Pentingnya Menjaga Lisan dan Mengurangi Bicara yang Tak Perlu

Pentingnya Menjaga Lisan dan Mengurangi Bicara yang Tak Perlu

Pecihitam.org- Para ulama termasuk Imam Ghazali telah menganjnurkan dan menjelaskan pentingnya menjaga lisan atau diam. Karena menjaga lisan atau diam memiliki nilai ibadah dan mutu yang sama dengan berfikir.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Terdapat fakta bahwa diam atau menjaga lisan atau menghidari perkataan yang tidak baik makin membuat hidup berwawasan, disenangi Tuhan dan Rosul dan nanti akan menjadi penolong di akhirat.

Menghindari perkataan yang tidak baik merupakan salah satu kelebihan yang dapat membantu seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain secara efektif.

Selain itu juga mempermudah dalam membangun persahabatan dan memperkuat tali persaudaraan yang sudah lama renggang akibat permasalahan yang tak kunjung selesai. Meskipun demikian, masih banyak orang yang tidak menjaga lisannya dengan baik.

Menurut Imam Al-Ghazali dikatakan bahwa:

Adapun hasil atau produk dari berfikir ialah berbagai ilmu, gerak hati dan amal. Tetapi produk langsungnya hanyalah ilmu saja. Memang, bila penggila ilmu telah timbul dalam hati, terjadilah suatu pengaruh dalam gerak hati dan gerak hati mengikuti pikiran. Maka berfikirlah menjadi pokok pangkal dan kunci dari segala kebaikan”.

Baca Juga:  Etos Kerja Dalam Islam, Adakah Ciri Ciri Orang Yang Memilikinya?

Selain itu, beliau juga mengatakan bahwa.

Periksalah lisan, apakah yang biasa dikatakan olehnya itu. Mungkin sekali ia gemar mengumpat, berdusta, menyucikan diri sendiri seolah-oleh tidak pernah keliru, suka meremehkan orang lain, banyak kata yang tidak berguna, banyak sanda gurau yang melampaui batas, suka berbicara hal-hal yang tidak bermanfaat. Sadari pulalah bahwa semua itu termasuk hal-hal yang dibenci oleh agama. Maka tetapkan dulu dalam hatinya bahwa hal-hal sebagaimana diatas pula di cela oleh Al-Quran dan Al-Hadits. Betapa pedihnya siksa dari perbuatan-perbuatan itu. Karenanya, maka wajiblah menghindar lisanya dari kelakuan-kelakuan yang terkutuk.”

Berfikir merupakan ibadah yang mengarakahkan perilaku seseorang muslim dan meningkatkan keimanannya. Apabila kegiatan berfikir yang ada dalam berbagai perasaan, kecenderungan, imajinasi, keyakinan, atifitas alam sadar atau alam bawah sadar serta kebiasaan baik dan buruk seseorang.

Maka cukup jelaslah bahwa hikmah dari Al-Quran dan As-Sunnah banyak memberi perhatian dan perintah untuk menafakuri dan merenungkan ciptaan Allah SWT di langit dan di bumi.

Baca Juga:  Bolehkah Seseorang yang Pernah Menghafal Al Qur'an Berkata “Saya Lupa Ayat Ini”

Akal pikiran juga akan diarahkan pada keagungan dan kemuliaan sang pencipta serta kemuliaan sifat-sifat-Nya. Bertafakur adalah pangkal dari segala kebaikan dan merupakan pekerjaan hati yang paling utama dan bermanfaat.

Tafakur adalah kunci dari segala kebaikan karena akan membentuk segala kegiatan kognitif seorang mukmin dengan dzikir kepada Allah. Bekenaan dengan keagungan-Nya, bertafakur dan memahami hikmah-hikmah yang terkandung dalam keajaiban segala ciptaan-Nya dari segala sisi-sisi -Nya.

Tafakur merupakan pemantap keimanan dan pembeda keimanan para muttaqin. Allah Menciptakan akal, melengkapi perjalanannya dengan wahyu, kemudian memerintahkan pemiliknya untuk melihat segala ciptaan-Nya melalui tafakur, mengambil pelajaran dari segala keajaiban yang terdapat dalam ciptaan-Nya itu.

Jelas, proses tafakur seperti ini mencakup sisi-sisi pikiran, emosi, dan persepsi seseorang mukmin, ia mencakup semua kegiatan psikologis, koknitif dan spiritual.

Untuk itu sulit dikatakan bahwa orang selalu berdzikir kepada Allah, namun pada saat yang sama ia sedikit bertafakur tentang penciptaan-Nya dan pada saat yang sama dikatakan sebagai orang yang tidak selalu berdzikir.

Baca Juga:  Apakah Banjir Terjadi Karena Manusia Banyak Dosa? Begini Penjelasannya

Dikatakan oleh Hasan Al-Basri. “Orang-orang yang berilmu selalu menbiasakan berdzikir dalam pikiran dan pikiran dalam Berdzikir, selalu berdialog dengan hati sehingga ia berbicara penuh dengan hikmah”.

Demikianlah sedikit penjelasan tentang pentingnya menjaga lisan atau menyedikitkan berbicara menurut para ulama sufi yang sudah mereka tuangkan juga dalam kitab karyanya. Semoga bermanfaat

Mochamad Ari Irawan