Mengenal Mansa Musa; Raja Islam Penguasa Emas dari Afrika

Mengenal Mansa Musa; Raja Islam Penguasa Emas dari Afrika

PeciHitam.org – Perkembangan Islam sejak ditinggal wafat oleh Nabi Muhammad SAW tetap mengalami perkembangan yang menggemberikan. Masa Khulafaur Rasyidin, wilayah kekuasaan Islam mencakup seluruh Jazirah Arab dan terus berkembang pada masa Kekhalifahan Bani Umayyah.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Bahkan Muawiyyah bin Abi Shufyan, khalifah Bani Umayyah, mencoba menginvasi Konstantinopel. Letak Konstantinopel berada di wilayah Timur Laut Eropa yang sekarang menjadi Negara Turki.

Walaupun menemui kegagalan, namun membuktikan adanya perluasan wilayah masif sepeninggal Rasulullah SAW.

Persebaran Islam ke Jazirah Afrika juga sudah dimulai sejak kepemimpinan amirul mukminin, Umar bin Khattab tahun 639 M. Peradaban Islam muncul di Jazirah Afrika utara untuk pertama kalinya dengan menaklukan Mesir dibawah Yuridiksi Islam.

Perkembangan Islam selanjutnya di Afrika memunculkan Raja Kaya Raya dari Kekaisaran Mali yaitu Mansa Musa. Ia dikenal sebagai Raja Islam terkaya yang tercatat oleh sejarah, dengan aset utama berupa Emas.

Daftar Pembahasan:

Raja Emas Dari Afrika

Deretan orang kaya Modern saat ini didominasi oleh para pengusaha yang sukses membangun Dinasti Kerajaan Bisnis yang besar. Merujuk pada data terbaru (tahun 2020), orang terkaya di dunia adalah Jeff Bezos dengan nilai kekayaan sebesar $ 113 Miliar, atau setara dengan 1.870 Triliyun rupiah. Angka sangat besar, hampir sama dengan APBN Indonesia tahun yang sama.

Namun kekayaan Jeff Bezos tersebut tidak menjadi nominal tertinggi untuk kekayaan yang dimiliki oleh seseorang. Manusia terkaya sepanjang masa ternyata dipegang oleh orang Islam yang menjadi Raja di Kerajaan Mali pada abad pertengahan yaitu Mansa Musa.

Mansa Musa dilahirkan pada tahun 1280 M di keluarga Penguasa Kerajaan Mali yang sebelumnya menaklukan kekaisaran Ghana. Ia menjadi Raja Kerajaan Mali menggantikan Mansa Abu Bakar Keita, yang juga kakak beliau. Mansa Musa menjadi penguasa Kerajaan Mali dari tahun 1312 sampai beliau wafat pada tahun 1337 M.

Kisah kemasyhuran Mansa Musa banyak diberitakan oleh Ibnu Khaldun, Ibnu Batuta, Al-Umari dan Abu Said Ad-Dukkali. Cerita kekayaan Mansa Musa tercatat ketika beliau melakukan perjalanan untuk ziarah ke Makkah guna menunaikan Ibadah haji. Mansa Musa membawa serta seluruh petinggi kerajaan dan budak pelayan menemani ekspedisi beliau.

Baca Juga:  Hejaz Railway, Mega Proyek Jalur Kereta Api Istanbul-Mekah Era Turki Utsmani

Ia membawa sekurangnya 60.000 rombongan, 12.000 budak dengan masing-masing membawa 4 Kg Emas Murni. Mereka yang bergolongan bangsawan menggunakan pakaian brokat dari Sutra Persia yang terkenal sangat mahal pada masanya.

Selama ekspedisi, Mansa Musa melewati Mesir, Kairo, Fez dan menuju ke Makkah. Dalam rombongan ini juga terdapat karapan 80 unta yang khusus membawa Bijih Emas seberat 3 Kuintal sebagai bekal dibagikan kepada Fakir Miskin.

Tidak ada seorang-pun Raja di dunia melakukan ekspedisi ziarah dengan rombongan sebesar yang dilakukan Mansa Musa. Ekspedisi ini memiliki beragam kepentingan, mulai dari menunjukan kebesaran Kerajaan Mali, Kedermawanan Raja Mansa Musa, menunaikan Ibadah Haji dan merekrut Ilmu dari wilayah Islam untuk membangun peradaban Kerajaan Mali di Timbuktu.

Kekayaan Mansa Musa berasal dari Tambang Emas yang berada dipenjuru Kerajaan Mali. Disamping menjadi kerajaan penghasil emas terbesar pada masanya, Kerajaan Mali juga menguasai perdagangan Garam.

Penambangan Garam pada masa Mansa Musa berlokasi di Danau Garam Kuno di daerah Tauodenni, 660 KM utara Timbuktu.

Komoditas Garam juga sangat mahal didataran Afrika karena banyak daerah yang terkurung daratan. Akses ke pusat Garam dilaut menjadi sangat susah, menjadikan harga Garam menjadi mahal.

Sumber kekayaan Kerajaan Mali yang sangat besar menjadikan Mansa Musa bisa dikatakan sebagai Raja Emas.

Sejarah banyak memperkirakan nominal kekayaan Raja Mansa Musa, Sang Raja Emas dari Afrika sekitar $400 Miliar atau sekitar 5.720 Triliyun Rupiah.

Nilai ini setara dengan 3 kali APBN Indonesia tahun 2020.  Angka yang sangat besar untuk ukuran harta milik pribadi.

Pemerintahan Mansa Musa

Tradisi yang dijalankan di Kerajaan Mali ketika menunjuk pengganti, suksesor atau calon pewaris tahta  yakni ketika Raja yang sedang berkuasa melakukan ekspedisi Ibadah Haji.

Ketika Raja Mansa Abu Bakar Keita menunaikan Ibadah Haji, ia ditunjuk menggantikan posisi Pengaman Kerajaan yang secara resmi ditunjuk sebagai calon penerus atau putra mahkota.

Baca Juga:  Tragedi Karbala Versi Sunni Lebih Bisa Dipertangung Jawabkan Sanadnya, Benarkah??

Tradisi ini juga dilakukan oleh Mansa Musa ketika melakukan Ekspedisi ke Makkah, ia menunjuk Maghan Musa sebagai pewaris, ketika Raja Berkuasa sedang bepergian.

Penggantian Raja di Kerajaan Mali dari Mansa Abu Bakar Keita II ke Mansa Musa terjadi pada tahun 1312 M. segera setelah Mansa Musa naik tahta, ia segera meluaskan wilayah Kerajaan Mali.

Kota-kota yang masih dalam wilayah Kekaisaran Ghana beliau taklukan yang menjadikan Kerajaan Mali menjadi besar. Setidaknya pada masa Mansa Musa, Kerajaan Mali menguasai wilayah Mali, Ghanan dan Mauritania. Wilayah ini adalah pusat pertambangan emas di Afrika bahkan bertahan hingga sekarang.

Literasi sejarah mengatakan bahwa Mansa Musa menguasai setidaknya 24 kota bekas kekaisaran Ghana yang sudah lemah. Penguasaan Kerajaan Mali terhadap sumber tambang emas, tambang Garam dan Jalur perdagangan Trans Sahara menjadikan kerajaan Mali kuat dan kaya raya. Kekuatan dan kekayaan Kerajaan Mali juga membuat Negara memiliki stabilitas politik yang baik.

Kestabilan Politik yang baik menjadikan Kerajaan Mali menjelma menjadi pusat pendidikan Islam di Afrika dengan mercusuar Kota Akademik Timbuktu.

Ekspedisi Haji yang dilakoni Mansa Musa ke Makkah melewati Mesir juga memiliki tujuan merekrut Ilmuan dari wilayah Islam untuk memajukan peradaban di Timbuktu.

Pondasai utama menguatkan peradaban dan pendidikan di Kerajaan Mali dilakukan oleh Mansaa Musa dengan membangun Uniersitas Sankore yang berbasis di Masjid.

Fungsi Masjid diperluas menjadi Universitas yang mengajarkan banyak bidang keilmuan. Mansaa Musa mendiringan Masjid terbesar di Timbuktu bernama Masjid Djingareyber untuk dikembangkan menjadi Universitas.

Sekembalinya Ekspedisi Mansaa Musa dari Makkah melalui jalur Mesir, Kairo, dan Fez membawa serta banyak sarjana dan Arsitek dari wilayah Islam.

Usaha memajukan peradaban melalui pendidikan terus dilakukan Mansa Musaa dengan banyak mengeluarkan biaya operasional untuk memenuhi perpustakaan Universitas Sankore. Perlu diketahui, Universitas Sankore memiliki Koleksi buku perpustakaan sebanyak 700.000.

Peninggalan Mansa Musa

Kisah Mansa Musaa tidak terlepas dari cerita kedermawanan beliau kepada Fakir Miskin yang memberikan emas ketika menemuinya. Sepanjang jalan ke Makkah, ia akan selalu membagikan emas kepada siapapun yang dirasa lemah dan tidak memiliki harta. Kedermawanan Mansaa Musa ternyata membawa dampak buruk terhadap perekonomian di Mesir dan wilayah yang dilewatinya.

Baca Juga:  Asal-Usul Masyarakat Arab Hingga Berkembangannya Islam Di sana

Gelombang Resesi dialami wilayah yang dilalui oleh Mansaa Musa karena kelebihan stok Emas beredar di masyarakat.

Penelitian modern menyebutkan dari situs SmartAsset.com menjelaskan bahwa ekspedisi Mansaa Musa ke Makkah menjadikan anjloknya harga emas dipasaran Timur Tengah selama 10 tahun.

Peninggalan Mansaa Musa juga diungkapkan oleh Al-Umari yang berkunjung ke Mesir sekitar tahun 1335. Ia berkunjung sepuluh tahun setelah Mansaa Musa, dan mendapatkan fakta kekaguman orang Mesir kepada beliau. Penduduk Mesir menyanjung Mansa sebagai dermawan dan Raja yang Kaya Raya, membanjiri Kairo dengan Emas.

Bukan hanya peninggalan kisah kekayaan Mansaa Musa yang bisa dikenang, beliau adalah Raja yang mendirikan Universitas Sankore, Masjid Djingareyber, Istana Hall of Audience, dan membangun 400 Kota.

Salah satu peninggalan Mansaa Musa yang masih tersisa hingga saat ini adalah Masjid Djingareyber yang menjadi pusat pendidikan.

Peninggalan Manuskrip yang berhasil beliau kumpulkan di Perpustakaan Uniersitas Sankore juga tidak kalah pentingnya walaupun sekarang sudah tidak diketemukan lagi.

Pergolakan politik dan ekstrimnya perluasan gurum Sahara menjadikan peninggalannya tenggelam dalam masa kelam. Ash-Shawabu Minallah

Mohammad Mufid Muwaffaq