Makna Zuhud Menurut Para Ulama Tasawuf dan Hadits yang Membahas Tentang Zuhud

Makna Zuhud Menurut Para Ulama Tasawuf dan Hadits yang Membahas Tentang Zuhud

Pecihitam.org- Dalam kajian tasawuf, kata zuhud sangat sering muncul baik dalam sebuah penjelasan maqom, bahkan dalam sebuah kisah. Lantas apa makna dari zuhud tersebut?

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Makna zuhud adalah meninggalkan kesenangan terhadap kecintaannya pada dunia, artinya tidak kita tidak disibukan oleh kegiatan-kegiatan duniawi sehingga lalai atau lupa kepada Allah SWT. Akan tetapi zuhud bukanlah harus mengosongkan tangan dari memiliki harta.

Ibnu Taimiyah mengartikan zuhud sebagai tindakan meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat untuk kepentingan akhirat. Sedangkan menurut Sufyan Ats-Tsaury zuhud di dunia artinya tidak mengumbar harapan tetapi bukan pula memakan makanan yang sudah kering atau mengenakan pakaian yang kurang layak (lusuh).

Imam Ahmad mengatakan bahwa zuhud menunjukkan tiga perkara.:

  • Zuhudnya orang-orang awam, yakni meninggalkan yang haram.
  • Zuhudnya orang-orang khas atau khusus, yakni meninggalkan perbuatan yang berlebih-lebihan dalam hal yang halal.
  • Zuhudnya orang-orang yang ma’rifatullah, yakni meninggalkan kesibukan selain mengingat Allah.

Terdapat sebuah hadits yang menggambarkan tentang anjuran Rasulullah untuk bersikap zuhud:

Dari Abul Abbas, Sahl bin Sa’ad as-Sa’idi ra, ia berkata, seorang lelaki datang kepada Rasulullah Saw lalu bertanya, “Wahai Rasulullah, tunjukkanlah padaku suatu perbuatan yang jika aku mengerjakannya maka saya akan dicintai Allah dan manusia,” maka Rasulullah bersabda, “Zuhudlah engkau di dunia niscaya Allah mencintaimu dan zuhudlah engkau dalam hal yang dicintai manusia, niscaya manusia mencintaimu,” (HR Ibnu Majah)

Baca Juga:  Macam Kaidah Dzikir dalam Tarekat, Bagaimana Sajakah?

Hadits ini memberikan penjelasan kepada kita bahwa seutama-utamanya perbuatan yang dapat mendatangkan cinta Allah dan manusia ialah zuhud. Rasulullah melalui hadits ini juga menganjurkan kita supaya menahan diri dari memperbanyak harta dunia dan bersikap zuhud.

Beliau bersabda, ‘Jadilah kamu di dunia ini laksanan orang asing atau pengembara,’ dan beliau juga besabda, ‘Cinta kepada dunia menjadi pangkal perbuatan dosa,’ atau dalam hadits lain Rasul juga bersabda, ‘Orang yang zuhud dari kesenangan dunia menjadikan hatinya nyaman di dunia dan di akhirat. Sedangkan orang yang mencintai dunia hatinya menjadi resah di dunia dan di akhirat,’

Menurut Ibn Daqiqil dalam Syarhul Arba’in Nawawiyyah, melalui beberapa hadits tentnag zuhud di atas, bahwa Rasul menasehati (khususnya) salah seorang sahabat yang bertanya di atas dan umumnya untuk para umatnya agar menjauhkan diri dari menginginkan sesuatu yang berlebih-lebihan, yang dimiliki orang lain.

Baca Juga:  Jam’u dan Farqu, Sudah pada Maqom Mana Kualitas Ibadahmu?

Jika seseorang ingin dicintai lalu meninggalkan kecintaanya kepada dunia, mereka tidak akan berebut dan bermusuhan hanya karena mengejar kesenangan dunia yang sifatnya sementara.

Rasulullah Para ulama sudah sepakat bahwa zuhud itu merupakan perjalanan hati dari negeri dunia dan menempatkannya di akhirat. Dengan pengertian inilah orang-orang terdahulu menyusun kitab-kitab zuhud seperti Ibnul Mubarak, Imam Ahmad, Waki’, Hanad bin As-Siry dan lain-lainnya.

Perkara-perkara yang berkaitan dengan zuhud ada enam macam, dan seseorang tidak layak mendapat sebutan zuhud kecuali menghindari enam macam yakni harta, wajah, kekuasaan, manusia, nafsu dan hal-hal selain daripada Allah. Namun, menghindari enam macam disini bukan berarti menolak hal milik atau sengaja memiskinkan diri.

Kita tahu bahwa Nabi Daud as dan Sulaiman AS merupakan orang yang paling zuhud pada zamannya tapi dua Nabi Allah ini memiliki harta yang tak terbilang banyaknya, kekuasaan dan juga isteri yang tidak dimiliki orang lain selain mereka.

Baca Juga:  Tujuan Utama Mengamalkan Ajaran Tasawuf dalam Islam

Dan hal-hal yang telah kita ketahui pula bahwa pastilah Rasulullah Saw ialah orang yang paling zuhud tapi beliau dianugerahi sembilan isteri. Para sahabat pun; semisal Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin Auf, Az-Zubair dan Utsman termasuk orang-orang yang zuhud tetapi mereka memiliki harta-harta yang melimpah ruah.

Mochamad Ari Irawan