Pancasila Sudah Final Bagi Bangsa Indonesia! Tidak Bisa Ditawar-Tawar Lagi

pancasila sudah final

Indonesia bukanlah negara teokratis bukan pula negara sekuler; ia adalah negara yang berlandaskan Pancasila” Nurcholis Majid

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Pecihitam.org – Indonesia sudah merdeka lebih dari setengah abad lamanya, hal ini mencerminkan bahwa negeri ini sudah mencapai fase dewasa dalam ukuran usia. Dalam perjalanannya Indonesia sudah mengalami pasang surut permasalahan dalam proses berbangsa dan bernegara.

Sebut saja ketika pelengseran Presiden Soekarna dan ketika krisis moneter yang juga melengserkan presiden Soeharto sampai dengan pemakzulan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Hal tersebut tentu menjadi sebuah kenyataan getir yang harus diterima rakyat Indonesia untuk menjadi sebuah bukti pergolakan politik yang belum dewasa dan sangat merukigan negara.

Pengalaman getir yang sudah dialami Indonesia seharusnya mampu untuk meredam atau setidaknya menjadi bahan renungan bersama setiap warga negara. Sejenak mari kita bersama-sama menengok sejarah sebelum Negara ini merdeka.

Nurcholis majid dalam bukunya Islam Agama Kemanusiaan mengatakan bahwa beberapa bulan sesudah dan setelah kemerdekan republik ini, pasukan jepang yang disponsori oleh Domuritsu Zyunbi tyoosakai atau panitia kemerdekaan Indonesia memperdebatkan landasan filosofis yang akan dijadikan pijakan bangsa ini.

Akhirnya hal ini menuai perdebatan antara (dalam bahasa Nurcholis majid) Nasionalis Muslim dan Nasionalis Sekuler. Nasionalis muslim adalah orang-orang yang menginginkan bahwa dasar negara ini adalah Islam dan bertujuan untuk mendirikan Negara Islam. Sedangkan Nasionalis Sekuler adalah orang-orang yang tidak menginginkan Islam sebagai pijakan dasar Negara ini.

Baca Juga:  Belajar Agama Wajib dari Ustadz yang Sanad Ilmunya Jelas, Bukan dari Medsos

Pada dasarnya Nasionalis Sekuler juga didalamnya terdapan orang-orang yang brragama Islam dan Non muslim. Mereka beralasan bahwa orang-orang Non Muslimpun ikut berjuang dalam merebut kemerdekaan bangsa ini. Mereka juga menganggap tidak adil dan akan merendahkan Non muslim apabila Islam dijadikan sebagai Dasar negara ini.

Akhirnya Soekarno menawarkan konsep Pancasila yang di dalamnya memuat semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Soekarno memaparkan dan menjelaskan pancasila didepan PPKI yang berisi ketuhanan, kemanusiaan, nasionalisme, demokrasi dan keadilan sosial.

Hari ini Pancasila kembali diusik sebagai dasar negara tentu saja oleh orang-orang yang menginginkan negara ini menjadi negara Islam, sehingga bertujuan untuk mengganti Pancasila dengan filosofis Negara Islam. Jelas ini mencederai konsensus para pendahulu bangsa ini yang sudah sepakat untuk landasan Negara ini.

Melihat latar belakangnya, golongan yang menginginkan Islam sebagai dasar negara ini bukan berasal dari Nusantara, melainkan dari negara-negara lain. Sebut saja Hizbut Tahrir yang dibawa masuk ke Indonesia oleh Abdurrahman Al-baghdadi seorang aktivis HT dari Australia.

Baca Juga:  Soal Utang, Sri Mulyani: Semua Negara Islam di Dunia Juga Berhutang

Bahkan menurut Imdadun Rahmat dalam bukunya Arus baru Islam Radikal HTI mengupayakan kesatuan umat Islam di seluruh dunia dan menerabas batas-batas kebudayaan dan politik bangsa-bangsa. Sehingga masuk di Indonesia-pun memiliki tujuan untuk mendirikan negara Khilafah dengan Islam sebagai Idiologinya melihat Indonesia adalah negara dengan muslim terbesar di dunia.

Masalah sesungguhnya umat muslim adalah bagaimana caranya agar semangat mereka seiring sejalan dengan nilai-nilai pancasila terutama sila yang pertama. Sehingga harus memandang semua hak, kewajiban dan status setiap pemeluk agama itu sama, yakni sebagai warga negara Indonesia.

Toleransi antar umat beragama menjadi satu-satunya pilihan agar semua warga negara dari berbagai agama bisa hidup berdampingan dan mempunyai satu tujuan yang sama. Bahkan Bertran Russel mengatakan dirinya mengakui toleransi adalah sumber kekuatan orang-orang Islam dan mampu mengendalikan orang-orang non Muslim dalam negara yang bermayoritaskan non Muslim.

Russel juga menulis bahwa agama Nabi (Islam) adalah monoteisme sederhana yang tidak dirumitkan dengan konsep trinitas dan inkarnasi. Nabi tidak mengklaim bahwa dirinya tuhan begitupun para pengikutnya. Sehingga sudah menjadi kewajiban umat muslim untuk menguasai dunia untuk Islam tapi tidak menyakiti orang-orang yahudi, nasrani dan zoroaster (Ahli kitab), demikian istilah al-Qur’an terhadap mereka yakni pengikut ajaran kitab suci. Dan dikarenakan fanstisme mereka yang tidak terlalu kolotlah para pejuang mampu memerintah, tanpa kesukaran, penduduk yang lebih luas dari peradaban yang tinggi dan bangsa-bangsa asing. (Sejarah filsafat barat, bertrand russell).

Maka ketika toleransi menjadi sumber kekuatan umat muslim maka tidak boleh ada yang merusaknya terlebih lagi itu dari kalangan umat muslim sendiri, sebab hal tersebut yang nantinya akan mencidrai dan merusak konsep toleransi dan Islam rahmatan lil ‘alamin.

Mari kita bersama-sama untuk bisa menjaga warisan dari para guru, ulama dan pendahulu kita untuk merawat Indonesia melalui toleransi antar umat beragama dan melawan para perusak NKRI. Tabik!

Baca Juga:  Antara Negara Islam atau Sekular, Ini Pendapat Abdullah Ahmed An-Na’im tentang Indonesia
Fathur IM

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *