Nahdliyyin Berduka, Mustasyar PBNU Wafat di Tanah Suci Mekah

KH Maimoen Zubair wafat

Pecihitam.org Kabar duka datang dari Tanah Suci, Kyai Karismatik Mbah Moen atau KH Maimun Zubair wafat di tanah suci Mekkah Selasa pukul 03.00 waktu Saudi.

“Innalillahi wainnailaihi rajiun. Nembe mawon kapundut Simbah Maimoen Zubair wonten Mekkah”, ( Innalillahi wainnailaihi rajiun baru saja dipanggil yang Maha Kuasa Mbah Maimoen Zubair di Mekkah ). Demikian pesan Gus Abdul Ghofar Rozin, ketua PP RMI PBNU” yang tersebar di sosial media.

KH Maimoen Zubair yang juga Mustasyar PBNU wafat di Tanah Suci Mekah di sela menunaikan ibadah haji. Mbah Moen wafat pada usia 90 tahun.

Ulama yang akrab disapa Mbah Moen ini merupakan salah satu dari anggota Ahlul Hall wal Aqdi (Ahwa) pada Muktamar ke-33 NU di Jombang tahun 2015 lalu. Kiai Haji Maimoen Zubair merupakan seorang alim, faqih sekaligus muharrik (penggerak). Selama ini, Kyai Maimoen merupakan rujukan ulama Indonesia, dalam bidang fiqh. Hal ini, karena Kyai Maimoen menguasai secara mendalam ilmu fiqh dan ushul fiqh. Kyai Maimun merupakan kawan dekat dari Kyai Sahal Mahfudh, yang sama-sama santri kelana di pesantren-pesantren Jawa, sekaligus mendalami ilmu di tanah Hijaz.

Baca Juga:  Gusdurian Kota Serang Gelar Petisi Tolak RUU KUHP dan Masalah Kebangsaan

Kyai Maimoen Zubair lahir di Sarang, Rembang, pada 28 Oktober 1928. Kyai sepuh ini, mengasuh pesantren Al-Anwar, Sarang, Rembang, Jawa Tengah. Kyai Maimoen merupakan putra dari Kyai Zubair, Sarang, seorang alim dan faqih. Kyai Zubair merupakan murid dari Syaikh Saíd al-Yamani serta Syaikh Hasan al-Yamani al-Makky.

Kedalaman ilmu dari orang tuanya, menjadi basis pendidikan agama Kyai Maimoen Zubair sangat kuat. Kemudian, ia meneruskan mengajinya di Pesantren Lirboyo, Kediri, di bawah bimbingan Kyai Abdul Karim. Selain itu, selama di Lirboyo, ia juga mengaji kepada Kyai Mahrus Ali dan Kiai Marzuki.

Pada umur 21 tahun, Kyai Maimoen Zubair melanjutkan belajar ke Makkah Mukarromah. Perjalanan ini, didampingi oleh kakeknya sendiri, yakni Kyai Ahmad bin Syuáib. Di Makkah, Kyai Maimun Zubair mengaji kepada Sayyid Alawi bin Abbas al-Maliki, Syekh al-Imam Hasan al-Masysyath, Sayyid Amin al-Quthbi, Syekh Yasin Isa al-Fadani, Syekh Abdul Qodir al-Mandaly dan beberapa ulama lainnya.

Baca Juga:  Banser dan GP Ansor Berhasil Ungkap Identitas Penghina Mbah Moen, Ini Pelakunya

Kyai Maimoen juga meluangkan waktunya untuk mengaji ke beberapa ulama di Jawa, di antaranya Kyai Baidhowi, Kyai Ma’shum Lasem, Kyai Bisri Musthofa (Rembang), Kyai Wahab Chasbullah, Kyai Muslih Mranggen (Demak), Kyai Abdullah Abbas Buntet (Cirebon), Syekh Abul Fadhol Senori (Tuban), dan beberapa kyai lain. Kyai Maimun juga menulis kitab-kitab yang menjadi rujukan santri. Di antaranya, kitab berjudul al-ulama al-mujaddidun.

Selepas kembali dari tanah Hijaz dan mengaji dengan beberapa kyai, Mbah Maimoen kemudian mengabdikan diri untuk mengajar di Sarang, di tanah kelahirannya. Pada 1965, Kyai Maimun kemudian istiqomah mengembangkan Pesantren al-Anwar Sarang. Pesantren ini, kemudian menjadi rujukan santri untuk belajar kitab kuning dan mempelajari turats secara komprehensif.

Selama hidupnya, Kiai Maimoen memiliki kiprah sebagai penggerak. Beliau pernah menjadi anggota DPRD Rembang selama 7 tahun. Selain itu, beliau juga pernah menjadi anggota MPR RI utusan Jawa Tengah. Kini, karena kedalaman ilmu dan kharismanya, Kyai Maimoen Zubair diangkat sebagai Ketua Dewan Syuro Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Baca Juga:  H. Muhtarom: IPNU-IPPNU Harus Paham Islam yang Sejalan dengan NU

Politik dalam diri Kyai Maimoen bukan tentang kepentingan sesaat, akan tetapi sebagai kontribusi untuk mendialoggkan Islam dan kebangsaan. Demikianlah, Kyai Maimun merupakan seorang faqih sekaligus muharrik, pakar fiqh sekaligus penggerak.

Beberapa waktu lalu sebelum KH Maimoen Zubair wafat beredar video Mbah Maimoen mencium hajar Aswad dan sempat viral di media sosial. Semoga Allah SWT merahmati beliau dan menempatkannya di surga bersama para nabi, syuhada dan sholihin. Al Fatihah

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *