Mengenal Kyai Shaleh Darat, Gurunya Para Ulama di Nusantara

Mengenal Kyai Shaleh Darat, Gurunya Para Ulama di Nusantara

PeciHitam.org – Kyai Shaleh Darat memiliki nama asli Muhammad Shaleh bin Umar al-Samarani. Beliau dilahirkan pada tahun 1820 di Desa Kedung Jumbleng, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara. Meski begitu, ada riwayat lain yang menyebutkan bahwa beliau di lahirkan di daerah lain, yaitu di Bangsri, Jepara.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Namun, informasi yang mengatakan bahawa Kyai Shaleh Darat dilahirkan di Desa Kedung Jumbleng merupakan pendapat yang lebih kuat, informasi itu sesuai dengan keterangan Kyai Fahrur Ar-Razi, Kajen, Margoyoso, Pati yang mendapat informasi dari Kyai Abdullah (alm) yang berasal dari daerah yang sama dengan Kyai Shaleh Darat, yaitu Desa Kedung Jumbleng.

Seperti halnya namanya, asal usul julukan “Darat” yang disematkan kepada beliaupun juga masih menjadi perdebatan. Ada yang menyebutkan bahwa nama Darat disematkan kepadanya sebab sepulangnya dari tanah suci, beliau tinggal dan mengabdikan diri di Pesantren Darat yang diasuh oleh mertuanya, yaitu Kyai Murtadlo.

Versi lain mengatakan bahwa penyematan nama itu dikarenakan beliau tinggal di kawasan bernama Darat, suatu daerah dekat pantai utara Semarang, tempat berlabuhnya orang-orang dari luar Jawa. Secara teritorial, kini daerah yang bernama Darat masuk dalam salah satu wilayah Semarang Barat.

Semasa mudanya, beliau awalnya belajar kepada ayahnya sendiri yaitu Kyai Umar. Baru saat menginjak usia dewasa, beliau mulai melakukan perjalanan untuk menimba ilmu pada para ulama yang masyhur di kala itu.

Baca Juga:  Ibrahim Al-Khawwash, Kisah Waliyullah; Karomah Dan Kalam Hikmahnya

Di antara guru-guru beliau saat itu adalah K.H. M. Syahid Pati, Kyai Raden Haji Muhammad Sholeh bin Asnawi Kudus, Kyai Ishak Damaran, Semarang, Kyai Abu Abdullah Muhammad bin Hadi Baquni Semarang, Sayyid Ahmad Bafaqih Ba’alawi Semarang, Syeikh Abdul Ghani Bima Semarang serta Mbah Ahmad Alim Bulus Gebang, Purworejo.

Ayah beliau bernama K.H Umar. Mengenai perjalanan beliau sampai menimba ilmu ke Mekah sebenarnya tak bisa terlepas dari cerita tentang ayah beliau ini. Diceritakan bahwa suatu hari, K.H Umar pindah ke Singapura dengan mengajak seluruh anggota keluarganya, tak terkecuali Kyai Shaleh Darat.

Beberapa tahun kemudian KH. Umar menunaikan ibadah Haji, saat itu pula Kyai Shalih Darat turut menyertainya. Sungguh disayangkan, saat berada di Mekah, KH. Umar meninggal dunia.

Kyai Shaleh Darat akhirnya melanjutkan pendidikan di Tanah Suci hingga beberapa tahun, bahkan sampai bekeluarga di sana. Saat berada di Mekah, Kyai Shaleh Darat banyak bergaul serta belajar dengan ulama yang memiliki keahlian dalam berbagai bidang ilmu, terutama ilmu-ilmu agama Islam.

Baca Juga:  Mengenal Ismail bin Katsir (Ibnu Katsir), Ulama Dengan Banyak Bidang Keilmuan

Di antara orang-orang itu adalah Syeikh Muhammad bin Sulaiman Hasbalah, Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan dan masih banyak lagi. Selain menimba ilmu, Kyai Shaleh Darat juga mengajar di Mekkah dan memiliki banyak murid di antaranya K.H. Dalhar (Magelang), K.H. Dimyati (Pacitan), K.H. Dahlan (Pacitan), Mahfudz Termas (Pacitan), K.H. Kholil Harun (Rembang), dan K.H. Raden Asnawi (Kudus).

Menurut catatan Kyai Munawir Krapyak, Kyai Shaleh Darat tiba di tanah air pada tahun 1870H/1880 M. Sesampainya di tanah air, Kyai Shalih Darat menetap di Semarang. Beliau merintis dakwah kepada masyarakat Jawa dengan menjadi pengajar di beberapa pesantren dan masyarakat sekitar.

Melihat kapasitas keilmuan beliau yang begitu luas, akhirnya banyak masyarakat berdatangan untuk menimba ilmu darinya. Tak hanya itu, saat menjadi pimpinan pesantren, banyak masyarakat yang berdatangan untuk menjadi santri Kyai Shaleh Darat. Murid-murid Kyai Shaleh Darat banyak yang menjadi ulama’ besar serta menguasai berbagai disiplin ilmu keislaman.

Di antara murid-murid Kyai Shalih Darat sekembalinya beliau ke tanah air adalah: K.H. Hasyim Asy’ari, pendiri organisasi NU, K.H. Ahmad Dahlan, pendiri organisasi Muhammadiyah, K.H. Idris (Jemsaren Solo), K.H. Sya’ban (Semarang), Kyai Amir (Pekalongan), K.H. Siroj (Magelang), Penghulu Tafsir Anom (Surakarta), K.H. Munawwir (Krapyak), K.H. Abdul Wahab Chasbullah (Tambak Beras, Jombang), K.H. Abas Djamil (Buntet, Cirebon), K.H. Raden Asnawi (Kudus), K.H. Bisri Syansuri (Denanyar Jombang), Kyai Yasin (Rembang), Kyai Abdus Shamad (Surakarta), Kyai Yasir Areng (Rembang), K.H. Subakir (Demak), K.H. Abdul Hamid (Kendal), K.H. Yasin (Bareng, Kudus), K.H. Ridwan Ibnu Mujahid, K.H. Syahli Kauman, K.H. Thohir, K.H. Anwar Mujahid, K.H. Abdullah Sajad.

Baca Juga:  KH Munawwir dan Sanad Keilmuan Al-Quran di Nusantara

Kyai Shalih Darat wafat pada hari Jumat Legi pukul 17.00 WIB, tanggal 28 Ramadhan 1321 H, bertepatan dengan 18 Desember 1903 M. Beliau dimakamkan di kompleks pemakaman Bergota, Semarang.

Mohammad Mufid Muwaffaq