Mengulik Motif Memberantas Bid’ah Salafi Wahabi (Bag I)

https://pecihitam.org/memberantas-bidah-i/

PeciHitam.org Islam sampai ke Nusantara dibawa oleh penyebar Islam masa lampau yang sekarang kita mengenalnya dengan Walisongo. Dewan dakwah Islam ini dengan sangat arif membuat metodologi dakwah efektif dengan mempergunakan pendekatan tradisi kebudayaan. Penanaman akidah atau Teologi Islam dengan mempergunakan pendekatan ini tidaklah salah kecuali baru-baru ini tertuduh demikian.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Golongan yang mengklaim diri sebagai pembela sunnah dengan jargon ‘kembali ke Al-Qur’an dan Hadits’ namun sangat banyak menganulir praktek keagamaan yang tidak sesuai dengan pikirannya. ‘Jualan’ utama gerakan dakwahnya adalah memberantas bid’ah, khurafat dan kesesatan.

Benarkah gaungan dakwah yang dikembangkan oleh golongan yang dikenal dengan salafi wahabi tersebut? Atau hanya sekedar menjadikan jargon sebagai pepesan kosong berikut ulasannya!

Bid’ah dalam Nalar Salafi Wahabi

Gerakan yang oleh masyarakat luas dikenal sebagai salafi wahabi sudah sangat terkenal menjadi penggerak anti bid’ah, khurafat, syirik dan sesat. Gerakan ini bisa ditelisik dari revolusi Arab Saudi pertama yang dibawa oleh keluarga Muhammad bin Su’ud dibantu jangkar keagamaan yaitu Muhammad bin Abdul Wahhab.

Nalar yang digunakan oleh salafi wahabi atau Muhammad bin Abdul Wahhab menyebut diri sebagai gerakan Muwaahiddun yakni penolakan segala yang baru dalam hal agama. Karena segala kebaruan dalam keagamaan serta yang berkaitan dengannya akan tertolak. Hadits yang digunakan adalah;

Baca Juga:  Bingung Memahami Bid'ah, Ulama Wahabi Ini Saling Membid'ahkan

مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ

Artinya; “Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak.” (HR. Bukhari Muslim)

Hadits tersebut menjadi landasan normatif oleh gerakan salafi wahabi untuk menolak segala hal baru yang terdapat dalam dunia Islam. Ekspresi keagamaan yang  berbeda dengan nalar salafi wahabi akan diklaim sebagai bid’ah dan ancamannya adalah neraka. Hadits Nabi menyebutkan;

وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ

Artinya; Sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad SAW. Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan dan setiap kesesatan tempatnya di neraka” (HR. An Nasa’i)

Bahkan lebih jauh, polarisasi yang terjadi dalam kubu salafi wahabi berkembang sampai tataran ekstrim dan moderat. Pada tataran ekstrim, pemikiran salafi wahabi akan menolak semua yang serba baru bahkan Kaligrafi saja mereka tolak karena Nabi tidak mengajarkan demikian.

Baca Juga:  Bantahan untuk Firanda yang Mengatakan Akidah Asyairah Sesat

Namun belakangan salafi wahabi menerima Kaligrafi sebagai ornamen di Masjid.

Bid’ah, Motif Agama atau Lainnya?

Gerakan salafi wahabi sudah dikenal luas khususnya di Nusantara sebagai gerakan yang banyak melakukan anulirisasi dan tuduhan bid’ah terhadap amaliah Muslim di Nusantara.

Bahkan Ustadz Subhan Bawazier mengeluarkan statement kesalahan Ulama Nusantara seperti Pangeran Diponegoro salah bersorban bahkan menyamakan dengan orang Hindu.

Beliau juga mengatakan bahwa Tasbeh adalah hak paten orang Kafir yakni kalangan Shaolin (di China) dan orang Katholik. Kerangka berpikir inilah yang menjadikan umat Islam di Nusantara menjadi terusik, karena amaliah yang sudah berjalan baik diganggu oleh golongan newbie dan buta sejarah perkembangan Islam.

Klaim bid’ah oleh golongan salafi wahabi dan semangat untuk mempropagandakannya bisa ditelusuri dari akar sejarahnya. Apakah benar motif utamanya adalah dakwah ketika dalam gerakannya selalu membid’ahkan orang Islam lainnya yang berbeda dengan mereka. Ataukah memang ada motif lainnya yang menjadi motivasi utamanya?

Baca Juga:  Aktivis Salafi Wahabi Ini Hampir Gila Karena Doktrin Bid'ah

Hemat Penulis dalam hal ini bisa merujuk sejarah perkembangan Salafi Wahabi bahwa mereka melakukan revolusi Arab membantu Muhammad bin Su’ud adalah kepentingan politik.

Catatan sejarah dalam kitab ‘Unwanul Majd fi Tarikh Najd karya Ibnu Bisyir menyebutkan gerakan salafi wahabi Bulan Muharram tahun 1220 H tidak enggan membunuh golongan yang  tidak sesuai dengan visi Negara Arab Saudi atas tuduhan bid’ah. (bersambung Bagian II).

Ash-Shawabu Minallah

Mohammad Mufid Muwaffaq