Maqalah Kitab Nashoihul Ibad Karya Syekh Nawawi al Bantani (Bagian 2)

maqolah nashoihul ibad

Pecihitam.org – Melanjutkan terjemah Maqolah dalam kitab Nashoihul Ibad karya Syekh Nawawi al Bantani bagian 1.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Daftar Pembahasan:

Maqalah 3 (Dua perumpamaan masuk kubur tanpa bekal)

Abu Bakar Ash-Shiddiq pernah berkata: “barang siapa masuk kubur tanpa membawa bekal, maka seakan-akan dia mengarungi lautan tanpa perahu.”
Maksudnya adalah ketiika seseorang masih hiidup hendaknya mencari bekal . Seperti diibaratkan seperti mengarungi lautan tanpa perahu, pastii akan tenggelam setenggelam-tenggelamnya, tanpa bisa tertolong kecuali mendapat pertolongan.

Seperti sabda Rasulullah SAW: “keadaan mayat di dalam kubur itu tak ubahnya seperti orang yang tenggelam yang meminta pertolongan”. Dapat kita pahami bahwa seseorang yang masiih hidup diwajibkan rajin beribadah agar memiliki bekal untuk dibawa keam kubur. Sehingga tidak akan tenggelam dan dapat tertolong dengan bekal yang dibawanya.

Maqalah 4 (Dua kemuliaan)

Kemuliaan di dunia, kemuliaan dunia dapat diraih dengan harta. Dan kemuliaan akhirat hanya bisa diraih dengan amal shalih. Maksudnya, urusan dunia tidak akan berjalan dan tidak dapat sukses tanpa adanya dukungan harta demikian pula dengan perkara akhirat, tidak akan masuk surga tanpa adanya amal perbuatan yang baik sebagai bekalnya.

Dinukiilkan darii Syaikh Abdul Mu’tii As-Samlawi: bahwa Nabii SAW pernah berkata kepada Jibril: “gambarkanlah kepadaku tentang kebaikan-kebaiikan Umar”. Jibriil menjawab: “Bila lautan menjadi tinta dan seluruh pepohonan menjadi penanya, maka aku tetap tidak dapat menghitung kebaikannya”. Nabi SAW berkata lagi: “gambarkanlah kepadaku tentang kebaikan-kebaikan Abu Bakar.” Jibril menjawab: “Umar adalah salah satu gambaran dari semua gambaran kebaikan Abu Bakar.”

Maqalah 5 (Dua kesedihan)

Kesedihan karena urusan dunia dapat menggelapkan hati, sedangkan kesedihan karena urusan akhirat dapat meneragi hati. Maksudnya adalah seseorang yang gila akan dunia bisa menyebabkan gelapnya hati maka jangan pernah menjadikan duniia sebagaii perkara yang disusahkan. Namun ketika seseorang menyusahkan perkara akhirat itu akan menjadikan hati yang lapang dan terang.

Baca Juga:  Kitab Fathul Bari Syarah Shahih Bukhari Karya Ibnu Hajar

Maqalah 6 (Dua pencarian)

Barang siapa mencari ilmu, berarti dia sedang mencari surga dan barang siapa mencari kemaksiatan, berarti dia sedang mencari jalan keneraka.
Yang dimaksud dengan ilmu adalah ilmu yang bermanfaat, yang wajib diketahui dan dipelajari oleh setiap orang yang baligh dan berakal sehat.

Sedangkan yang dimaksud dengan mencari surga adalah dimana ketika mencari ilmu dan dapat bermanfaat bagi orang lain maka ia akan menemukan surga namun ketika dia melakukan kemaksiatan sama saja dengan dia mencari jalan menuju neraka.

Maqalah 7 (Dua orang mulia dan bijaksana)

Yahya bin Muadz berkata: Orang yang muliia tidak akan durhaka kepada Allah, dan orang yang biijaksana tidak akan memilih dunia dengan meninggalkan akhirat. Maksudnya adalah orang yang muliia adalah orang-orang yang tidak akan menyekutukan Allah, dia akan selalu mengiisii hari-harinya dengan ketaqwaan kepa Allah SWT.

Begitu juga bagi orang yang bijak tidak akan mementingkan atau mendahulukan urusan dunia darii pada urusan akhirat, pasti akan mengutamakan kebaikan dari pada keburukan.

Maqalah 8 (Dua modal yang berbeda hasilnya)

Al-Amasy (Sulaiman bin Mihran Al-Kufi) berkata: “Barang siapa yang modal kekayaannya berupa taqwa, maka semua liisan takakan ada yang mampu untuk menggambarkan keuntungan dalam agamanya.” Dan “barang siapa yang modal kekayaannya berupa dunia, maka semua lisan tak akan akada yang mampu untuk menggambarkan kerugiian dalam agamanya”.

Baca Juga:  Haul Syekh Nawawi al Bantani, Ulama Nusantara yang Mendunia

Artinya, barang siapa yang bermodalkan taqwa dengan menjalankan perintahNya maka kebaikan yang didapatnya tidak akan terhingga. Namun ketika perbuatan yang dilakukan berseberangan dengan perintah Allah SWT maka kerugian yang akan didapatkannya hingga lisan tak mampu untuk mengungkapkannya.

Maqalah 9 (Dua dasar kemaksiatan)

Dari Sufyan Ats-Tsaury beliau berkata: Pertama,“setiap kemaksiatan yang timbul dari dorongan nafsu masih biisa diharapkan ampunannya”. Kedua,”setiap kemaksiatan yang timbul dari dorongan kesombongan, maka tidak dapat diharapkan ampunannya”.

Sebab Iblis durhaka karena kesombongannya dimana dia tidak mau bersujud kepada Adam AS. karena iblis merasa lebih tinggii sebab dia tercipta dari api dan nabi Adam tercipta dari tanah. Sedangkan ketergelinciran nabi Adam As. yang menginginkan buah kuldi padahal Allah telah melarangnya, namun masih dapat diharapkan ampunannya kemudian Allah mengampuni nabi Adam AS. namun dengan menurunkan nabi Adam dan Siti Hawa ke muka Bumi.

Maqalah 10 (Dua jenis tangisan)

Seorang ulama zuhud berkata: “Barang siapa yang berbuat dosa, sementara dia tertawa (merasa bangga), maka kelak Allah akan memasukkannya ke dalam neraka dalam keadaan menangis.” Dan “barang siapa taat kepada Allah, sementara diia menangis (sebab amat takut kepadaNya), maka kelak Allah akan memasukkannya ke surga dengan penuh kegembiraan.

Ketika seseorang bangga dengan dosa yang dia perbuat dan tidak ada setiitik rasa penyesalan maka Allah akan memasukkannya iike neraka dalam keadaan menangis, menyesali perbuatannya ketika di dunia. Namun ketika ada seseorang yang lain, dia menangis karena takut dosanya lebih banyak daripada amalnya, maka Allah akan memasukkan dia kedalam surga dalam keadaan bahagia.

Maqolah 11 (Larangan meremehkan dosa kecil)

Janganlah kalian meremehkan dosa kecil, karena: Dosa-dosa kecil itu dapat memunculkan dosa-dosa yang besar dan dosa-dosa kecil itu bisa jadi menimbulkan murka Allah.

Baca Juga:  Maqolah Kitab Nashoihul Ibad Karya Syekh Nawawi Al Bantani (Bagian 1)

Sesuatu yang kecil itu lama kelamaan akan bertumpuk dan akan semakin besar begitupun dengan dosa, awalnya menyepelekan karena menganggapnya hanya dosa kecil namun dosa kecil yang dilakukan setiap hari tentu akan bertambah jumlahnya dan itulah yang dapat memimbulkan murkanya Allah.

Maqalah 12 (Dua jenis dosa)

Rasulullah SAW bersabda: “Tidak disebut dosa kecil apabila dosa tersebut dikerjakan secara terus menerus.” Dan “tidak disebut dosa besar apabila disertai dengan istighfar.”

Dosa kecil bisa menjadi tambah besar apabila dilakukan secara terus menerus. Namun apabila ketika melakukan dosa kemudian diringi dengan istighfar maka Allah akan mengampuninya. Karena istighfar adalah perwujudan taubat kita dan taubat dapat menghapus dosa kecil maupun dosa besar, asalkan taubatnya tidak main-main, sekarag taubat beberapa menit kemudian melakukan dosa lagi.

Maqalah 13 (Dua aktivitas utama)

Dua aktivitas utama yaitu: aktivitas utama orang yang arif adalah mengenal dan mencintai Allah dengan memuju Allah. Selanjutnya, aktivitas utama orang zuhud adalah berdo’a.

Bersambung bagian selanjutnya …

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik