Nilai-Nilai Pendidikan Moral Dalam Sholat

Nilai-Nilai Pendidikan Moral Dalam Sholat

Pecihitam.org- Terdapat banyak pendidikan moral yang terkadung dalam Sholat. Hal ini dibuktikan dengan tata cara (kaifiyah) sholat yang di jelaskan secara gamblang dalam setiap kemungkinan keadaan yang akan menimpa seseorang.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Bagaimana Islam mengatur shalat orang yang sedang didalam perjalanan (safar) serta dalam peperangan (khauf), kemudian bagaimana islam menjelaskan jika orang tidak mendapatkan air untuk bersuci, semua itu membuktikan bahwa shalat tidak boleh ditinggalkan dalam kondisi apapun, dan tetap harus didirikan dalam situasi aman atau bahkan perang sekalipun.

Adanya tata cara kaifiyah tersebut menunjukan betapa pentingnya masalah Sholat ini. Dan dengan memahami beberapa keutamaan dan keagungan sholat rasanya sangat menarik dan perlunya mengambil nilai-nilai Pendidikan Moral dalam sholat tersebut.

Aqidah berasal dari kata ‘aqd yang berarti pengikatan “saya ber-I’tiqad”. Begini maksudnya, yaitu menginkat hati terhadap hal tersebut. Aqidah adalah apa yang diyakini oleh seseorang, jika dikatakan, “Dia mempunyai aqidah yang benar” berarti aqidahnya bebas dari keraguan.

Dalam Sholat kita selalu di wajibkan untuk mengucapkan syahadat, minimalnya Sembilan kali dalam satu hari, yaitu ketika menunaikan sholat lima waktu, makna syahadat yaitu ber i’tiqad dan berikrar bahwa tidak ada yang berhak disembah dan menerima ibadah kecuali Allah , mentaati hal tersebut dan mengamalkannya, serta menafikan hak penyembahan dari selain Allah, dan penetapan hak Allah semata untuk di sembah, dan mengakui bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya.

Baca Juga:  Siti Khadijah, Seorang Janda yang Menjadi Istri Pertama dan Tercinta Nabi Muhammad SAW

Seseorang yang telah bersyahadat memiliki konsekuensi ikatan yang harus dipatuhi yaitu berupa syariat (aturan) Islam. Karena syahadat merupakan syarat untuk masuk agama Islam sehingga secara otomatis ia telah mengikrarkan diri dalam ajaran islam serta bersedia mematuhi segala aturan baik berupa perintah dan larangan yang terdapat didalamnya.

Selanjutnya, orang yang memiliki kekuatan moral (akhlaq) adalah orang yang mampu memelihara dirinya dari berbagai bentuk penyimpangan, baik bersifat pribadi maupun sosial, karena sanggup menghindari perbuatan perbuatan yang keji, kotor dan kejahatan atau keburukan ia senantiasa berupaya menjauhi keburukan atau kejahatan meskipun kecil, sebab jika kejahatan kecil terus dibiasakan maka akan menjadi pintu masuk kejahatan yang lebih besar.

Baca Juga:  Hukum Cadar Dalam Islam Menurut Ulama Fiqih

Dengan tekun dan terus menerus melaksanakan dan menghayati sholat, maka seseorang dapat terpelihara serta terhindar dari perbuatan yang buruk, yang pada akhirnya akan “melahirkan kekuatan moral (akhlaq)”.

Nabi mengatakan, bahwa beliau diutus sebagai Rasul adalah untuk menyempurnakan moral manusia, sebagaimana beliau sabdakan: “Aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlaq yang baik”. (HR. Bukhari, Hakim dan Baihaqi). Apabila manusia tidak bermoral berarti ia melanggar ketetapan Allah dan Rasul-Nya.

Tetapi moral pada manusia tidak timbul dengan sendirinya, sebab moral itu adalah tingkah laku yang di lakukan tanpa di pikirkan lagi, tingkah laku yang dilakukan dengan dipikirkan terlebih dahulu tidak dapat dikatakan moral (akhlaq) atau karakte.

Akan tetapi tingkah laku yang dilakukan tanpa di pikirkan itu dapat timbul pada manusia apabila tingkah laku tersebut sudah merupakan kepribadiannya, sesuatu baru menjadi kepribadian manusia apabila telah dilakukan berulang ulang, kaidah hukum menyatakan bahwa:

Baca Juga:  Nazar dalam Hati Apakah Dianggap Sah dan Wajib Membayar Nazarnya?

sesuatu yang di ulang-ulang menjadi ada dan yang di ulang-ulang menjadi sifat, dan sifat adalah sebagian dari kepribadian”.

Karena itu apabila kita meginginkan manusia bermoral (akhlaq), maka kepadanya harus dibiasakan melakukan tindakan-tindakan moral secara berulang ulang yang sedemikian rupa sehingga menjadi kepribadiannya, dan sholat adalah ibadah yang di lakukan secara berulangulang, minimal lima kali dalam sehari semalam, dengan demikian shalat benar benar merupakan pembinaan moral (akhlaq) yang amat baik.

Mohammad Mufid Muwaffaq