Metode Pendidikan Islam di Masa Nabi Muhammad SAW

Metode Pendidikan Islam di Masa Nabi Muhammad SAW

Pecihitam.org – Pendidikan adalah Suatu proses pembelajaran untuk menambah suatu pengetahuan yang dapat diwariskan dari masa ke masa. Agar penyebaran ilmu pengetahuan mudah dipahami maka perlu adanya metode pendidikan, termasuk halnya pendidikan agama islam. Metode pendidikan islam pada dasarnya sudah dicontohkan Rasulullah di masanya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Dalam memberikan pendidikan kepada para sahabat, Nabi Muhammad saw telah menggunakan beberapa metode, yang sampai sekarang banyak diikuti oleh lembaga-lembaga pendidikan. Adapun metode pendidikan islam yang diterapkan Nabi Muhammad SAW di masanya adalah:

1). Graduasi (al Tadarruj)

Metode graduasi atau penahapan ini sebenarnya merupakan metode al qur’an dalam memebina masyarakat, baik dalam melenyapkan kepercayaan dan tradisi jahiliyah maupun yang lain. Demikian pula dalam menanamkan akidah, al qur’an juga memakai metode graduasi ini. (lihat di Ushul al-Hadits karya al-Khatib, Muhammad Ajjaj, Beirut, hal: 57)

Metodi graduasi dalam pendidikan Nabi saw ini bukan semata-mata karena al qur’an diturunkan secara graduasi, melainkan juga merupakan kebijaksanaan Nabi saw sendiri dalam pendidikan, sebab banyak contoh yang menunjukkan Nabi saw tetap melalui metode itu, meskipun terjadi pada akhir kehidupan beliau dimana al qur’an sudah hampir tuntas diturunkan.

Baca Juga:  Inilah 15 Ciri-ciri Pengikut Ajaran Sekte Wahabi Yang Harus Anda Ketahui

Misalnya, ketika beliau mengutus Muadz bin Jabal untuk berdakwah di Yaman, pada tahun 10 H, menjelang haji wada’ dimana sekitar 4 bulan lagi beliau wafat. Muadz tidak ditugaskan untuk mengajarkan agama islam secara sekaligus, melainkan secara bertahap, padahal ajaran islam pada saat itu sudah hampir lengkap karena masa turunnya al qur’an hampir selesai.

2). Levelisasi (Mura’at al-Mustawayat)

Penyampaian materi-,ateri dakwah atau pelajaran yang dilakukan Nabi Muhammad saw sering berbeda antara satu orang dengan yang lainnya. Hal ini karena beliau sangat memperhatikan tingkat kecerdasan orang-orang tersebut, seperti contoh ketika nabi berbicara dengan orang badui maka menggunakan bahasa yang mereka fahami (bahasa badui), dan orang yang memiliki nalar yang tinggi, Nabi saw berbicara sesuai dengan tingkat kecerdasan dan budaya mereka.

3). Variasi (al-Tanwi’ wa al-Taghyir)

Untuk menghindari kejenuhan, Nabi Muhammad saw membuat variasi waktu dalam memberikan pelajaran kepada para sahabat, Abdullah bin Mas’ud, salah seorang sahabat senior, menuturkan bahwa beliau pernah ditunggu banyak orang yang ingin belajar pada beliau, namun beliau tidak mau dari kamarnya.

Baca Juga:  Pacaran yang Islami, Adakah Istilah Ini di Dalam Kamus Syariat Islam?

Akhirnya saat beliau keluar, beliau berkata, “Saya tidak mau keluar itu tidak lain hanya karena saya khawatir nanti kalian akan jenuh, sebab Rasul saw memberikan pelajaran kepada kami pada hari-hari tertentu dengan bervariasi agar kami tidak jenuh.

Variasi pendidikan yang diberikan oleh Nabi tidak hanya sebatas waktu, melainkan berupa materi-materi yang diajarkan, karena pada saat itu wahyu sedang proses diturunkan, sedang materi-materi dalam wahyu tersebut bervariasi, jadi secara otomatis materi pendidikan yang diajarkan Nabi juga bervariasi.

Menurut Prof. Dr. Muhammad ‘Ajjaj al-Khatib, metode variasi ini, baik dalam materi pelajaran maupun waktu, banyak dipakai lembaga-lembaga pendidikan kontemporer, agar pelajar lebih mantap dalam menerima pelajaran.

4). Keteladanan (al-Uswah wa al-Qudwah)

Sebelum menyuruh para sahabat untuk melakukan suatu perbuatan, Nabi saw selalu memberi contoh terlebih dahulu bagaimana melakukan perbuatan itu. Metode memberikan teladan ini tampak sangat efektif, karena para sahabat langsung dapat melihat sendiri bagaiama ajaran Nabi kemudian mereka mempraktikannya.

Seperti contoh dalam masalah shalat, beliau berkata, “shalatlah kalian seperti kalian melihat aku shalat” dan dalam masalah haji, “kerjakanlah haji kalian dengan mencotoh ibadah hajiku”.

5). Aplikatif (at-Tatbiqi wa al-‘Amali)

Baca Juga:  Al-Quran Berbahasa Arab, Mengapa dan Apa Hikmah Dibaliknya?

Apabila nabi saw sudah memberikan suri tauladan dalam ajaran-ajaran yang beliau sampaikan kepada para sahabat, maka para sahabat pun langsung mempraktikan dan mengaplikasikan ajaran-ajaran itu dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan Nabi saw tidak sekedar penyampaian pelajaran juga, tapi juga langsung di amalkan.

Dalam mengajarkan al-qur’an misalnya, metode Nabi saw adalah mengajarkan beberapa ayat saja terlebih dahulu seraya diterangkan maksudnya. Sesudah para sahabat memahami dan mengamalakn isinya baru beliau menambah pelajaran dengan ayat-ayat yang lain.

Demikianlah salah satu Metode Pendidikan Islam yang dilakukan Nabi Muhammad saw dan diterapkan kepada para sahabat. Semoga bermanfaat. Wallahu A’lam.


Sumber: Sejarah dan Metode Dakwah Nabi karya Prof. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA.

Nur Faricha

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *