Masjid Agung Jawa Tengah, Tempat Ibadah Sekaligus Wisata Religi di Semarang

Pecihitam.org – Masjid agung jawa tengah atau yang kita kenal MAJT merupakan masjid agung yang terletak di Semarang Jawa Tengah. Masjid ini berdiri diatas tanah seluas sepuluh hektar dan bangunan seluas 7.669 meter persegi. Adanya masjid agung Jawa Tegah ini dahulu berawal dari masjid Kauman Semarang, karena tanah yang dijadikan lokasi masjid agung Jawa Tengah ini dahulunya adalah harta wakaf milik masjid kauman Semarang.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Tanah tersebut merupakan tanah tukar menukar, yang awalnya tanah milik masjid besar kauman semarang seluas 119.127 ha ditukar dengan tanah seluas 250 ha milik PT. Sambirejo. Kemudian berpindah tangan ke PT. Tensindo milik Tjipto Siswoyo yang berlokasi di Demak oleh BKM (Badan Kesejahteraan Masjid)

Setelah melalui perjuangan yang berat dan panjang akhirnya tanah bisa ditukar kembali seperti sedia kala. Masjid ini mulai dibangun pada 6 september 2002, sebagai simbolnya dengan memasangan tiang pancang yang pertama yang dilakukan oleh menteri agama RI yaitu Prof. Dr. H. Said Agil Husen al-Munawar, KH. MA Sahal Mahfudz dan Gubernur Jawa Tengah, H. Mardiyanto.  

Baca Juga:  Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah

Selain dihadiri oleh menteri agama RI pemasangan tiang pancang yang pertama juga disaksian oleh duta besar dari tujuh negara sahabat yaitu Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, Kuwait, Mesir, Palestina, dan Abu Dhabi. Dari adanya duta besar dari negara-negara sahabat yang menyaksikan pemasangan tiang pancang pertama dari itulah ahirnya banyak simpati dari luar negeri dan perhatian dari dunia internasional.

Dan akhirnya masjid ini dapat selesai dan diresmikan oleh presiden RI Susilo Bambang Yudoyono pada tanggal 14 November 2006, dengan menelan biaya sebesar Rp. 198.692.340.000, yang anggarannya dari dana APBD.

Meskipun diresmikan tahun 2006, penggunaan masjid sebagai tempat ibadah sudah dimulai jauh sebelum diresmikan, terbukti dari penggunaannya untuk shalat jum’at pertamakali pada 19 Maret 2004 dengan Khatib Drs. H. M. Chabib Thoha, MA, (Kakanwil Depag Jawa Tengah).

Masjid Agung Jawa Tengah di desain oleh seorang arsitek Ir. H. Ahmad Fanani dari PT. Atelier Enam Jakarta yang telah memenangkan sayembara desain pada tahun 2001. Masjid ini menggunakan desain campuran antara  kultur Jawa, Arab dan Romawi. Dari atapnya berbentuk limas khas jawa dengan kubar besar berdiameter 20 meter di ujungnya, yang memiliki empat menara disisinya setinggi 62 meter dan juga di pada pilar-pilarnya yang berjumlah 25 bergayakan koloseum Romawi.

Baca Juga:  Perang Khandaq, Peristiwa Besar Islam yang Terjadi di Bulan Syawal

Pada gerbangya terdapat kaligrafi yang indah bertuliskan syahadat dan juga ada tulisan huruf Arab melayunya yang berbunyi “sucining guno gapuraning gusti”, dan juga terdapat menara yang menjulang tinggi di bagian luar serambinya setinggi 99 meter dengan nama menara Al-Husna atau yang biasa dikenal Al Husna Tower.

Adapun yang terdapat dalam menara Al Husna yaitu pada lantai satu digunakan untuk studio radio DAIS, dan juga pemancar TVKU, sedangkan lantai dua digunakan sebagai museum perkembangan islam, lantai delapan belas digunakan untuk rumah makan berputar.

Sedangkan pada lantai sembilan belas digunakan sebagai gardu pandang kota semarang, dan juga digunakan sebagai tempat ruqyatul hilal. Pada juni 2017 MAJT telah memeliki stasiun televisi yang penyiarannya bekerjasama dengan TVKU Semarang.

Diserambi masjid terdapat enam payung yang berdiameter 14 meter dan tinggi 20 meter seperti yang terdapat pada masjid Nabawi. Yang dibuka pada Shalat jum’at, shalat idhul adha dan idhul fitri asal kecepatan angin kurag dari 200 knot.

Baca Juga:  Sahabi, Satu-satunya Sahabat Nabi yang Masih Hidup Hingga Sekarang

MAJT didesain bukan hanya untuk sarana beribadah saja, namun juga digunakan untuk wisata religi. Didalam masjid juga terdapat Al Qur’an yang berukuran 145 cm x 95 cm yang ditulis tangan oleh Drs. Khyatudin, dari Pondok Pesantren Al-Asyariyyah, Kalibeber, Mojotengah, Wonosobo.

Selain Al Qur’an raksaksan juga terdapat bedug yang berukuran jumbo dengan panjang 3,30 meter dan berdiameter 2,20 meter yang dibuat oleh oleh para santri pondok pesantren Alfalah, Tinggarjaya, Jatilawang, Banyumas, asuhan KH Ahmad Sobri, berbahan kulit lembu Australia. Selain itu juga terdapat tongkat khatib yang dihadiahi oleh Sultan Hasanal Bolkiah dari Brunei Darussalam.

Lukman Hakim Hidayat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *