Orang yang Tawadhu’ Menurut Sayyid Abdullah Al-Haddad

orang yang tawadhu

Pecihitam.org – Tawadhu’ atau bisa diartikan rendah hati adalah salah satu sikap yang terpuji karena hal itu merupakan akhlak orang mukmin sejati.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Sebaliknya yaitu sikap takabur sangat dibenci oleh Allah SWT. Orang yang punya sifat takabur diancam tidak akan masuk surga hingga ia bertobat dan tidak lagi menjadi orang yang takabur.

Allamah Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Haddad dalam kitabnya berjudul Risalatul Mu‘awanah wal Mudhaharah wal Muwazarah, halaman 148-149, menjelaskan tanda-tanda orang tawadhu’ sebagai berikut:

فمن أمارات التواضع حبُّ الخمول وكراهية الشهرة وقبول الحق ممن جاء به من شريف أو وضيع. ومنها محبة الفقراء ومخالطتهم ومجالستهم. ومنها كمال القيام بحقوق الإخوان حسب الإمكان مع شكر من قام منهم بحقه وعذرمن قصَّر.

Artinya: “Tanda-tanda orang tawadhu’, antara lain, adalah lebih senang tidak dikenal daripada menjadi orang terkenal; bersedia menerima kebenaran dari siapa pun asalnya baik dari kalangan orang terpandang maupun dari kalangan orang yang rendah kedudukannya; mencintai fakir miskin dan tidak segan-segan duduk bersama mereka; bersedia mengurusi dan menunaikan kepentingan orang lain dengan sebaik mungkin; berterima kasih kepada orang-orang yang telah menunaikan hak yang dibebankan atas mereka, sementara memaafkan mereka yang melalaikannya.”

Dari keterangan di atas dapat didapat bahwa tanda-tanda orang yang tawadhu’ adalah sebagai berikut:

Baca Juga:  3 Hal yang Harus Dilakukan Orang Tua dalam Melatih Anak Agar Berkata Jujur

Pertama, tidak suka atau tidak berambisi menjadi orang terkenal. Orang seperti ini menghindari penonjolan diri atau mencari muka demi meraih popularitas.

Oleh karenanya orang tawadhu’ dapat juga diartikan sebagai orang yang ikhlas bekerja tanpa pamrih untuk mendapatkan ketenaran di tengah-tengah masyarakat, apalagi mengharap pujian.

Kedua, menjunjung tinggi kebenaran dan bersedia menerimanya tanpa memandang hal-hal duniawi, seperti status sosial, dari orang yang menyatakannya.

Hal ini sejalan dengan nasihat Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA yang berbunyi, “La tandhur ila man qala, wandhur ila ma qala (Jangan melihat siapa yang mengatakan, lihatlah apa yang dikatakannya).”

Ketiga, tidak segan-segan untuk bergaul dengan fakir miskin, dan bahkan secara tulus mencintai mereka. Hal ini persis seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW sebagaimana dikisahkan dalam kitab Maulid Al-Barzanji, karya Syaikh Ja’far bin Husin bin Abdul Karim bin Muhammad Al-Barzanji, halaman 123, sebagai berikut:

Baca Juga:  Langit, Bumi dan Gunung Menolak Saat Ditawari Amanah, Tak Seperti Manusia

“Wakana shallallahu alaihi wassalam syadidal haya’i wattwadhu’i…. yuhibbul fuqara’a wal masakina wayajlisu ma’ahum.” (Rasulullah SAW adalah pribadi yang sangat pemalu dan amat tawadhu’… beliau mencintai fakir miskin dan tidak segan-segan bergaul dengan duduk bersama mereka.)

Keempat, ringan tangan dalam membantu orang-orang yang memerlukan bantuan sehingga bersedia bertindak atas nama mereka. Ia tidak merasa turun derajat jika yang ia bantu ternyata dari kalangan yang lebih rendah atau orang-orang biasa. Itu artinya orang yang tawadhu’ tidak punya sifat diskriminatif dan membeda-bedakan dalam membantu orang lain.

Kelima, tidak merasa berat untuk mengucapkan terima kasih kepada siapa saja yang telah membantu menunaikan kewajibannya, karena suatu alasan, tanpa memandang status sosialnya.

Ketika ternyata ada yang lalai dalam membatu, ia tidak keberatan untuk memaafkannya. Dengan kata lain orang tawadhu’ adalah orang yang mudah berterima kasih dan muah memaafkan kepada orang lain.

Baca Juga:  Perbedaan Pendapat Ulama Terkait Membaca Shalawat

Dari kelima tanda tawadhu’ sebagaimana ditunjukkan oleh Al’alamah Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Haddad di atas tentu saja bersifat terbuka, maksudnya tanda-tandanya tidak hanya sebatas itu saja.

Maka untuk lebih lengkapnya mengenai tanda-tanda orang yang mempunyai sifat tawadhu’ dapat dibaca dalam kitab Maulid Al-Barzanji, halaman 123.

Yang mana kelengkapan dari apa yang telah diuraikan sedikit diatas tentang contoh-contoh sifat kerendahan hati (tawadhu’) Rasulullah SAW pada poin ketiga di atas. Demikian semoga bermanfaat. Wallahua’lam bisshawab.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *