Masjidil Haram: Lengkap dari Zaman Pra Sejarah Hingga Era Kekuasaan Raja Saudi

Masjidil Haram

Pecihitam.org – Masjidil Haram( المسجد الحرام) adalah sebuah masjid yang berlokasi di pusat kota Mekkah al Mukaramah dan merupakan tempat tersuci bagi umat Islam. Ada pula sebagian ulama yang berpendapat bahwa Masjidil Haram tidak hanya diartikan sebagai masjid di kota Mekkah saja, namun dikatakan bahwa arti Masjidil Haram adalah semua tempat di kota Mekkah.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Masjid ini juga merupakan tujuan utama dalam ibadah haji dan Umrah. Masjidil Haram dibangun mengelilingi Ka’bah yang menjadi arah kiblat shalat bagi umat Islam.

Masjidil Haram juga merupakan masjid terbesar di dunia, diikuti Masjid Nabawi di Madinah al-Munawarah yang menjadi masjid terbesar kedua serta merupakan dua masjid suci utama bagi umat Muslim.

Luas keseluruhan masjid Haram ini mencapai 356.800 m2 dengan daya tampung jamaah sebanyak 820.000 orang ketika musim Haji dan mampu bertambah menjadi 2 juta jamaah ketika shalat Idul Fitri maupun Idul Adha.

Daftar Pembahasan:

Sejarah Masjidil Haram

Masjidil Haram Zaman Pra-sejarah

Dalam riwayatnya, sejarah Masjidil Haram tidak lepas dari pembangunan Ka’bah jauh sebelum Nabi Adam diciptakan. Konon saat itu bangunan Ka’bah masih dilangi ke 7 sebagai tempat tawaf para malaikat.

Kemudian setelah Nabi Adam dan Hawa diturunkan ke bumi, mereka diperintahkan oleh Allah untuk membangun bangunan di sebuah lembah yang bernama Bakkah (sebuah nama kota kuno untuk Mekkah).

Namun bangunan tersebut hancur akibat terjangan banjir besar pada masa Nabi Nuh. Setelah beberapa abad kemudian, Allah memerintahkan kepada Nabi Ibrahim dan Isma’il putranya, untuk membangun kembali Ka’bah di tengah perempatan kota Mekkah untuk dijadikan tempat beribadah.

Dan kemudian Nabi Ibrahim dan Ismail-lah yang pertama kali meletakkan Hajar Aswad dan Maqam Ibrahim di sekitar Ka’bah. Sejak pembangunan tersebut, Ka’bah dan Masjidil Haram selalu dijaga oleh para keturunan Isma’il hingga saat ini.

Masjidil Haram Masa Jahiliyah

Pada masa Jahiliyah Masjidil Haram sudah menjadi pusat atau tujuan utama para peziarah, dari beragai penjuru dunia. Akibatnya Raja Abrahah dari Yaman, yang merasa iri dan ingin menghancurkan Ka’bah dengan membawa pasukan bergajah untuk menghancurkannya.

Namun rencana itu di gagalkan oleh Allah, sebab dalam perjalanan semua pasukan itu dilempari batu berapi dari neraka oleh burung-burung ababil dan pasukan tersebut mati dalam keadaan tubuh yang rusak dan berlubang-lubang. Peristiwa itu kemudian disebut Tahun gajah, yakni tahun 571 Masehi saat Nabi Muhammad dilahirkan.

17 Tahun kemudian, setelah gagalnya penyerangan Ka’bah, bangunan tersebut malah hancur akibat banjir besar yang melanda kota Mekkah. Para petinggi Quraisy sepakat mengumpulkan uang yang halal untuk membangun kembali Ka’bah, namun ukurannya menjadi lebih kecil dari ukuran sebelumnya, sehingga Hijir Ismail tidak ikut kedalam bangunan Ka’bah.

Saat pembangunan Ka’bah hampir selesai, terjadilah pertikaian antara para petinggi Quraisy tentang siapa yang berhak meletakkan batu Hajar Aswad. Hingga akhirnya datanglah Muhammad muda yang kemudian mengusulkan agar batu itu diletakkan di sebuah kain yang setiap ujungnya dipegang oleh masing-masing petinggi kabilah. Dari peristiwa inilah Muhammad muda mendapat gelar Al-Amin.

Masjidil Haram Masa Rasulullah Saw

Pada masa itu, Masjidil Haram hanya terdiri dari halaman yang luas dan ditengahnya terdapat Ka’bah, tidak ada dinding pembatas yang mengelilinginya. Hanya bangunan rumah para penduduk Mekkah yang mengelilingi halaman tersebut, dan seakan-akan rumah-rumah itulah dindingnya.

Di sela rumah-rumah tersebut terdapat lorong jalan yang menuju ke Ka’bah, dan dinamakan dengan nama kabilah masing–masing yang melaluinya atau yang berdekatan dengannya. Pada masa Nabi Muhammad Saw, diperkirakan luas Masjidil Haram antara 1490 sampai 2000m².

Masjidil Haram Masa Kekhalifahan

Pada Masa Kekhalifahan Khulafaur Rasyidin tempat thawaf diperluas berkali-kali, agar dapat mencukupi dengan bertambahnya jumlah jamaah. Pada tahun 17 H/638 M Khalifah Umar bin Khatthab membeli rumah-rumah penduduk yang menempel dengan Masjidil Haram kemudian meratkannya.

Tanah tersebut kemudiaan dimasukkan ke dalam area Masjidil Haram, mengubininya dengan hamparan kerikil, kemudian dibangun tembok mengelilingi masjid setinggi kurang lebih 6 kaki. Khalifah Umar juga membuatkan beberapa pintu, dan lampu-lampu minyak untuk penerang masjid yang diletakkan di sekeliling dinding. Diperkiran luas tambahan ini sekitar 840m2. Inilah perluasan pertama untuk Masjidil Haram.

Baca Juga:  Tiru Cara Berjalan Ala Rasulullah, Ternyata Bermanfaat Bagi Kesehatan

Pada tahun 26 H/646 M Khalifah Utsman bin Affan kembali memperluas Masjidil Haram dan menjadikan masjid koridor-koridor sebagai tempat berteduh untuk para jamaah. Diperkirakan perluasan saat itu mencapai 2040 m2.

Masjidil Haram Masa Dinasti Umayyah

Pada tahun 91H/709 M, Khalifah Walid bin Abdul Malik kembali mengadakan perluasan Masjidil Haram, dan membangunnya dengan bangunan yang kokoh. Ia mendatangkan pilar-pilar marmer dari Mesir dan Syam, ujungnya diberi lempengan emas, dan masjid diatapi dengan kayu sajj (semacam kayu jati) yang dihiasi. Perluasaan ini kebanyakan untuk bagian timur, dan diperkirakan luas tambahan sekita 2300 m2.

Masjidil Haram Masa Dinasti Abbasiyah

Pada tahun 137 H/754 M Khalifah Abu Ja’far an-Mansyur memerintahkan pemugaran Masjidil Haram dan memperluasnya dengan luas tambahan sekita 4700 m2. Selain itu juga menghiasi dindingnya dengan emas dan mosaik, dan Khalifah Abu Ja’far an-Mansyur adalah orang pertama yang menutup Hijir Ismail dengan marmer.

Dan pada tahun 160 H/776 M Khalifah al Mahdi kembali memperluas Masjidil Haram di bagian timur, barat dan utara, namun tidak memperluas bagian selatan disebabkan adanya jalan untuk air bah Wadi Ibrahim. Tambahan perluasan ini diperkirakan sekitar 7950m2.

Kemudian, saat Khalifah al Mahdi menunaikan haji tahun 164 H/ 780 M, lalu dia memerintahkan agar bagain selatan diperluas dan jalan air bah wadi Ibrahim dipindah. Sehingga Masjidil Haram menjadi segi empat, dan tambahan perluasan ini di perkirakan mencapai 2360 m2.

Pada pada tahun 281 H/894 M Khalifah al-Mu’tadhid Billahi memasukkan Daar An-Nadwah ke dalam Masjidil Haram. Rumah yang terletak di arah utara masjid ini memiliki halaman yang luas, dahulunya biasa disinggahi oleh para khalifah dan gubernur, kemudian ditinggalkan, maka dimasukkanlah ke dalam masjid dan dibangun menara diatasnya. Tambahan ini diperkirakan seluas 1250 m2.

Dan kemudian pada tahun 306 H/918 M Khalifah al Muqtadir Billahi al Abbasi memerintahkan agar menambah pintu Ibrahim di arah barat Masjid. Dahulunya bagian ini adalah halaman yang luas di antara dua rumah Siti Zubaidah, diperkirakan luasnya sekitar 850 m2.

Masjidil Haram Masa Dinasti Utsmaniyah

Pada tahun 979H/1571 M Sultan Salim al Utsmani memugar bangunan Masjidil Haram secara besar-besaran, tanpa menambah diluasnya. Bangunan ini tetap ada sampai sekarang yang dikenal dengan bangunan Utsmaniyyah.

Kemudian pada 1579, Sultan Salim II memerintahkan arsitek ternama Turki, Mimar Sinan untuk merenovasi Masjidil Haram. Sinan kemudian mengganti atap masjidil Haram yang rata dengan kubah, dilengkapi hiasan kaligrafi di bagian dalamnya.

Sinan juga menambah empat pilar penyangga tambahan yang disebut-sebut sebagai rintisan dari bentuk arsitektur masjid-masjid modern. Namun sayangnya, pada tahun 1621 M dan 1629 M, banjir bandang melanda Mekah yang menyebabkan kerusakan Masjidil Haram dan Ka’bah.

Kemudain, pada masa kekuasaan Sultan Murad IV tahun 1629, Ka’bah dan Masjidil Haram dibangun dan direnovasi kembali dengan batu-batu dari Mekah. Pada renovasi tersebut, juga menambah tiga menara, sehingga keseluruhan menara menjadi tujuh. Marmer lantai pun diganti dengan yang baru. Sejak saat itu, arsitektur Masjidil Haram tidak berubah hampir selama tiga abad.

Era Kekuasaan Raja-raja Saudi

Di era Raja-raja Saudi renovasi besar pertama berlangsung pada tahun 1955 hingga tahun 1973. Selain penambahan tiga menara, atap masjid pun diperbaiki, kemudian lantai masjid diganti dengan marmer yang baru.

Pada renovasi ini, dua bukit kecil Shofa dan Marwah dibuat di dalam Masjidil Haram selain itu seluruh fitur yang dibangun oleh arsitek kekaisaran Utsmaniyah dirobohkan, termasuk empat pilar.

Renovasi kedua dilakukan oleh Raja Fahd bin Abdul Aziz Al Saud pada tahun 1982 hingga 1988. Ia membangun sebuah sayap bangunan baru dan area shalat ruang terbuka di Masjidil Haram.

Renovasi ketiga dilakukan pada tahun 1988 hingga 2005 dengan dibangun beberapa menara tambahan, serta area shalat di dalam dan sekitar masjid. Kemudian, sebuah kediaman untuk raja juga dibangun berhadapan dengan Masjidil Haram.

Selain itu, dibangun pula 18 pintu gerbang tambahan, tiga kubah baru, serta 500 pilar marmer. Masjidil Haram juga lebih modern dengan dilengkapi dengan pendingin udara, eskalator, dan sistem pengairan yang terintegrasi.

Baca Juga:  Empat Alasan Imam Al-Syafi’i Masyhur Sebagai Ahli Fiqih

Masa Kekuasaan Raja Abdullah bin Abdul Aziz

Pada tahun 2007, Raja Abdullah memulai mega proyek untuk memperluas kapasitas Masjidil Haram agar bisa menampung hingga 2 juta jamaah. Proyek ini diprediksi akan selesai pada tahun 2020. Area masjid yang awalnya seluas 356.000 m2 akan dikembangkan lagi menjadi 400.000 m2. Selain itu dibangun pula sebuah gerbang yang diberi nama Gerbang Raja Abdullah dan tambahan dua Menara masjid. Namun proyek tersebut belum selesai Raja Abdullah wafat terlebih dahulu pada tahun 2015.

Masa Kekuasaan Raja Salman bin Abdul Aziz

Setelah Raja Abdullah wafat, tahta Kerajaan Arab Saudi jatuh ke tangan Salman bin Abdul Aziz. Pada bulan Juli 2015, Raja Salman meluncurkan lima mega proyek ekspansi Masjidil Haram agar bisa mengakomodasi lebih dari 1,6 juta jamaah haji.

Proyek ini antara lain pembangunan gedung, terowongan, hotel tempat tinggal bagi jamaah haji, dan sebuah jalan lingkar. Perluasan bangunan Masjid sekitar 1,47 juta meter persegi dan pembangunan 78 gerbang baru. Selain itu dibangun pula enam lantai untuk shalat, 680 eskalator, 24 elevator untuk jamaah berkebutuhan khusus, 21.000 toilet dan tempat wudhu.

Nilai proyek yang sudah digelar pada tahun 2011 oleh Raja Abdullah dan diteruskan Raja Salman ini mencapai 26,6 miliar Dolar AS. Pemegang tender mega proyek raksasa ini adalah Saudi Binladin Group.

Pendudukan Masjidil Haram 1979

Pernah terjadi Pendudukan dan serangan terhadapat Masjidil Haram yang dilancarkan oleh kelompok “Ikhwan” dari tanggal 20 November hingga 4 Desember 1979 di Mekkah, Arab Saudi.

Gerakan pemberontakan berdarah ini dipimpin oleh Juhaiman bin Muhammad ibn Saif al Otaibi. Para pembrontak menyatakan salah seorang pemimpin mereka, yaitu Mohammed Abdullah al-Qahtani, adalah seorang Mahdi dan menyerukan semua umat Muslim mematuhinya.

Dengan senapan dan bom mereka lalu menguasai Masjidil Haram dan menyandera para jamaah dan peziarah yang sedang melaksanakan ibadah haji. Tentara keamanan Arab Saudi kemudian mengepung kompleks masjid dan mengevakuasi kota Mekkah. Akhirnya setelah pendudukan selama dua minggu, para militan berhasil dikalahkan.

Kepentingan dalam Agama Islam

Kiblat

Kiblat secara istilah adalah arah yang dituju saat seorang Muslim ketika mendirikan salat. Diriwayatkan, dahulu Nabi Muhammad Saw dan para sahabat shalat dengan menghadap Baitul Maqdis. Namun, Rasulullah Saw lebih suka shalat dengan menghadap kiblatnya Nabi Ibrahim, yaitu Ka’bah.

Akhirnya setelah hijrah ke Madinah Allah Swt menurunkan perintah untuk memindahkan kiblat yang dulunya ke Baitul Maqdis di Palestina sehingga berganti ke Ka’bah di Masjidil Haram Mekkah.

Haji

Ibadah Haji adalah rukun Islam yang kelima setelah syahadat, salat, zakat dan puasa. Menunaikan ibadah haji hukumnya adalah wajib bagai orang Islam dipenjuru dunia manapun yang sudah mampu. Waktu melaksanakan rangkaian Ibadah Haji adalah bulan Dzulhijah pada setiap tahunnya.

Bangunan Penting dan Bersejarah

Ka’bah

Ka’bah, adalah bangunan berpentung persegi empat yang terletak di tengah Masjidil Haram. Ka’bah adalah satu-satunya tempat beribadah kepada Allah yang pertama kali dibangun di muka bumi. Bangunan ini juga menjadi monumen suci bagi umat Islam dan bangunan yang wajib dikunjungi saat ibadah Haji dan Umroh. Dan yang tidak kalah penting adalah, Ka’bah merupakan bangunan yang dijadikan patokan arah kiblat shalat bagi umat Muslim di seluruh dunia.

Hajar Aswad

Hajar Aswad merupakan sebuah batu berwarna hitam yang diyakini berasal dari surga. Hajar Aswad ini terletak di bagian pojok Ka’bah. Yang pertama kali menemukan Hajar Aswad ini adalah Nabi Ismail dan yang meletakkannya adalah Nabi Ibrahim.

Konon batu ini dahulu berwarna putih, namun karena dosa manusia berubah menjadi hitam. Adapun mencium Hajar Aswad merupakan sunah Nabi Muhammad Saw. Karena Rasulullah pernah menciumnya ketika tawaf di Ka’bah.

Maqam Ibrahim

Maqam Ibrahim adalah yang mencakup batu lebar kecil yang terletak kurang lebuh 20 hasta di sebelah timur Ka’bah. Walaupun namanya Maqam Ibrahim, namun tempat ini bukanlah tempat yang menjadi kuburan Nabi Ibrahim sebagaimana dugaan atau pendapat kebanyakan orang.

Sebaliknya di dalam bangunan kecil ini terdapat sebuah batu yang diturunkan oleh Allah dari Surga bersamaan dengan dengan batu-batu kecil lainnya yang terdapat di Hajar Aswad. Batu pada Maqam Ibrahim inilah, dulu yang menjadi pijakan Nabi Ibrahim ketika membangun Ka’bah.

Baca Juga:  Berdzikir Menggunakan Tasbih, Bagaimanakah Hukumnya?

Shofa dan Marwah

Bukit Shofa terletak kurang lebih setengah mil dari Ka’bah dan Marwah terletak sekitar 100 yard dari Ka’bah. Bukit Shofa Marwah adalah tempat dimana ritual sai (lari-lari kecil) sebanyak 7 kali untuk mengenang kejadian Siti Hajar mencari air untuk Nabi Ismail kecil.

Jarak antara Shofa dan Marwah sekitar 450 meter, sehingga perjalanan tujuh kali berjumlah kurang lebih 3,15 kilometer. Kedua tempat tersebut dan juga jalannya sekarang berada di dalam bagian Masjidil Haram.

Hijr Ismail

Hijr Ismail termasuk bangunan suci bagi Umat Islam, yaitu sebuah tempat sebelah utara bangunan Ka’bah, berbentuk setengah lingkaran, dibangun oleh Nabi Ibrahim As. Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail telah membangun Ka’bah secara sempurna termasuk di dalamnya Hijir ini.

Namun karena dinding Ka’bah sempat roboh akibat bekas kebakaran dan banjir yang menerjangnya. Kemudian pada tahun 606 M, kaum Quraisy merobohkan sisa dinding Ka’bah lalu merenovasi kembali. Akan tetapi, karena kekurangan dana, Ka,bah dibangun menjadi lebih keci dari semua dan Hijir Ismail menjadi tidak berada di dalam Ka’bah lagi.

Sumur Zam-zam

Sumur Zamzam terletak 11 meter dari Ka’bah. Menurut salah satu keterangan, sumur ini dapat meneluarkan air sebanyak 11-18,5 liter per detik, sehingga dapat menghasilkan 660 liter air permenit dan 39.600 liter per jamnya.

Dahulu, di atas sumur Zamzam terdapat bangunan seluas 88.8 m2. Namun bangunan ini dirobohkan untuk meluaskan tempat tawaf, sehingga ruang minumnya dipindahkan ke ruang bawah tanah. Tempat masuk ruang minumnya dipisah antara laki-laki dan perempuan. Didalamnya, terdapat 350 keran air minum, sebanyak 220 di ruang laki-laki dan 130 ruang perempuan. Sumur Zamzam sekarang telah dipagari dengan kaca tebal dan dapat dilihat dari ruangan laki-laki .

Keutamaan Masjidil Haram

Masjidil Haram memiliki banyak keutamaan yang membuatnya menjadi sebuah Masjid istimewa dan sangat penting dalam agama Islam, yaitu:

  1. Merupakan tempat pertama yang digunakan untuk beribadah di muka bumi.
  2. Merupakan tempat atau lokasi kunjungan paling utama dalam ibadah Haji dan Umrah.
  3. Menjadi kiblat shalat umat Islam diseluruh dunia.
  4. Merupakan Masjid yang dibangun pertama kali di muka bumi
  5. Merupakan masjid paling utama di antara tiga masjid, yakni Masjidil Haram, Masjid Nabawi, Masjid al-Aqsa.
  6. Shalat di Masjidil Haram akan mendapatkan 100.000 kali lipat kebaikan dibanding melaksanakan salat di masjid lain, kecuali Masjid Nabawi dan Masjid al Aqsha. Satu kali salat di Masjid Nabawi sama dengan 1.000 kali shalat di masjid-masjid lain. Dan satu kali salat di Masjidil Aqsha sama dengan 250 kali salat di masjid-masjid lain.
  7. Satu-satunya masjid yang diberikan jaminan keamanan oleh Allah, siapapun yang memasuki masjid akan merasa selamat dan aman.
  8. Merupakan tanah atau tempat di bumi yang dicintai Allah.
  9. Tidak dapat dimasuki oleh Dajjal atau Al-Masih palsu, karena dijaga oleh ribuan Malaikat.
  10. Tempat yang diselamatkan dari serangan pasukan bergajah Raja Abrahah yang akan menghancurkan Ka’bah dan Masjidil Haram.

Kontroversi Pembangunan Masjidil Haram

Walaupun perkembangan dan perluasan Masjidil Haram sangat mengagumkan, namun menyebabkan beberapa situs-situs penting agama dihancurkan dan sebagian hilang. Contohnya seperti situs-situs berikut:

  1. Bayt Al-Mawlid, rumah tempat Nabi Muhammad Saw lahir, dihancurkan dan dijadikan sebuah perpustakaan.
  2. Dar Al-Arqam, sekolah Islam pertama di dunia pada masa kenabian Nabi Muhammad Saw sudah diratakan.
  3. Rumah Abu Jahal dihancurkan dan dijadikan tempat pencucian umum.
  4. Bangunan Kubah yang dijadikan kanopi di atas sumur Zamzam dihancurkan.

*Diolah dari berbagai sumber.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik