Mengenal Sosok Buya Hamka, Sastrawan dan Ahli Tafsir Asli Indonesia

Mengenal Sosok Buya Hamka, Sastrawan dan Ahli Tafsir Asli Indonesia

PeciHitam.org – Buya Hamka merupakan seorang mufassir terkemuka asal Indonesia. Beliau lahir pada tanggal 17 Safar 1296 Hijriah atau 10 Februari 1879 M di kampong Kepala Kabun, Jorong Betung Panjang, Nagari Sungai Batang, Sumatera Barat dengan nama lengkap Abdul Malik Karim Amrullah.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Buya Hamka merupakan putra seorang ulama besar Syekh Abdul Karim Amrullah atau yang sering disebut Haji Rosul. Haji Rosul merupakan pelopor dari Gerakan Islam “Kaum Muda” di Minangkabau yang memulai gerakannya pada tahun 1908.

Hamka lahir dari istri ketiga Haji Rosul yang bernama Syafi’ah. Ibunda Hamka, Syafi’ah memiliki tiga saudara kandung yaitu Buya Abdul Kudus, Asma (perempuan) dan Abdul Mu’thi.

Kelahiran dan kehidupan masa kecilnya sangat dipengaruhi oleh beberapa variabel lingkungan sosial. Pertama adalah peran sosial dan harapan-harapan ayahnya terhadap Hamka. Kedua, kampung tempat dia dilahirkan.

Ketiga, asimilasi adat Islam yang mempengaruhi masyarakat sekitarnya. Hamka dibesarkan dalam lingkungan ulama, maka tidak heran apabila Haji Rosul menginginkan anaknya kelak menjadi seorang alim ulama seperti dirinya dan dikagumi banyak orang.

Hamka merupakan anak pertama dari tujuh bersaudara, ia sejak kecil hidup dalam keluarga yang taat melaksanakan ajaran agama Islam. Apabila ditelusuri dari silsilah nenek moyangnya, maka Hamka termasuk keturunan orang-orang yang terpandang dan tokoh agama Islam pada zamannya.

Baca Juga:  Mengenal Imam Abu Mansur Al Maturidi Sang Ahli Kalam

Kecintaannya terhadap pencarian ilmu membawa Hamka menjadi sosok yang gemar dalam menulis buku untuk menuangkan ide atau gagasan yang muncul dari buah pemikirannya tentang Islam dan masyarakat, baik itu dalam bentuk sastra maupun bentuk tulisan lain.

Indonesia harus bangga, karena memiliki sosok panutan yang sangat produktif. Beberapa karya Buya Hamka yang tersebar dan beredarluas hingga saat ini adalah sebagai berikut:

  1. Antara Fakta dan Khayal “Tuanku Rao”
  2. Beberapa Tantangan terhadap Ummat Islam di Masa Kini
  3. Dari Lembah Cita-Cita
  4. Kisah Nabi-Nabi
  5. Kenangan-Kenangan Hidup Jilid I, II, III, 1V
  6. Lembaga Hikmat
  7. Pandangan Hidup Muslim
  8. Pelajaran Agama Islam
  9. Pribadi
  10. Perkembangan Kebatinan di Indonesia
  11. Said Jamaluddin al-Afghany (Pelopor Kebangkitan Muslimin)
  12. Tanya-Jawab Jilid I-II
  13. 1001 Soal-soal Hidup
  14. Di Bawah Lindungan Ka’bah
  15. Margaretta Gauthioer (terjemahan)
  16. Bohong di Dunia
  17. Sejarah Ummat Islam Jilid I, II, III, IV
  18. Di dalam Lembah Kehidupan
  19. Tenggelamnya Kapal van Der Wijck
  20. Si Sabariah
  21. Tasawwuf Modern
  22. Ayahku
  23. Kenang-kenangan Hidup I, II, III, dan IV
  24. Empat Bulan di Amerika, Jilid I dan II
  25. Pengaruh Ajaran Muhammad Abduh di Indonesia
  26. Dari Perbendaharaan Lama
  27. Falsafah Ideologi Islam (1950)
  28. Cita-cita Kenegaraan dalam Ajaran Islam
  29. Tafsir al-Azhar
Baca Juga:  Mengenal Jalaluddin al-Suyuti dan Karya-karyanya, Ulama Klasik Rujukan Banyak Ulama

Pengabdian Hamka terhadap ilmu pengetahuan terutama terhadap keseriusan dirinya menekuni bidang sejarah, dinyatakan dengan bukunya Sejarah Umat Islam. Perhatian Hamka terhadap sejarah melalui bukunya tersebut, memiliki kecenderungan atau bersinggungan dengan pandangan sejarah merupakan bagian dari politik, atau sejarah adalah politik.

Pandangan sejarah Hamka yang lekat dengan politik dilatarbelakangi oleh kehidupan berorganisasi dan berpolitik Hamka dengan aktif di Muhammadiyah bahkan turut mempelopori berdirinya Muhammadiyah pada tahun 1925 bersama KH. Ahmad Dahlan.

Kecenderungan tersebut muncul tidak hanya berada pada tataran sejarah dalam pandangan Hamka, akan tetapi dimunculkan (diperkuat dengan) pandangan-pandangan politik Hamka dalam menafsirkan ayat-ayat al-Quran pada sebagian ayat di dalam Tafsir al-Azhar.

Hamka terdaftar sebagai anggota Sarekat Islam pada 1925 M, dengan pelantikan dirinya pada 1947 M, dan sebagai ketua Barisan Pertahanan Nasional sekaligus anggota Konstituante Masyumi.

Dorongan pandangan sejarah Hamka yang lekat dengan segi politik terutama terhadap permasalahan pemimpin dan kepemimpinan umat merupakan refleksi dari kedekatan dirinya dengan kegiatan berorganisasi di Muhammadiyah dan berpolitik di Masyumi.

Baca Juga:  Inilah Salah Satu Cara Melampiaskan Kerinduan Terhadap Gus Dur

Sejarah dibentuk oleh pemimpin yang memiliki kepemimpinan dengan klasifikasi berdasarkan keturunan, kekuatan, kepandaian serta pemimpin lain mengakuinya sebagai pemimpin.

Hamka memberikan pandangan bahwa pemimpin dan kepemimpinan dijanjikan Allah telah menjelaskan dengan terang dan tanpa berselindung bahwa perkara yang membentuk pimpinan ialah tiga yaitu Allah, rasul dan orang yang beriman, mereka adalah merupakan saluran yang akan menyalurkan kehendak Allah dan rasul dalam mengemudi umat serta mencapai ridha Allah.

Mohammad Mufid Muwaffaq