Muhammad bin Al Hanafiyah; Putra Ali bin Abi Thalib, Penerus Sanad Keilmuan Rasulullah

Muhammad bin Al Hanafiyah; Putra Ali bin Abi Thalib, Penerus Sanad Keilmuan Rasulullah

PeciHitam.org – Tokoh sentral dalam agama Islam adalah Nabi Muhammad SAW. Keseluruhan ajaran Islam, baik syariat, tarekat, maupun hakikat semuanya akan berinduk kepada Beliau.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Sebab apa? Karena Nabi Muhammad SAW sebagai insan Kamil yang menguasai keilmuan Agama yang paling sempurna. Bahkan dalam aqidah Asy’ariyah diterangkan bahwa Nabi Muhammad memiliki 4 sifat wajib yaitu shidiq (Jujur), tabligh (menyampaikan risalah/ kabar), fathanah (cerdas), dan amanah (terpercaya). Serta disifati juga bagi nabi yaitu Sifat Basyariyah (kemanusiaan).

Sifat fathanah Nabi adalah bagian dari sifat dasar yang wajib dimiliki oleh keseluruhan Nabi dan Rasul. Hal ini juga diperkuat dengan Sabda Rasulullah SAW;

أنا مدينة العلم ، وعلي بابها ، فمن أراد العلم فليأته من بابه -الحاكم في المستدرك

Saya adalah Kotanya Ilmu, dan Ali adalah Gerbangnya. Barang siapa yang menghendai ilmu maka lewatilah gerbangnya” (HR. Hakim dalam Mustadraknya)

Riwayat tersebut mewakili bahwa sepupu yang kemudian menjadi menantu Rasul ini, mempunyai kedudukan yang tinggi dalam bidang akademik.

Baca Juga:  Fathimah az-Zahra Putri Nabi SAW yang Melahirkan Generasi-generasi Terbaik Sepanjang Sejarah

Beliau khas menguasai keilmuan yang mantap dengan berbagai kata-kata mutianya yang sangat dalam kandungannya. Walaupun Ali bin Abi Thalib tidak banyak meriwayatkan Hadits, akan tetapi kapasitas kata-kata beliau syarat akan makna kebenaran.

Sanad tarekat yang mu’tabarah sebagian besar menggunakan jalur Ali RA mengikuti salah satu dari putra beliau yaitu Al-Hasan atau Al-Husain. Kedua putra beliau ini adalah jalur keilmuan tarekat yang banyak disepakati oleh para ahli sejarah dan tassawuf.

Akan tetapi, putra dan keturunan Ali RA bukan hanya Al-Hasan dan Al-Husain. Riwayat sejarah menulis bahwa karena sikap Fatimah Az-Zahra tidak mau dipoligami selama masih hidup, maka Ali RA baru menikah lagi setelah wafatnya putri Rasul ini pada tahun 11 H. Beliau menikah setelah wafatnya Fatimah sebanyak 8 kali.

Salah satu Istri Ali bin Abi Thalib yang kemudian melahirkan cendekiawan/ ilmuan Islam adalah Khaulah binti Ja’far al-Hanafiyah. Khaulah berasal dari suku Bani Hanafi dari daerah Yamamah, yang pada masa pemerintahan Abu Bakar Ash-Shidiq diperangi karena menolak membayar zakat. Dan Khaulah adalah salah satu tawanan dari suku Yamamah tersebut, dan dihari berikutnya diambil istri oleh Ali RA.

Baca Juga:  Kisah Gus Dur dan Analisisnya Tentang Sepak Bola

Istri kedua Ali ini dikemudian hari melahirkan 1 putra bernama Muhammad bin Ali, yang kemudian dikenal luas Muhammad bin Al-Hanafiyah.

Nama Muhammad bin Al-Hanafiyah adalah nisbah kepada suku ibunya untuk membedakan dengan 2 putra Ali dari jalur Ibu Fatimah binti Rasul. Beliau ini yang diyakini sebagai jalur akademik murni dari Ali bin Abi Thalib disamping kedua saudara tiri beliau Hasan dan Husain yang masuk dalam pusaran politik saat itu.

Bukti otentik bahwa Muhammad bin Al-Hanafiyah adalah penghujung sanad keilmuan ke Ali RA bisa ditelisik dari berbagai murid beliau. Murid-murid Al-Hanafiyah dikemudian hari menjadi pemikir dan tokoh-tokoh golongan/ sekte dalam Islam.

Sebut saja pendiri Washil bin Atha’ pendiri aliran Mu’tazilah yang menjadi aliran resmi kerajaan Dinasti Abbasiyah. Murid lainnya antara lain Ma’bad al-Juhani, Ghailan Ad-Dimasyqi pendiri Madzhab Qadariyah, Jahm bin Shafwan pendiri aliran Jahmiyah (sempalan aliran Jabariyah/ free will).

Baca Juga:  Sunan Bayat, Penguasa yang Turun Tahta Setelah Memahami Hakikat Duniawi

Walaupun pada era modern aliran-aliran tersebut dianggap tidak sesuai dengan Islam, akan tetapi tidak disangsikan bahwa Muhammad Al-Hanafiyah merupakan pokok keilmuan dan pemikir Islam Murni.

Dengan bukti murid-murid beliau menjadi pemikir Islam dalam bidang teologi. Golongan-golongan tersebut tenar pada masanya dan memiliki banyak pengikut. Bahkan dari sanad Washil bin Atha’ dikemudian hari melahirkan ajaran teologi Asy’ariyah (Abu Muslim Al-Asy’ari) yang banyak dianut oleh Muslim Indonesia.

Mohammad Mufid Muwaffaq