Mengenal Sosok Salman al Farisi, Pencari Kebenaran Islam

salman al farisi

Pecihitam.org – Alkisah, ada seorang budak dari negeri Persia yang sepanjang hidupnya ia persembahkan untuk mencari kebenaran. Ia meninggalkan agama kedua orangtuanya, karena tertarik dengan perilaku seorang romo Kristiani di daerahnya. Ia kemudian bergambung dalam komunitas romo itu , yang ternyata, tidak lama kemudian ia meninggalkannya dan mencari romo-romo yang lain.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Pada akhirnya, hampir di ujung perjalanan, budak itu berhidmat kepada seorang romo lagi dan sang romo mengajarkan banyak hal kepadanya, romo itu sadar bahwa dirinya sebentar lagi akan mati dan tidak akan ada lagi penerusnya bila ia telah mati. Romo itu lalu memberi petunjuk bahwa suatu hari nanti, dari daerah bukit Faran, akan datang seorang Nabi dengan membawa apa yang dulu pernah dibawa oleh Nabi Isa.

Berangkatlah budak itu ke daerah Yasrib sebagai budak belian, di sana dia bekerja di sebuah kebun kurma milik seorang Yahudi. Ketika dia berada di puncak pohon kurma, dia mendengar ada anak dari majikannya yang bercerita, “Sekarang ini baru datang ke Yasrib seorang yang mengaku sebagai Nabi”. Budak itu berteriak, dan dengan segera dia turun dari pohon kurma, kemudian bertanya kepada orang itu, tetapi dia malah dibentak dan sempat dipukul oleh majikannya, karena dianggap terlalu melibatkan diri dengan urusan-urusan luar sementara dirinya adalah budak.

Baca Juga:  Syekh Ahmad al-Jami, Sosok Pemabuk yang Hijrah Jadi Ulama Sufi

Singkat cerita, budak itu kemudian menemukan Nabinya yang dicari selama ini dengan beberapa percobaan yang ia lakukan. Kemudian, Nabi memberi nama pada budak itu dengan “Salman”. Karena semua orang tahu dia berasal dari Persia, maka dia sering disebut dengan nama Salman al Farisi, Salman dari Persia. Kata Nabi, “Tidak, kalian jangan panggil dia dengan Salman al-Farisi, panggillah dia dengan nama Salman al-Muhammadi”, yang artinya Salman dari keluarga Muhammad. Biasanya, sesuai tradisi di sana, nama kedua adalah nama keluarga, Nabi lalu memberi nama baru kepada Salman.

Pada suatu hari, di Masjid, berkumpulah banyak kelompok yang membanggakan keturunannya dan orang tuanya, dan setelah semuanya bersorak ria membanggakan bapaknya, lalu Salman ditanya, kamu anak siapa? Ketika itu Salman dalam keadaan duduk, dengan perawakan yang tinggi dan besar, melebihi orang-orang Arab, lalu dia berdiri dan menjawab, “aku putra Islam” dan Nabiku menamaiku dengan Salman al-Muhammadi.

Kisah singkat di atas memberi gambaran singkat tentang sosok Salman yang merupakan tokoh penting dalam kesejarahan Islam. Salmanlah orang pertama dan menjadi simbol bagi terhapusnya sekat-sekat kesukuan dan rasisme dalam Islam. Salman mampu membuktikan bahwa kedekatan dan kemuliaan di sisi Allah SWT adalah bukan dari mana kita berasal, tapi bagaimana kita mampu mengikatkan diri kita dengan Tuhan semesta alam.
Dengan kata lain, ketika Salman menyebut dirinya sebagai “anak Islam”, maka seluruh label-label kekeluargaan terhapus dengan sendirinya dan menjadi cikal bakal dari runtuhnya otoritas kesukuan, ras, dan keluarga dalam membangun kekuatan identitas seseorang yang saat itu sangat diagung-agungkan, yang pada akhirnya digantikan oleh identitas Islam secara mutlak.

Baca Juga:  Siapakah Sosok Abdullah bin Saba’, Tokoh Fiktif atau Nyata?

Perlu dicatat pula, Salmanlah orang yang telah menyumbangkan jasanya dalam tragedi peperangan Handaq, karena ia telah mengusulkan agar digali atau dibuatkan parit disekeliling kota untuk mempertahankan Madinah, di mana penggalian parit ini merupakan salah satu strategi perang paling jitu untuk mengelabui musuh. Sehingga dikemudian hari Salman dijadikan contoh figur sebagai orang yang ahli di bidang teknologi.

Dahulu, ketika para mahasiswa dan dosen ITB mau mendirikan masjid dan datang kepada bung Karno, lalu mereka meminta nama untuk masjid yang akan dibangun itu. Maka bung Karno menyuruh agar masjid itu diberi nama “Masjid Salman”, yang secara filosofis merupakan lambang para pecinta teknologi, dan hingga saat ini masjid Salman masih berdiri kokoh, sementara kampusnya menjadi tempat terbaik di Indonesia dalam pembelajaran sains dan teknologi.

Di lain hal, Salman juga pernah ditunjuk sebagai gubernur di daerah Madain, di negara Irak sekarang. Dia terkenal sebagai gubernur yang hidup sangat sederhana. Suatu hari, Salman pernah disuruh seseorang dari pasar untuk memikul barang-barang belanjaan yang baru dibeli dari pasar, Salman dengan senang hati melakukannya. Katanya, tugas seorang pemimpin adalah melayani rakyatnya. Apapun pekerjaan itu, selama untuk kepentingan dan kebaikan rakyat, maka dengan senah hati Salman akan melakukannya, tanpa beban dan gengsi.

Baca Juga:  Sunan Muria, Serupa dengan Sang Ayah yang Berdakwah dengan Pendekatan Budaya

Kita yang hidup hari ini barangkali sangat merindukan sesosok orang seperti Salman ini. Dia adalah lambang dari seorang Muslim dan pemimpin yang sangat baik, berintegritas, dan bijaksana. Sosok yang mampu menjembatani perbedaan suku dalam Islam, melayani umat setulus hati, dan mangga menjadi umat Islam. Kiranya, riwayat singkat dari hidupnya ini perlu kita teladani bersama, baik sebagai sesama umat Islam maupun mencontoh konsep kepemimpinanya yang masih sangat relevan untuk diterapkan hari ini.

Rohmatul Izad

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *