Ketika Nabi Yusuf Bermimpi Melihat Bintang, Matahari dan Bulan, Apa yang Terjadi?

Ketika Nabi Yusuf Bermimpi Melihat Bintang, Matahari dan Bulan, Ternyata Ini Maknanya

Pecihitam.org – Sebagai kaidah dalam keyakinan Ahlussunnah wal Jamaah, mimpi para Nabi adalah bagian dari ilham atau wahyu Tuhan kepadanya. Termasuklah ketika Nabi Yusuf sewaktu kecil yang bermimpi melihat 11 bintang, matahari dan bulan dalam keadaan bersujud kepadanya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Kita pun tahu akhir kisahnya, sebagaimana yang diabadikan oleh Allah dalam Surat Yusuf bahwa maksud dari mimpi itu kemudian menjadi kenyataan.

Beginilah cerita tentang mimpi seorang yang dianugerahi separuh ketampanan Nabi Muhammad tersebut

Ketika masih kecil, Nabi Yusuf bermimpi melihat 11 bintang, matahari, dan rembulan. Semua itu sujud kepadanya. Dia pun menceritakan mimpi itu kepada ayahnya, Nabi Ya’kub, sebagaimana termuat dalam Surat Yusuf ayat 4

اِذْ قَالَ يُوْسُفُ لِاَبِيْهِ يٰٓاَبَتِ اِنِّيْ رَاَيْتُ اَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَّالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَاَيْتُهُمْ لِيْ سٰجِدِيْنَ

(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, “Wahai ayahku! Sungguh, aku (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku.”

Ayah Yusuf yang merupakan seorang nabi tentu memahami takwil dari mimpi putra kesayangannya itu. Maka setelah mendengarkan cerita Yusuf kecil, Nabi Yakub merasa cemas jika Yusuf mendapat celaka jika mimpi itu diketahui oleh saudara-saudaranya.

Baca Juga:  Ini Larangan Korupsi dan Suap-Menyuap dalam Kisah Nabi Muhammad SAW

Nabi Yakub kemudian menasihati Yusuf, seperti diceritakan oleh Allah pada ayat kelima Surat Yusuf

قَالَ يٰبُنَيَّ لَا تَقْصُصْ رُءْيَاكَ عَلٰٓى اِخْوَتِكَ فَيَكِيْدُوْا لَكَ كَيْدًا ۗاِنَّ الشَّيْطٰنَ لِلْاِنْسَانِ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ

Dia (ayahnya) berkata, “Wahai anakku! Janganlah engkau ceritakan mimpimu kepada saudara-saudaramu, mereka akan membuat tipu daya (untuk membinasakan)mu. Sungguh, setan itu musuh yang jelas bagi manusia.”

Nabi Ya’kub menjelaskan takwil dari mimpi melihat sebelas bintang, rembulan dan matahari bersujud adalah “Sebelas bintang adalah saudaramu. Matahari adalah ayahmu. Bulan adalah ibumu. Semua akan menghormatimu”

Nabi Ya’kub melanjutkan, “Kelak kau akan jadi orang besar. Maka jangan sampai saudara-saudaramu tahu, karena jika tahu, maka mereka akan mencelakakanmu”.

Ternyata aku ma tanpa sepengetahuan mereka ada salah satu saudara Nabi Yusuf yang menguping pembicaraan rahasia itu. Sejak saat itu, saudara-saudara Yusuf lainnya mulai iri dan punya niatan untuk mencelakai Nabi Yusuf.

Hingga lada suatu hari mereka memohon izin kepada nabi Yaqub untuk pergi bermain membawa Nabi Yusuf, padahal tujuan dari kepergian itu adalah ingin mencelakakan Nabi Yusuf.

Baca Juga:  Qurban Sapi untuk 8 Orang, Fiqih Qurban Kontroversial KH. Wahab Chasbullah dan KH. Bisri Syansuri

Saat bepaetgian itu, mereka ingin membunuh nabi Yusuf. Tetapi salah seorang saudara tidak menyetujui usul itu. Ia lebih menyarankan jika Nabi Yusuf dibuang ke dalam sumur.

Sampai di sini, kisah ini memberikan pelajaran kepada bahwa jika kita dianugerahi kelebihan, jangan sampai ditampakkan di hadapan orang lain. Karena tidak semua orang mempunyai hati yang bersih.

Orang yang iri dan dengki akan melakukan hal-hal yang bisa mencelakakan jika kita dianggap lebih berrarti daripada mereka.

Singkat cerita, setelah Nabi Yusuf selamat dari dalam sumur dan melewati beberapa fase ujian dalam hidupnya. Mulai dari masa anak-anak, remaja hingga dewasa, terbuktilah takwil tentang mimpi Nabi Yusuf yang pernah disampaikan oleh ayahnya itu.

Ending dari kisah Nabi Yusuf yang panjang dan sekaligus penegasan akan keebenaran mimpinya, diabadikan oleh Allah di dalam Surat Yusuf ayat ke-100

وَرَفَعَ اَبَوَيْهِ عَلَى الْعَرْشِ وَخَرُّوْا لَهٗ سُجَّدًاۚ وَقَالَ يٰٓاَبَتِ هٰذَا تَأْوِيْلُ رُءْيَايَ مِنْ قَبْلُ ۖقَدْ جَعَلَهَا رَبِّيْ حَقًّاۗ وَقَدْ اَحْسَنَ بِيْٓ اِذْ اَخْرَجَنِيْ مِنَ السِّجْنِ وَجَاۤءَ بِكُمْ مِّنَ الْبَدْوِ مِنْۢ بَعْدِ اَنْ نَّزَغَ الشَّيْطٰنُ بَيْنِيْ وَبَيْنَ اِخْوَتِيْۗ اِنَّ رَبِّيْ لَطِيْفٌ لِّمَا يَشَاۤءُ ۗاِنَّهٗ هُوَ الْعَلِيْمُ الْحَكِيْمُ

Baca Juga:  Cara Tokoh NU Dalam Mendidik Anaknya - Kisah KH Wahid Hasyim

Dan dia menaikkan kedua orang tuanya ke atas singgasana. Dan mereka (semua) tunduk bersujud kepadanya (Yusuf). Dan dia (Yusuf) berkata, “Wahai ayahku! Inilah takwil mimpiku yang dahulu itu. Dan sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya kenyataan.

Sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari penjara dan ketika membawa kamu dari dusun, setelah setan merusak (hubungan) antara aku dengan saudara-saudaraku. Sungguh, Tuhanku Mahalembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia Yang Maha Mengetahui, Mahabijaksana.

Faisol Abdurrahman