Mengenal Syekh Syamsuddin As Sumatrani Ulama Sufisme Wujudiyyah

syamsuddin as sumatrani

Pecihitam.org,– Namanya dikenal dengan nama Syamsuddin as Sumatrani atau yang dikenal pula dengan nama Syamsuddin pasai. Beliau merupakan anak dari seorang ulama yang bernama Abdullah as Sumatrani.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Terkait kapan beliau lahir tidak diketahui secara pasti namun diperkirakan beliau hidup di Aceh antara akhir abad ke-16 sampai pertengahan abad ke-17 dan berjaya pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Sedangkan kapan beliau wafat, rata-rata pakar bersepakat bahwa Syamsuddin as-Sumatrani wafat pada 1040 H/1630 M.

Dari sumber lain terkait kapan beliau wafat dapat dilihat dari karya al Raniri yang disebutkan sebagai berikut;

Maka dititahkan sultan, orang kaya maharaja Sri maharaja dan orang kaya laksamana menyerang Malaka pada tatkala Hijrah 1038 tahun, tetapi tiadalah karena berbantah dua orang panglima itu. Pada ketika itulah segala orang Islam banyak mati Syahid. Syahdan pada masa itulah wafat Syeikh Syamsuddin ibn ‘Abdillah al Sumatrani pada malam dua belas hari bulan Rajab pada Hijrah 1039 tahun. Adalah Syeikh itu ‘alim pada segala Ilmu dan ialah yang termashyur pengetahuan-nya pada Ilmu Tasawuf dan beberapa kitab yang dita’lifkan-nya” (Abdul Aziz Dahlan, 1999: 17)

Menurut Syaikh ‘Abd Shomad, Syamsuddin Sumatrani bernama lengkap al ‘Arif Billah Syekh Syamsuddin ibn Abdullah as Sumatrani. Sumatrani sendiri adalah penisbahan nama kepada Samudera Pasai yang lebih dahulu terkemuka dari pada Banda Aceh pada abad ke 14 dan ke 15 Masehi dalam hal pengajaran dan pengembangan Islam.

Baca Juga:  Biografi Singkat KH Khusnan Musthofa Ghufron, Singa Putih Penjaga Rimba Ulama

Terkait data hidupnya secara detail seperti pada masa kanak kanak hingga menuntut Ilmu dari guru satu ke yang lainnya kurang di muat dalam lembaran sejarah. Namun beberapa sumber dikatakan bahwa Syamsuddin Sumatrani merupakan murid dari Syaikh Hamzah al Fansuri.

Hal ini dapat dibuktikan dengan hadirnya dua karya tulis dari Syamsuddin As Sumatrani yang merupakan ulasan (Syarah) terhadap pengajaran Hamzah al Fansuri, dimana kedua karyanya tersebut ialah Syarah Ruba’i Hamzah al Fansuri dan Syarah syair ikan tongkol (Dr. Hj. Sri Mulyati, MA., Tasawuf Nusantra, [Jakarta; Kencana, 2006], h. 86)

Sedangkan dalam sumber lain dikatakan bahwasanya kedua sufi ini memang pernah bertemu dan masing-masing tinggal di Aceh ketika kerajaan itu sedang membuka diri terhadap ajaran sufisme Wujudiyyah Ibnu Arabi (Poesponegoro, 2008).

Sebagai seorang sufi yang hidupnya pada masa pemerintahan Sultan Iskanda Muda, rupanya Syamsuddin As Sumatrani pada waktu itu memangku jabatan perdana menteri di kerajaan Aceh. Bahkan dianggap sebagai tokoh penting istana sekaligus penasehat raja.

Baca Juga:  Abu Sa’id Al-Khudri Sahabat Anshar yang Banyak Meriwayatkan Hadits

Selain itu beliau juga aktif dalam dunia tulis menulis yang berkaitan dengan tasawuf sehingga karya karyanya cenderung tergolong pada karya sufistik. Dan diantara karya karyanya yakni:

  • Jauhar al Haqaiq
  • Kitab al Halaqah dan Nur Daqaiq
  • Mir’at al Qulub
  • Sirr al ‘Arifin
  • Syarah Mir’at al Qulub
  • Sirr al ‘Arifin
  • Risalat al Wahhab
  • Syarah Ruba’i Hamzah Fansuri

Daftar Pembahasan:

Pemikiran dan Ajarannya

Adapun pokok pokok ajaran Syamsuddin Sumatrani ialah sebagai berikut:

Tentang Allah

Beliau mengejarkan bahwa Allah itu Esa adanya, Qadim dan Baqa. Suatu zat yang tidak membutuhkan ruang, waktu dan tempat dan mustahil untuk dapat dibayangkan kemiripannya dengan sesuatu apapun juga.

Tentang penciptaan

Beliau menggambarkan tentang penciptaan dari Dzat yang mutlak itu dengan melalui tahap tingkatan, mulai dari Ahadiyah, wahdah, wahidiyah, alam arwah, alam mitsal, alam ajsam, dan alam insan.

Tentang manusia

Beliau berpendapat bahwa manusia seolah olah macam objek ketika Tuhan mendhahirkan sifatnya. Semua sifat sifat yang dimiliki oleh manusia ini hanyalah sekedar penggambaran dari sifar-sifat Tuhan dan tidak berarti bahwa sifat sifat Tuhan itu sama dengan sifat yang dimiliki oleh manusia.

Baca Juga:  Mengenal Abu Usman Fauzi, Ulama Kharismatik Nusantara Asal Aceh

Oleh karenanya sifat sifat itu adalah sifat Ma’ani bagi Allah (Hakikat yang terdalam dari sifat sifat Qudrat, iradat, ‘ilmu, sama’, bashar dan kalam) [Dr. Hj. Sri Mulyati, MA., Tasawuf Nusantra, (Jakarta; Kencana, 2006), h. 81]

Namun ajaran ajaran dari Syamsuddin Sumatrani dan Hamzah al Fansuri yang dikenal dengan paham Wujudiyyahnya ini kemudian dibasmi oleh kedatangan Syaikh Nuruddin ar Raniri yang pada waktu itu menjadi mufti kesultanann Aceh pada masa Sultan Iskandar Tsani.

Sumber: Syamsuddin Sumatrani, Drs. Samsul Munir Amin, M.A., Ilmu Tasawuf, [Jakarta; Amzah], h. 340]

Rosmawati

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *