Kecamatan Maesan ini mengaku bersyukur kepada Allah SWT sehingga pada malam 14 Syawal, di mana setiap tanggal 14 tiap bulan, pihaknya masih rutin dan istiqomah bersama-sama hadir dalam Lailatul Ijtima’ bersama warga Nahdliyin dan PCNU Bondowoso.

“Pada kesempatan tanggal 14 yang masih dalam suasana lebaran ini, di mana lebaran tahun kemarin sampai lebaran sekarang berbarengan dengan musim Pilkada. Mungkin ada yang bertengkar, ada yang tidak menyapa gara-gara Pilkada dan Pemilu 2019. Mulai hari ini kita tidak perlu bertengkar lagi,” ucapnya di hadapan para jamaah.

Tahun ini, lanjut dia, betul-betul menjadi ujian untuk kita semua. Sebab, dalam satu tahun ada beberapa momentum yang kadang mengakibatkan beda pilihan di antara kita semua. “Karena beda keinginan sehingga mengakibatkan terjadinya perselisihan,” tandasnya.

Oleh karenanya, atas nama pribadi dan keluarga ia meminta maaf jika ada kesalahan baik sengaja atau tidak sengaja kepada para hadirin yang berbeda dukungan dan pilihan. “Mari kita sudahi. Ini sudah selesai. Kita berikan kewenangan kepada MK mengurus Pilpres. Sebab, itu bukan bagian kita. Semua sudah ada bagian tersendiri,” jelasnya.

Lailatul Ijtima’ yang digelar, lanjut dia, tidak ada kaitan dengan pemilu. Karena kegiatan tersebut sudah berjalan lima tahun. Ia berharap Lailatul Ijtima’ yang digelar tiap bulan dapat memperkuat tali silaturrahim antarwarga NU. “Melalui acara ini, kita berharap dikumpulkan bersama para kiai pendiri Nahdlatul Ulama,” harapnya.

Baca Juga:  Tradisi Rasulan, Cara Para Petani Mensyukuri Hasil Bumi yang Melimpah

Pantauan NU Online, agenda acara antara lain istighotsah dan takhtiman Al-Quran. Usai khataman, H Tohari membacakan lembaran berisi nama-nama almarhum yang dipesan para jamaah yang hadir agar didoakan. Kemudian dilanjutkan sholat hajat, sholat mutlaq untuk almarhumin lalu ditutup dengan sholawatan.

Ketua PCNU Bondowoso KH Abdul Qodir Syam atas nama pengurus NU mengucapkan mohon maaf lahir batin bila ada kesalahan kepada para jamaah.

“Biar tidak menjadi orang yang muflis (bangkrut) nantinya. Membawa amal tapi ada kesalahan kepada orang lain, sedikit demi sedikit amalnya akan habis. Maka, mari saling memaafkan,” kata Kiai Qodir.

Mohammad Mufid Muwaffaq

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *