Mengenal Tasawuf Irfani dari Seorang Tokoh Dzu An Nun Al Mishri

tasawuf irfani

Pecihitam.org -Tasawuf, istilah yang diberikan untuk Mistisme dalam Islam atau the mystic of Islam. Sehingga bisa dikatakan bahwa dunia mistik yang didalami oleh agama Islam berasal dan berangkat dari dunia Tasawuf, sedangkan para orientalis menyebutnya sebagai sufism.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Namun dalam mengenal tasawuf sendiri, tentu kita tidak hanya terpatok pada kata Tasawuf saja, melainkan kita pun serasa wajib tahu akan berbagai varian dari tasawuf sendiri, dan kali ini kita akan membahas terkait Tasawuf Irfani dan salah satu tokoh pengembannya, berikut ulasannya;

Tasawuf Irfani, Tasawuf secara makna kata berarti suci, yakni berasal dari kata Shafa’ yang berbentu fi’il mabni majhul sehingga menjadi isim mulhaq  dengan huruf “ya’” nisbah yang berarti sebagai nama bagi orang orang yang bersih atau suci.

Sedangkan Irfan dalam bahasa Arab adalah bentuk Mashdar dari ‘arafa yang artinya ma’rifat, ilmu, atau pengetahuan. Sehingga bisa dikatakan bahwasanya Tasawuf Irfani adalah tasawuf yang mendasarkan pedomannya pada ma’rifat atau pengetahuannya terhadap Tuhan sebagai dasar dari landasan tasawufnya.

Dalam bagiannya, Irfan sendiri terbagi dari dua yakni Irfan amali dan irfan Ilmi;

Menurut Murtadha Muthathhari (Ulama dan pemikir), Irfan amali menjelaskan hubungan vertikal antara hamba dan Allah Saw., dan membahas terkait tanggung jawab bersama terhadap dirinya sendiri dan dunia yang ada disekitarnya.

Baca Juga:  Makna Zuhud Menurut Para Ulama Tasawuf dan Hadits yang Membahas Tentang Zuhud

Oleh karenanya Irfan Amani lebih mirip dengan Akhlak Tasawuf. Lain halnya dengan Irfan Ilmi, pada istilah kedua ini berhubungan dengan ontologi yang membicarakan Tuhan, dunia dan manusia sehingga mirip dengan filsafat teologi.

Kita bisa sedikit menoleh pada salah satu tokoh pengembannya diantara beberapa tokoh lainnya seperti, Abu Yazid Al Bustami, Rabiah al Adwiyah dan Abu Mansur al Hallaj, namun kali ini kita akan sedikit mengupas tokoh Dzu An Nun Al Mishri pandangannya terkait Tasawuf Irfani.        

Dialah Abu Faidh Tsauban bin Ibrahim yang lahir di Ikhmim, dataran tinggi Mesir, pada Tahun 180 Hijriah (796 M) dan wafat pada tahun 246 Hijriah (856 M).

Kita bisa saja bertanya tentang mengapa beliau dijuluki sebagai Dzu An Nun al Mishri bukan? Dan rupanya julukan tersebut diberikan kepadanya sehubungan dengan berbagai kekeramatan yang Allah berikan kepadanya.

Salah satu contohnya ialah beliau pernah mengeluarkan seseorang dari anak perut buaya di suangai Nil dalam keadaan selamat atas permintaan ibu dari anak tersebut.

Dalam perjalanan hidupnya, beliau selalu berpindah tempat ke tempat yang lainnya seperti menjelajahi berbagai daerah yang ada di Mesir, mengunjungi Baitul Maqdis, kota Baghdad, Mekah, Hijaz dan tempat lainnya demi memperoleh pengalaman yang banyak dan ilmu bermanfaat yang tentu berasal dari guru guru hebat yang pernah ia temui.

Baca Juga:  Ajaran Tasawuf Sebagai Dasar dalam Memajukan Perdaban Islam di Indonesia

Dalam hidupnya, Beliau pernah mengikuti pengajian Ahmad bin Hanbal dan mengambil riwayat Hadits diantaranya dari Malik dan Laits.

Selain itu, Beliau dikenal sebagai orang pertama yang memberi tafsiran terhadap Isyarat isyarat tasawuf sekaligus sebagai orang yang pertama di Mesir yang berbicara tentang Ahwal dan Muqamat dan tidak hanya itu, beliau pun sebagai orang pertama yang memberi definisi Tauhid dengan corak Sufistik.

Sehingga dari kebesaran nama beliaulah, sepertinya kurang rasanya jikalau kita tidak membahas terkait pandangan beliau dalam dunia Tasawuf, yakni pandangan beliau terkait Ma’rifat dalam versi Tasawuf.

Pertama, beliau membaginya menjadi tiga bagian, dimana yang pertama ialah beliau membedakan antara Ma’rifat Sufiyyah dan Aqliyyah. Ma’rifat Suffiyah menggunakan Kalbu yang biasa di gunakan para sufi sedangkan Ma’rifat Aqliyyah menggunakan pendekatan akal yang biasa digunakan para teolog.

Kedua, beliau beranggapan bahwa Ma’rifat yang sesungguhnya ialah Musyahadah Qalbiyah (Penyaksian Hati), sebab Ma’rifat merupakan Fitrah dalam hati manusia sejak Azali.

Ketiga, terkait teori Ma’rifat beliau yang menyerupai Gnosisme ala Neo-Platonik (Filsafat barat pra Modern). Dari sinilah teori teori beliau pun dianggap sebagai jembatan menuju teori Wahdah Asy Syuhud dan Ittihad. Serta dari sini pula beliau dipandang sebagai orang yang pertama kali memasukkan unsur filsafat ke dalam dunia tasawuf.

Baca Juga:  Titik Temu Ajaran Tasawuf dan Mistik Kejawen

Sedangkan pandangan lain terkait Ma’rifat, beliau menjelaskan bahwa Ma’rifat kepada Allah tidak dapat ditempuh melalui pendekatan akal dan pembuktian pembuktian, akan tetapi membutuhkan jalan ma’rifat batin.

Yakni dimana Tuhan menyinari hati manusia dan menjaganya dari kecemasan sehingga semua yang ada di dunia ini tidak mempunyai arti lagi. Tentu pada pandangan dan pendekatan ini, sifat sifat manusia perlahan akan ke atas dan setelah itu akan menyandang sifat luhur yang dimiliki Tuhan.

Dalam Syairnya, Dzu An Nun Al Mishri mengungkapkan ungkapan mesra terkait pecinta sejati (Cinta kepada sang Ilahi)

Aku Mati, namun
Gairah cintaku kepada-Mu abadi
Tujuanku tidak sekedar memiliki cinta-Mu, pun
meredakan demam jiwaku adanya
kepada-Mulah jiwaku menangis jua
dalam diri-Mulah segenap angan anganku berada
dan kebaikan-Mu jauh diatas segalanya.

Itulah sekilas Tasawuf Irfani dan salah satu tokoh pengembannya ( Dzu An Nun Al Mishri ) semoga bermanfaat..

Rosmawati

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *