Mengapa Sepanjang Sejarah Wahabi dan Syiah Selalu Berseteru?

wahabi dan syiah

Pecihitam.org – Dalam perjalanan peradaban Islam ada dua sekte non Sunni yang sepanjang sejarah tidak pernah damai dan akur. Bahkan seperti perang abadi meski tidak secara fisik dan frontal. Dalam kaitan Negara, Wahabi adalah sekte yang identik dengan Arab Saudi sedangkan Syiah identik dengan Iran.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Jika merunut sejarah, Syiah sebetulnya lahir lebih dahulu daripada Wahabi. Kubu Syiah merupakan pengagum berat dari sayyidina Ali sedangkan kubu Wahabi mewarisi dari pemikiran Muhammad Bin Abdul Wahab yang lahir Nejd, Arab Saudi saat runtuhnya Kesultanan Turki Utsmani (Ottoman).

Walau Wahabi lahir lebih belakangan, namun pola pikir Wahabi sebenarnya sudah lahir dimasa-masa awal yakni pewaris dari pola pikir Khawarij yaitu sekte takfiri yang keluar dari barisan umat Islam karena telah mengkafirkan umat Islam. Hal ini terjadi ketika terjadinya arbitrase kelompok Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin Abi Sofyan saat perang siffin..

Lantas mengapa Wahabi dan syiah tidak pernah akur dan keduanya sama-sama sangat anti dan berusaha saling membasmi satu sama lain? Jika kita tidak memahami sejarah gerakan-gerakan aliran dalam Islam tentu kita akan mudah terbawa dua arus permusuhan dua kubu tersebut.

Menurut Sunni, Syiah dan Wahabi sama-sama bukan Sunni sehingga perlu diwaspadai persebarannya. Karena setiap aliran punya misi untuk melebarkan kekuasaannya maka sudah sangat jelas bahwa Syiah dan Wahabi sama-sama ingin menarik simpati Sunni.

Wahabi sangat membenci Syiah, karena Wahabi adalah pecahan dari ideologi Bani Umayyah yang memang amat membenci semua hal yang “berbau Ali”, sedangkan Syiah adalah kelompok yang sangat mengkultuskan Ali sehingga secara otomatis Syiah juga sangat membenci Bani Umayyah apalagi dengan terjadinya tragedi pembantaian Hussein bin Ali beserta keluarganya di Padang Karbala.

Baca Juga:  Apa Perbedaan Salaf, Salafi dan Salafiyah? Ini Penjelasannya

Sejarah juga mencatat, tiga generasi bani Hasyim telah terusir. Pertama adalah nabi kita Muhammad saw, terusir dari Makkah ke Madinah. Siapa yang mengusir? Yang mengusir adalah Abu Sufyan dari Bani Umayyah.

Kedua, menantu Nabi yaitu Ali bin Abi Thalib, yang terusir dari Madinah ke Kufah. Siapa yang mengusir? Yang mengusir adalah sahabat Muawiyah bin Abu Sufyan dari Bani Umayyah.

Ketiga, adalah cucu nabi, yaitu Hussein bin Ali, yang terpaksa pergi meninggalkan Madinah ke arah Kufah dan dibantai di padang Karbala oleh pasukan Yazid bin Muawiyah bin Abu Sufyan.

Penderitaan tiga generasi, dan pembantaian keluarga nabi di Padang Karbala inilah yang kemudian menjadi pemicu utama munculnya kelompok Syiah yang sangat mengkultuskan Ali dan Hussein bin Ali.

Itu sebabnya, tidak heran jika Wahabi sangat getol mempropagandakan pendapat bahwa orang tua nabi dan orang tua Ali masuk neraka. Ini seakan-akan mereka ingin mengatakan “kalau Muhammad dan Ali tidak bisa masuk neraka, minimal orang tua mereka yang harus masuk neraka”.
Sebaliknya, kelompok Syiah selalu mengatakan bahwa Muawiyah dan bapaknya adalah orang Munafik yang akan masuk neraka.

Baca Juga:  Mungkinkah Syi'ah, Wahabi, dan Aswaja Bertetangga di Surga?

Maka, tak perlu heran kalau dalam kajian-kajian ustadz Wahabi tema Syiah sesat itu tema wajib. Semua yang berbau Syiah akan dibabat habis. Sebaliknya, dalam pengajian Syiah, tema wahabi juga wajib diangkat. Isinya ya sama saja, wahabi harus dibantai habis.

Wahabi sebenarnya cukup dekat pahamnya dengan sunni. Akan tetapi, sikap radikal dan takfiri Wahabi yang membuat mereka akhirnya dianggap bukan sunni. Sunni adalah kelompok yang lebih adil dalam menyikapi masalah dan selalu mengambil jalan tengah.

ontohnya, kelompok Sunni membagi Syiah dalam beberapa kelompok, mulai dari yang moderat dan masih bisa diterima, yang masih ditolerir dan yang sudah keluar dari Islam. Namun sikap ini berbeda dengan Wahabi yang memukul rata semua syiah adalah kafir dan sesat. Singkatnya, Sunni menganggap tidak semua Syiah itu sesat, tapi seluruh Wahabi memvonis syiah pasti sesat.

Jika diliihat alur historis, Bani Umayyah dahulu berpusat di Damaskus. Dan para ulama kebanggaan Wahabi juga semuanya berasal dari Damaskus seperti Ibnu Taimiyah, Ibnu Qoyyim al-Jauziyah, Adz-Dzahabi, Muhammad bin Abdul Wahhab dan juga Syaikh Albani, semuanya berasal dari sana atau setidaknya lama tinggal di Damaskus.

Jadi tak perlu heran jika pemikiran pecahan bani umayyah ini menurun ke Saudi, dan jangan heran pula kalau melihat Saudi mati-matian maju berperang ke Suriah dengan misi menghancurkan syiah, salah satu sebabnya ya karena nenek moyang ulama mereka ada di sana.

Baca Juga:  Ketika al-Kindi Menakwil al-Quran, Harmonisasi Filsafat dan Agama

Bagi Wahabi semua yang tidak sepaham dengam mereka akan diserang, meski serangan mereka terhadap Sunni tidak segarang kepada Syiah. Karena Sunni memiliki landasan keislaman yang agak lebih dekat dengan Wahabi dibandingkan Syiah. Sama-sama mengutip hadits dari riwayat sahabat, rukun iman dan rukun Islamnya sama sehingga terkadang rumusan fikihnya juga sama.

Sikap ekslusif dan tekstual itulah yang kemudian Wahabi sangat benci terhadap Syiah. Sika ekslusif biasanya menolak keragaman tafsir, perbedaan pendapat dan otoritarian. Setiap yang berbeda dianggap menyimpang dan sesat.

Kepada Sunni saja yang sama-sama landasan fikih dan hadits dekat dengan Wahabi tega dianggap sesat apalagi yang sudah jelas-jelas memiliki perbedaan hampir disemua aspek. Bahkan tak jarang pula orang-orang sunni di tuduh syiah oleh Wahabi karena beda pendapat.

Sepertinya memang Wahabi dan Syiah ini akan saling berseteru hingga akhir zaman. Dan bagi kelompok Sunni harus selalu waspada agar tidak masuk dalam perangkap pemikiran ekstrim keduanya.

Wallaahua’lam bisshawab.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik