Mengenal Syaikh Abdul Qadir al Jailani dan Karamahnya

syaikh abdul qadir jailani

Pecihitam.org – Dialah Abu Muhammad Muhyiddin Abdul Qadir al Jailani, lahir di Jaelani, sebelah selatan laut Kaspia Iran pada tahun 1077 M/470 H. Sedangkan latar belakang keluarga beliau, Rupanya Syaikh Abdul Qadir al jailani merupakan keturunan Sayyidina Hasan (cucu Nabi Muhammad Saw.,)

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Dan pertalian nasab ini berasal dari pihak Ayah beliau yang bernama : Syaikh Abdul Qadir bin Abu Shalih Jangki Dausat bin Abdillah bin Yahya al-Zahid bin Muhammad bin Dawud bin Musa bin Abdullah al-Tsani bin Musa al-Juni bin Abdullah al-Mahdi bin Hasan al-Mustanna bin Hasan al-Sibthi bin Ali bin Abi Thalib,

Sedangkan nasab dari ibunya bersambung kepada Sayyidina Husein, yakni:
Fatimah binti as Sayyid Abdullah as Shumi’i bin as Sayyid Jamaluddin bin as Sayyid Muhammad bin as Sayyid Mahmud bin as Sayyid Abdullah bin as Sayyid Kamaluddin Isa bin as Sayyid Muhammad al Jawad bin as Sayyid Ali ar Ridha bin as Sayyid Musa al Kadzim bin as Sayyid Ja’far ash Shadiq bin as Sayyid Muhammad al Baqir bin as Sayyid Ali Zainal Abidin bin Imam Abu Abdullah al Husain bin Ali bin Abi Thalib r.a., (al Jailani, Sayyid Yaikh Abdul Qadri, tafsir al Jailanni, yang ditahqiq oleh Dr. Muhammad Fadhil al Jailani al Hasani al Tailani al Jamazraqi, Istanbul: Markaz al Jailani li al Buhuts al ‘Imiyyah, 2009, Juz 1,)

Baca Juga:  Biografi Syaikh Ibrahim al Bajuri Pengarang Hasyiyah al Bajuri

Selain itu, atas dikenalnya beliau sebagai seorang sayyid, guru sekaligus wali yang cukup agung dan terkemuka, beliau pun digelari sebagai al Ghawts al A’zham atau penolong besar, bahkan Ibn Taimiyah sendiri menyebutnya sebagai syekhuna (guruku) dalam kitabnya “Fatawa”, dan ini lagi lagi karena kebesaran Syaikh Abdul Qadir al Jailani.

Sedangkan berbicara tentang guru guru beliau ialah,

Di bidang Al Qur’an diantaranya: Abu al Khitab Mahfudz al Kalauzani al Hambali, al Qadhi Abu Said al Mubarak bin Ali al Makhzumi al Hambali, dan Ali bin Aqil al Hambali.

Di Bidang  Hadits diantaranya: Abu Ghalib Muhammad Hasan al Baqillani, Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Maimun al Farisi, dan Abu Ja’far bin Ahmad bin al Husain.

Selain itu Beliau pun merupakan mengikut setia para wali yang terkenal seperti Abu al Kahir Hammad Ibn Muslim al Dabbad (w.525 h) dan Khwaja Abu Yusuf al Hammadani (w. 535 H).

Karya karya Abdul Qadir al Jailani

Sama dengan para ulama terdahulu, Syaikh Abdul Qadir al Jailani pun tak ketinggalan dengan ide produktifnya dalam karya tulis menulis. Sedangkan dalam proses penulisan karyanya, ada yang ditulis oleh beberapa muridnya dan adapula yang ditulisnya secara sendiri, dan diantara karya karyanya ialah:

-al Fath al rabbany (Kemenangan yang Ilahi) yaitu kitab yang berisikan kumpulan nasihat bagi para murid dan guru sufi dan semua kalangan yang tertarik dengan jalan penyucian diri. Dan dampak dari kitab jikalau memang kita sebagai pembaca benar benar mendalami isinya tentu akan membawa para pembaca pada keuntungan dan manfaat spritual yang sangat besar.

Baca Juga:  Nusaibah binti Kaab, Prajurit Perempuan Perisai Rasulullah Saw

Futuh al Gayb (Pembukaan kegaiban) yaitu berisikan tentang nasihat yang bermanfaat maupun pemikiran pemikiran dan pendapat yang berbicara tentang banyak permasalahan, baik itu menyangkut tentang  dunia, keadaan jiwa dan lainnya.

Al Ghunyah li thalibi thariq al haqq (bekal bagi para pencari al haqq), kitab ini paling tidak berisikan tentang mazhab Imam Ahmad bin Hanbal serta meliput ajaran ajaran Sunni yang shahih tentang Akidah dan tasawuf.

Karamah Abdul Qadir al Jailani

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwasanya tokoh satu ini memang akrab disebut sebagai seorang sufi yang memiliki pengaruh dan posisi penting dalam sejarah spiritualisme Islam, sehingga wajar jika sepanjang hidupnya tidak pernah lepas dengan berbagai karamah yang berasal darinya kadang berada diluar dan kemampuan kita selaku manusia biasa.

Salah satu karamahnya ialah, ketika seorang wanita tua memiliki anak tunggal yang diasuh oleh Syaikh Abdul Qadir al Jailani. Hingga pada suatu hari, wanita tersebut pergi menemui anaknya, disana ia melihat anaknya yang sedang memakan sepotong roti kering berwarna cokelat serta dalam kondisi melakukan spritual sehingga badannya terlihat lemah dan kurus.

Tentu pemandangan ini membuat wanita tersebut (sang Ibu) merasa kasihan, akhirnya dia pun pergi untuk menemui Syaik Abdul Qadir al Jailani dan berniat mengadukan apa yang baru saja dilihatnya. Namun ketika sampai, dia melihat Abdul Qadir al Jailani sedang memakan seekor ayam panggang. Akhirnya si wanita tua tersebut pun menimpali Syaikh Abdul Qadir al Jailani dengan berkata

Baca Juga:  Buya Hamka: Seorang Tokoh, Ulama, Sastrawan, dan Mufassir yang Pernah Menjadi Tahanan Politik

Wahai Syaikh, hampir saja anakku mati karena kelaparan, sedang engkau? Dengan enaknya menyantap ayam panggang”. Maka disaat itulah, Syaikh Abdul Qadir al Jailani berkata kepada ayam panggang yang ada dihadapannya “Atas izin Allah, bangkitlah”. Maka ayam itupun bangkit dan melompat keluar dari tempatnya, dan beliau pun kembali berkata “Kalau anakmu sudah sampai ke jenjang ini, maka makanlah ayam tersebut”

Dari karamah ini dapat diartikan maksudnya bahwa “Jika jiwa anakmu sudah bisa menguasai jasadnya, jika kalbunya sudah bisa mendominasi nafsunya, jika akalnya bisa mengalahkan perutnya, serta ia bisa merasakan kenikmatan tersebut dalam rangka bersyukur, ketika itu ia boleh memakan makanan yang enak dan lezat”

Wallahu A’lam Bissawab …

Rosmawati