PeciHitam.org – Bagi kaum muslimin, mungkin sudah tidak asing lagi dengan nama Imam al-Tabari. Nama lengkap Imam al-Tabari yaitu Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Khalid bin Kasir Abu Ja’far al-Tabari.
Imam al-Tabari lahir di sebuah kota yang bernama Amul, kota terbesar di Tabaristan. Tabaristan merupakan suatu daerah pegunungan yang penduduknya terkenal dalam peperangan. Biasanya alat yang digunakan dalam peperangan bernama Tabar (sejenis kapak).
Ada dua versi tahun kelahiran Imam al-Tabari karena dulu system penanggalan yang digunakan bersifat tradisional, yang hanya melihat peristiwa-peristiwa yang terjadi di daerah tersebut. Ada versi yang mengatakan bahwa ia lahir di akhir tahun 224 H/839 M, ada pula yang berpendapat bahwa ia lahir di tahun 225 H/840 M.
Kedua pendapat tersebut sama-sama merujuk pada salah satu murid Imam al-Tabari, yakni al-Qadhi ibnu Kamil yang pernah menanyakan langsung hal tersebut kepada gurunya yaitu Imam al-Tabari. Imam al-Tabari meninggal pada bulan Syawal tahun 310 H/ 923 M. Ia menghabiskan sisa hidupnya di Bagdad dan dimakamkan di rumahnya di Rahbah Ya’qub.
Imam al-Tabari belajar fiqih mazhab Syafi’i kepada al-Rabi bin Sulaiman al-Maradi. Namun ada riwayat lain yang mengatakan bahwa ia belajar mazhab Syafi’i kepada Abi Ibrahim al-Muzani. Selain itu, al-Tabari juga mempelajari madzhab Maliki kepada Sa’ad Ibn Abdillah Ibn Abd al- Hakam dan Yunus Ibn ‘Abd al-A’la al-Shadafy.
Al-Thabari merupakan seorang ulama yang hidup di masa kekhalifahan Bani Abbasiyah. Beliau memiliki karya monumental yang terkenal dengan kekayaan informasinya, yaitu kitab Tarikh al-Rusul wa al-Muluk atau biasa disebut Tarikh al-Tabari.
Kitab Tarikh al-Tabari merupakan kitab sejarah yang komprehensif, susunannya sistematis, kronologis sekaligus terperinci. Dalam kitabnya, Imam al-Tabari di setiap informasi sejarah yang ditulisnya selalu menyantumkan riwayat, bahkan menyebutkan rangkaian sanad secara rinci hingga sampai perawi pertama.
Hal ini menjadi salah satu kelebihan kitab Tarikh al-Rasul wa al-Muluk, karena senantiasa menjaga mata rantai (isnad) agar tidak terputus. Beliau menisbatkan pendapat yang tercantum dalam kitabnya kepada mukharrij (orang yang mengeluarkan pendapat terkait suatu hal), sekaligus mengutip berbagai riwayat yang mampu menjadi penguat (ta’kid) argumentasi suatu peristiwa.
Hal ini dirasa sangat penting karena mampu menjadikan seorang peneliti untuk menilai kebenaran suatu riwayat yang dituliskan dalam kitab tersebut.
Kemampuannya dalam menuliskan sejarah dengan kekayaan informasi dan sumber dalam membahas suatu sejarah ini diakui oleh ulama lainnya. Bahkan kemampuan al-Tabari dalam melacak riwayat-riwayat dari masing-masing risalah yang ditulisnya ini disebut-sebut sebagai ensiklopedianya sejarah Islam.
Meski dijuluki sebagai kitab ensiklopedia sejarah Islam, namun kitab ini menjelaskan rentetan sejarah peradaban manusia, bukan hanya sejarah Islam saja.
Mulai dari proses penciptaan, permulaan kehidupan, penciptaan Adam, kehidupan para Nabi dan peristiwa yang terjadi pada masanya, kisah bangsa-bangsa seperti bangsa Bani Israil, Persia, Romawi dan Arab. Kemudian, dalam kitab ini dijelaskan pula kisah-kisah tentang Khulafaur Rashidin beserta peristiwa-peristiwa yang terjadi, kisah masa kekuasaan Umayah dan kisah di masa Abbasiyah.
Dalam Muqaddimah kitab Tarikh al-Rasul wa al-Muluk, Imam al-Tabari menjelaskan sebagaimana berikut:
“Dalam kitab ini, saya tuliskan kisah raja-raja yang pernah ada pada setiap zaman; mulai dari Allah menciptakan makhluk sampai kematian mereka. Saya sebutkan juga orang-orang yang beritanya sampai kepada kita, yakni Rasul-rasul yang pernah dibangkitkan Allah, raja yang berkuasa, atau khalifah yang memerintah yang diberikan anugerah dan nikmat oleh Allah dan mensyukuri nikmat itu.
Kemudian Allah menambah untuk mereka suatu nikmat selain nikmat yang telah Dia berikan kepadanya di dunia ini, dan menambahkan anugerah yang telah Dia berikan kepadanya. Tetapi ada juga yang ditunda pemberian nikmat itu kepadanya dan menjadi simpanan di sisinya nanti di Akhirat.
Orang yang mengkufuri nikmatnya, maka Dia akan mencabut nikmat yang telah Dia berikan kepadanya dan akan mensegerakan siksa baginya di dunia. Namun ada juga orang yang mengkufuri nikmat-Nya, tetapi dia panjangkan umurnya dan menikmati pemberian itu menunggu hingga akhir hayat. Penyebutan setiap orang dalam buku saya ini disertai penyebutan zamannya dan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa dan hari-hari (kehidupannya).”
Begitulah sekilas mengenai kitab Tarikh al-Tabari yang bisa kita pelajari untuk dapat memahami sejarah para Nabi dan Raja Raja dalam kebudayaan Islam.