Pengaruh Arab dalam Proses Masuknya Islam di Nusantara

Pengaruh Arab dalam Proses Masuknya Islam di Nusantara

Pecihitam.org – Masuknya Islam di Indonesia tak hanya melalui pengaruh dan jalur Champa dan India. Namun, Islam dapat masuk ke bumi Nusantara ini juga dipengaruhi oleh Arab, tempat Islam datang pertama kali. Informasi yang mengabarkan bahwa masuknya Islam di Indonesia dipengaruhi Arab memiliki beberapa pendapat yang berbeda namun saling melengkapi.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Misalnya ada yang berpendapat bahwa hubungan Arab dengan bumi Nusantara sudah ada sejak tahun 70 M, jauh sebelum datangnya Islam di Arab sendiri. Kabarnya bahwa pada tahun 70 M tersebut ada yang mencatat bahwa komoditas cengkeh Maluku sudah mendarat di Roma, Italia. Tak ada jalan lain dari Nusantara untuk mencapai Roma tanpa melewati negeri Arab.

Menurut Agus Sunyoto dalam Atlas Walisongo (2017) dengan mengutip ahli ilmu Bumi dari Arab bernama Abu al-Faida bahwa terjadi interaksi Arab dengan Nusantara baru abad ke-9 M. Pada abad ini berarti Islam sudah berkembang di Arab selama dua abad, yakni dimulai pada abad ke-7 pada zaman Nabi Muhammad Saw.

Baca Juga:  Inti Dari Misi Dakwah Rasulullah Di Madinah

Sedangkan informasi menurut sumber Cina pada Dinasti Tang menyebutkan bahwa pada kisaran abad ke-7 M hingga ke-9 M sudah banyak orang-orang Arab yang bermukim di Pantai Barat pulau Sumatera dan saudagar-saudagar Arab sudah berdagang di negeri Kalingga di Jawa.

Agus Sunyoto mengutip R. Mauny dalam karyanya The Wakwak and The Indonesian Invasion in East Africa in 945 bahwa pada abad ke 10 M terjadi perpindahan dari orang-orang Nusantara ke Madagaskar yang terletak di pantai timur Afrika. Pada abad itu kapal-kapal Nusantara berduyun-duyun berlayar ke Madagaskar.

Dikabarkan bahwa orang-orang Nusantara yang berinvasi ke Madagaskar tersebut kemudian tinggal dalam waktu yang lama bahkan menjadi bagian dari penduduk setempat. Hingga bahasa Malagasi yang digunakan oleh penduduk Madagaskar disebut sebagai bahasa paling ujung Barat dari bahasa rumpun Melayu-Polinesia (sekitar Asia Tenggara).

Tentang invasi orang-orang Nusantara ke Madagaskar tersebut juga terekam dalam catatan seorang pedagan Arab bernama Ibnu Lakis. Menurut Agus Sunyoto bahwa catatan tersebut kemudian diterjemahkan oleh J. Sauvaget dengan judul Merveilles de l’Indie. Dalam catatan tersebut dikatakan bahwa “kira-kira seribu kapal yang dinaiki oleh orang Waqwaq mendarat di daerah Sofala di Mozambik.”

Baca Juga:  Ini Riwayat Singkat Ibnu Taimiyah, Ulama Rujukan Salafi Wahabi

Orang Waqwaq yang dimaksud adalah orang-orang seberang kepulauan Cina dan membutuhkan waktu setahun untuk dapat sampai ke daerah Mozambik tersebut. Dengan kata lain yang dimaksud dengan orang-orang Waqwaq adalah orang-orang dari bumi Nusantara itu sendiri.

Informasi tentang orang Nusantara yang melakukan invasi ke Madagaskar pada abad ke 10 M tersebut adalah bukti yang memperkuat bukti bahwa sudah ada interaksi Nusantara dengan negeri Arab sejak abad ke 10 M. Sebab, tidaklah mungkin dari Nusantara dapat sampai ke Madagaskar tanpa melewati negeri Arab.

Menurut Agus Sunyoto menjelaskan bahwa ada sumber lain yang menyebutkan bahwa interaksi antara Nusantara dengan negeri Arab sudah ada sejak abad ke 8 M.

Sumber tersebut menurut Gabriel Ferrand melalui bukunya Relations de Voyages et Textes Geographiques Arabes, Persians et Turks, Relatives a l’Extreme-Orient du Ville au XVIIIe Siecle bahwa pada abad 8 M sudah banyak saudagar Arab yang tingal di Champa, Vietnam.

Baca Juga:  Pengaruh Cina dalam Proses Masuknya Islam di Nusantara

Bahkan pelabuhan di Champa tersebut dikenal secara populer saat itu dengan sebutan “Pelabuhan Para Pelaut Arab.” Karena saking banyaknya pelaut Arab yang singgah dan tinggal di sana. Bahkan ketika di wilayah tersebut terjadi pemberontakan dan terjadi kacau balau, banyak pelaut Arab pergi ke kepulauan Cina Selatan yang lain, termasuk Nusantara.

Dari sekian informasi sejarah tersebut memaparkan bahwa sudah terjadi interaksi antara Nusantara dengan Arab sejak awal abad masehi. Mulanya adalah sebagai mitra jalur perdagangan saja. Namun karena Islam semakin berkembang kemudian memengaruhi banyak orang di Nusantara yang bersinggah di Arab ataupun orang Arab yang singgah di Nusantara memengaruhi penyebaran Islam di Nusantara. Wallohua’lam.