Sisilia, Melihat Kembali Jejak Peradaban Islam di Sarang Mafia

sisilia italy

Pecihitam.org – Sisilia merupakan sebuah daerah seluas 25.703 km² dan penduduk 4.968.991 jiwa. Saat ini Sisilia termasuk wilayah otonomi Italia dan pulau terbesar di Laut Tengah, dengan wilayah. Sebelum menjadi pusat kegiatan dunia hitam dan dikenal sebagaii sarang Mafia, Sisilia dikenal sebagai mercusuar penyebaran ilmu pengetahuan ke seluruh Eropa.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Saat ini, jarang yang tahu (sekalipun orang Islam), bahwa Sisilia pernah menjadi koloni dari para penguasa Islam berabad lalu. Padahal, bangunan-bangunan megah yang sekarang menjadi ikon di Sisilia tersebut adalah sisa-sisa peninggalan peradaban Islam.

Sebagai contoh yaitu Palazzo dei Normann (dulu merupakan istana lama para emir Arab), Gereja San Giovanni degli Eremiti (dulu merupakan masjid), Katederal Lucera (juga dahulunya masjid), dan gedung-gedung tua lainnya.

Palazzo dei Normann Sisilia

Sebelum jatuh ke tangan orang-orang Arab Islam, Palermo (ibu kota Sisilia) pernah dikuasai oleh orang-orang Phoenix dan Byzantium (nama lain untuk Kekaisaran Romawi Timur). Pada 652 ketika berada di bawah kekuasaan Byzantium itulah, Palermo pernah diserang oleh pasukan Dinasti Umayyah di bawah kepemimppinan Muawiyah bin Abu Sofyan (602-680).

Menurut Philip K. Hitti dalam History of The Arabs menuliskan “Kerajaan Siracuse (yang menginduk kepada Byzantium) sempat tenggelam dalam serangan pertama ini. Rampasan perang muslim, termasuk para perempuan, gereja, dan benda-benda berharga lainnya mengundang para pengembara muslim untuk kembali ke daerah itu di kemudian hari”.

Baca Juga:  Perintah Membaca dalam al Quran dan Tantangan Literasi Umat

Kemudian pada 827 terjadi pemberontakan orang-orang Sicilia terhadap Gubernur Byzantium. Para pemberontak di bawah pimpinan Euphemius itu juga memohon bantuan militer kepada Ziyadatullah I (817-838), yang merupakan pimpinan orang-orang Aglabiyah (nama lain Tunisia yang saat itu menjadi bagian dari kekuasaan Dinasti Abbasiyah).

Euphemius mengirimkan surat permohonan bantuan militer kepada penguasa Aglabiyah. Bak gayung bersambut, penguasa Aglabiyah memerintah seorang panglima seniornya bernama Qadhi-Wazir untuk memimpin 70 armada kapal dengan mengangkut 10.000 prajurit dan 700 kuda perang ke Pulau Sicilia. Singkat cerita, takluklah Palermo kepada pasukan Arab Islam tersebut pada 831.

Di bawah gubernur baru yang merupakan boneka Aglabiyah, Sisilia menjadi wilayah yang sejahtera. Tanpa perlakukan diskriminatif, para penduduk asli diberikan kebebasan memeluk agama. Syaratnya: mereka harus membayar jizyah (pajak) kepada Aglabiyah.

Di era itu, penguasa Aglabiyah memang tidak menjadikan Palermo sebagai kota utama. Mereka lebih memilih Syracuse sebagai ibu kota Sicilia. Namun demikian Palermo tetap dibangun dan diperindah, hingga konon keindahannya disebut-sebut hanya bisa ditandingi oleh Cordoba di Spanyol dan Kairo di Mesir. Baca: Islam di Spanyol

Palermo

Dalam sebuah catatan Uskup Agung Sophronius yang dibuat pada 883 M tertulis, Palermo adalah kota internasional yang berisi manusia-manusia dari berbagai bangsa. Selain orang-orang Arab dan lokal Sisilia, Palermo juga dihuni oleh orang-orang Yunani, Yahudi, dan Lombardia

Sejarah berlanjut, pada 972-973, Ibnu Hauqal seorang saudagar Baghdad berkenan mengunjungi kota tersebut. Menurutnya, Palermo merupakan kota yang sangat cantik dengan istana dan masjid-majid megahnya yang berdiri di tiap sudut kota.

Baca Juga:  Perbedaan dan Pertikaian Antara Ikhwanul Muslimin dengan Salafi Wahabi

Bidang pendidikan di Palermo pun tak kalah maju dengan Baghdad dan Cordoba. Salah satunya adalah Universitas Balerm, yang termasuk deretan universitas tertua di dunia. Pamornya hanya kalah bersaing oleh Universitas Cordoba di Spanyol, yang juga dikuasai oleh para ilmuwan muslim saat itu.

Dalam percakapan sehari-hari, orang-orang Palermo menggunakan tiga bahasa: Yunani, Arab, dan Latin. Tak aneh jika saat itu, upaya-upaya penerjemahan buku-buku khazanah Yunani ke bahasa Arab dan Latin berlangsung gencar.

Tahun 1071 Palermo diserang oleh orang-orang Normandia dan takluk. Kendati berhasil menghancurkan kekuasaan orang-orang Arab Islam. Alih-alih menghancurkan dan mengusir orang-orang Arab, salah satu raja mereka yang bernama Roger I malah meniru mentah-mentah pembangunan militer dan kepintaran dari orang-orang Arab saat itu.

Roger I pun membebaskan orang-orang non-Kristen untuk memeluk keyakinannya dan melindungi para cendekiawan Arab, filosof, para dokter dari Timur, astrolog dan para sastrawan. Bahkan upaya penerjemahan referensi-referensi berbahsa Arab berlangsung gencar. Salah satunya pada 1160 terjadi penerjemahan buku penting yang berjudul Almagest oleh seorang lokal bernama Eugene.

Selama ratusan tahun, Sisilia khususnya Palermo memang menjadi primadona pengetahuan. Hingga pada sekira 1800-an, kota cantik itu jatuh ke tangan para Mafia. Sejak itulah, pusat ilmu pengetahuan di Eropa tersebut berubah menjadi sentra bisnis hitam (seperti narkoba dan penjualan orang) yang terkenal di dunia.

Baca Juga:  6 Sunnah Rasulullah Sebelum Tidur Ini Bisa Kita Terapkan Sehari-hari

Melansir Russian Times, 24 November 2015 ada satu hal menarik terjadi, Giovanni Gambino (putra mahkota mafia Italia) pernah mengancam ISIS (Negara Islam Syiria dan Irak) untuk tidak mengacau di beberapa tempat yang ada di bawah kekuasaan keluarga Gambino.

Tokoh mafia yang saat itu tengah diburu oleh polisi tersebut menyatakan dia menjamin bahwa para teroris ISIS tak akan berani mengacau Italia terlebih Sisilia.

Giovani juga sesumbar bahwa selama ini para teroris ISIS hanya berani beroperasi di negara Eropa seperti Prancis dan Belgia. Hal tidak lain karena dua negara itu bukan termasuk kawasan yang ada dalam lindungan mafia.

“Berbeda dengan kawasan Sisilia (pusat mafia di Italia) yang bebas dari jaringan teroris,” ujar Giovani

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik