Peranan Mr. Hempher Terhadap Gerakan Muhammad bin Abdul Wahab (Bag 12)

Peranan Mr. Hempher

Pecihitam.org – Setelah sekian lama aku mendampingin Muhammad, aku mendapatkan perintah dari kementerian untuk berangkat ke Najaf. Aku menyamar sebagai pedangang dan mengaburkan identitasku, aku mengatakan kalau diriku berasal dari Azerbaijan. Ketika bersama mereka  aku memperhatikan beberapa hal:

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

  1. Mereka sangat menentang terhadap pemerintah Turky (bukan karena mereka Syiah dan pemerintahan itu Ahlussunnah), tetapi karena tekanan pemerintah terhadap kebebasan mereka secara hebat. Mereka tidak memikirkan tentang posisi pemerintah dan bagaimana agar bebas dari tekanan tersebut.
  2. Sebagaimana aktifitas mereka terpaku pada ilmu agama, seperti para pendeta kami di masa yang jumud. Mereka tinggalkan ilmu dunia dan hanya sedikit yang tidak bermamfaat bagi mereka yang diambil.
  3. Mereka tidak berfikir apa yang berlaku dan terjadi di sekitar mereka di dunia ini.

Aku katakan pada diriku sendiri, “Rumah-rumah mereka dalam kegelapan sementara dunia dalam berjaga, dan suatu saat akan datang banjir yang menenggelamkan mereka”. Aku berusaha berulang kali menggugah mereka untuk bangkit melawan khalifah, tetapi aku tidak menemukan kecenderungan mereka untuk itu.

Sebagian mereka bahkan menghinaku seakan aku mengatakan kepada mereka bahwa aku menghancurkan dunia. Mereka melihat bahwa khilafah (pemerintahan mereka) adalah khilafah yang durhaka dan tidak mungkin untuk mengatasinya kecuali kembali wali al-Amr (Imam al-Mahdi).

Wali al-Arm mereka adalah imam yang kedua belas dari dzurriyat Rasul, yang ghaib pada tahun 255 H, yakni setelah 255 tahun Rasul mereka datang. Ia (Imam) hidup sampai sekarang (pada masa itu dan saat ini menurut keyakinan mereka) dan akan muncul kembali untuk menegakkan keadilan saat kezaliman sudah merajalela.

Baca Juga:  Jika Memang Ajarannya Benar, Mengapa Malu Dipanggil Wahabi?

Aku sendiri heran, bagaimana orang-orang ini meyakini sebuah keyakinan yang khurafat ini (mengada-ada). Keyakinan ini semacam keyakinan yang dianut oleh sebagian kaum Kristen yang khurafat, yang yakin bahwa al-Masih akan kembali dari kedudukannya yang tinggi untuk menegakkan keadilan di dunia ini.

Aku katakana kepada mereka, “Bukankah yang wajib adalah merubah kezaliman sebagaimana yang dilakukan Rasul?”. “Sesungguhnya Rasul di bantu oleh Allah SWT, karena itu Ia (rasul) mampu” jawab mereka.

Aku katakan, “Di dalam al-Qur’an dikatakan, “Jika kamu menolong (membela) Allah, maka Allah akan menolong kamu”. Maka kalian juga akan dibantu oleh Allah jika kalian bangkit dengan pedang melawan kezaliman pemerintah”. Mereka menjawab, “Kau ini cuma pedagang, pemahamanmu tidak seberapa dan tidak akan menyambung, sedangkan ini masalah yang bersifat ilmiah”.

Di waktu itu aku menyaksikan makam Ali ibn Abi Thalib sangat indah, halamannya elok, kubahnya di lapisi emas dan dua menara menjulang tinggi. Setiap hari berbondong-bondong orang datang menziarahinya. Mereka melakukan ritual keagamaan di dalamnya.

Ada aturan bagi penziarah ke makan ini, setiap dari mereka yang mau masuk, harus berhenti lebih dahulu di depan pintu masuk, mencium pintu tersebut lalu mereka mengucapkan salam, meminta izin untuk masuk, baru memasuki ruangan makam. Makam yang mempunyai halaman yang cukup luas itu, ada beberapa ruangan yang khusus di pergunakan untuk berdoa.

Ada dua makan yang mirip dengan makam Ali Ibn Abi Thalib ini, yaitu makan yang terletak di Karbala. Yang satu adalah makan Husein Ibn Ali sedangkan yang satu lagi makam Abbas yang juga syahid bersama Husein di Karbala.

Baca Juga:  Naudzubillah, Inilah Ucapan Imam Bukhari dan Imam Ahmad yang Dipelintir Wahabi

Di Karbala orang-orang Syiah juga melakukan ritual keagamaan seperti yang mereka lakukan di Najaf. Hanya saja kondisi Karbala sedikit lebih menyenangkan dibandingkan kondisi yang ada di Najaf. Karbala dipenuhi dengan perkebunan buah-buahan yang elok dan pengaturan irigasi yang apik.

Selama misiku di Iraq, aku menemukan gambaran suasana yang bisa memberi gagasan hati. Ada sejumlah kejadian yang menunjukkan keinginan masyarakat untuk mengakhiri pemerintahan gubernur yang berkuasa di Iraq.

Mereka mempunyai alasan bahwa gubernur yang ditunjuk Istambul tidak sesuai dengan aspirasi yang berkembang di Iraq. Gubernur tersebut tidak mempunyai pengetahuan yang memadai untuk menjadi gubernur selain itu ia juga bersikap kejam. Dia itu hanya sok bijaksana. Tentu saja rakyat tidak menyukainya.

Orang Sunni sendiri tidak bisa berbuat banyak akan hal ini, karena gubernur bisa mengatasai gerak mereka, tentu ini sama sekali tidak menguntungkan mereka. Pengikut Syiah di sisi lain tidak puas dengan tindakan Istambul ini karena di antara mereka ada “Sayyid” dan “Syarief” keturunan nabi yang menurut mereka lebih berhak untuk dipilih menjadi gubernur. (Sayyid keturunan Sayyidina Husein Ra dan Syarief keturunan Sayyidina Hasan Ra).

Rata-rata orang Syiah berada dalam kondisi yang kurang beruntung. Hidup dalam lingkungan yang menggenaskan. Lalu lintas yang kurang nyaman dari para pembegal. Para preman jalanan sering menyerang kafilah bila aparat keamanan tidak ada disana. Karena itu, pemerintah Turky menunjuk seorang detasemen yang bertugas khusus mengawal para kafilah saat melewati gerombolan preman tersebut.

Baca Juga:  Peranan Mr. Hempher Terhadap Gerakan Muhammad bin Abdul Wahab (Bag 10)

Selain dari itu, penganut Syiah senang berperang dan saling membunuh. Buta huruf merupakan potret kebodohan masih menjadi pemandangan umum terlihat. Situasi ini mengingatkan saya saat Eropa berada di bawah naungan para pendeta. Yang terdidik hanyalah pemuka agama yang berada di Najaf dan Karbala dan sebagian kecil dari mereka. Hampir bisa di pastikan hanya satu dari seribu orang yang mengerti tentang baca tulis.

Saat ekonomi Iraq mengalami kemunduran, banyak dari mereka menderita kelaparan serta kerja para pejabat tidak beres. Orang Syiah mengajukan protes terhadap pemerintahan Istanbul. Dalam kondisi semacam ini saya melihat rakyat Iraq memandang satu sama lain dalam kecurigaan. Sebagai konsekwensi logis, hubungan di antara mereka tentu saja tidak harmonis.

Kemudian yang terjadi selanjutnya adalah para pemuka Syiah mengkritik pedas orang-orang Sunni yang berada di pemerintahan. Mereka (Syiah) mengatakan pemerintah mengabaikan pendidikan, perekonomian, agama, dan urusan-urusan dunia lainnya.

Saya tinggal di Karbala dan Najaf hanya selama empat bulan…

Besambung…

1 Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *