Mengenal Ismail bin Katsir (Ibnu Katsir), Ulama Dengan Banyak Bidang Keilmuan

Mengenal Ismail bin Katsir (Ibnu Katsir), Ulama Dengan Banyak Bidang Keilmuan

PeciHitam.org – Ismail bin Katsir (gelar secara lengkapnya Ismail bin ‘Amr Al-Quraisyi bin Katsir Al-Bashri Ad-Dimasyqi, Imaduddin Abu Al-Fida Al-Hafizh Al-Muhaddits Asy-Syafi’i) adalah seorang pemikir dan ulama Muslim. Namanya lebih dikenal sebagai Ibnu Katsir. Ia lahir pada tahun 1301 di Busra, Suriah dan wafat pada tahun 1372 di Damaskus, Suriah.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Tercatat guru pertama Ibnu Katsir adalah Burhanuddin al-Fazari, seorang ulama penganut mazhab Syafi’i. Beliau juga berguru kepada Ibnu Taymiyyah di Damaskus, Suriah, dan kepada Ibnu al-Qayyim. Ibnu Katsir mendapat arahan dari ahli hadis terkemuka di Suriah, Jamaluddin al-Mizzi, yang di kemudian hari menjadi mertuanya. Beliau pun sempat mendengar langsung hadis dari ulama-ulama Hejaz serta memperoleh ijazah dari Al-Wani.

Tahun 1366, oleh Gubernur Mankali Bugha Ibnu Katsir diangkat menjadi guru besar di Masjid Ummayah Damaskus.

Ulama ini meninggal dunia tidak lama setelah ia menyusun kitab Al-Ijtihad fi Talab al-Jihad (Ijtihad Dalam Mencari Jihad) dan dikebumikan di samping makam gurunya, Ibnu Taimiyah.

Ibnu Katsir menulis tafsir Qur’an yang terkenal bernama Tafsir Ibnu Katsir. Hingga kini, tafsir Al Quran al-Karim sebanyak 10 jilid ini masih menjadi bahan rujukan sampai sekarang dalam dunia Islam dan akademik. Di samping itu, ia juga menulis buku Fada’il Alquran (Keutamaan Alquran), berisi ringkasan sejarah Alquran.

Baca Juga:  Karomah Sunan Gunung Jati dari Ahli Bahasa Hingga Ahli Bedah Kedokteran

Ibnu Katsir memiliki metode sendiri dalam bidang ini, yakni :

Tafsir yang paling benar adalah tafsir Al Quran dengan Al Quran sendiri.
Selanjutnya bila penafsiran Al Quran dengan Al Quran tidak didapatkan, maka Al Quran harus ditafsirkan dengan hadits Nabi Muhammad, sebab menurut Al Quran sendiri Nabi Muhammad memang diperintahkan untuk menerangkan isi Al Quran.

Jika yang kedua tidak didapatkan, maka Al Quran harus ditafsirkan oleh pendapat para sahabat karena merekalah orang yang paling mengetahui konteks sosial turunnya Al Quran.

Jika yang ketiga juga tidak didapatkan, maka pendapat dari para tabiin dapat diambil.

Ibnu Katsir pun banyak menulis kitab ilmu hadis. Di antaranya yang terkenal adalah :

  • Jami al-Masanid wa as-Sunan (Kitab Penghimpun Musnad dan Sunan) sebanyak delapan jilid, berisi nama-nama sahabat yang banyak meriwayatkan hadis;
  • Al-Kutub as-Sittah (Kitab-kitab Hadis yang Enam) yakni suatu karya hadis;
  • At-Takmilah fi Mar’ifat as-Sigat wa ad-Dhua’fa wa al-Mujahal (Pelengkap dalam Mengetahui Perawi-perawi yang Dipercaya, Lemah dan Kurang Dikenal);
  • Al-Mukhtasar (Ringkasan) merupakan ringkasan dari Muqaddimmah-nya Ibn Salah; dan
  • Adillah at-Tanbih li Ulum al-Hadits (Buku tentang ilmu hadis) atau lebih dikenal dengan nama Al-Ba’its al-Hadits.
Baca Juga:  Syekh Siti Jenar: Sejarah Sang Wali Kontroversial Hingga Dijatuhi Hukum Mati

Bidang ilmu sejarah juga dikuasainya. Beberapa karya Ibnu Katsir dalam ilmu sejarah ini antara lain :

  • Al-Bidayah wa an Nihayah (Permulaan dan Akhir) atau nama lainnya Tarikh ibnu Katsir sebanyak 14 jilid,
  • Al-Fusul fi Sirah ar-Rasul (Uraian Mengenai Sejarah Rasul), dan
  • Tabaqat asy-Syafi’iyah (Peringkat-peringkat Ulama Mazhab Syafii).

Kitab sejarahnya yang dianggap paling penting dan terkenal adalah Al-Bidayah. Ada dua bagian besar sejarah yang tertuang menurut buku tersebut, yakni sejarah kuno yang menuturkan mulai dari riwayat penciptaan hingga masa kenabian Rasulullah SAW dan sejarah Islam mulai dari periode dakwah Nabi ke Makkah hingga pertengahan abad ke-8 H.

Kejadian yang berlangsung setelah hijrah disusun berdasarkan tahun kejadian tersebut. Tercatat, kitab Al-Bidayah wa an-Nihayah merupakan sumber primer terutama untuk sejarah Dinasti Mamluk di Mesir. Dan karenanya kitab ini seringkali dijadikan bahan rujukan dalam penulisan sejarah Islam.

Baca Juga:  Beginilah Kritik Alm. KH Ali Mustafa Yaqub Terhadap Syeikh Al Albani

Dalam ilmu fiqih, Ibnu Katsir juga tidak diragukan keahliannya. Oleh para penguasa, ia kerap dimintakan pendapat menyangkut persoalan-persoalan tata pemerintahan dan kemasyarakat yang terjadi kala itu. Misalnya saja saat pengesahan keputusan tentang pemberantasan korupsi tahun 1358 serta upaya rekonsiliasi setelah perang saudara atau peristiwa Pemberontakan Baydamur (1361) dan dalam menyerukan jihad (1368-1369). Selain itu, ia menulis buku terkait bidang fiqih didasarkan pada Alquran dan hadis.

Demikianlah biografi singkat tentang Ibnu Katsir, semoga bermanfaat.

Mohammad Mufid Muwaffaq

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *