Perang Riddah, Sejarah Kelam Kemurtadan Bangsa Arab setelah Nabi Wafat

perang riddah

Pecihitam.org – Perang Riddah atau Perang Melawan Kemurtadan, adalah serangkaian konflik militer antara kaum Muslimin melawan pemberontakan beberapa suku Arab. Perang ini terjadi setelah Rasulullah Saw wafat yang dilancarkan oleh Khalifah Abu Bakar selama tahun 632 dan 633 M.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Pemberontakan-pemberontakan kaum Arab dalam historiografi Islam pada masa itu dianggap bersifat keagamaan, dikarenakan ada salah seorang pengikut Nabi Muhammad Saw yang kemudian mengaku sebagai seorang nabi yaitu, Musailamah.

Sedangkan menurut sejarawan lain, pemberontakan-pemberontakan itu lebih bersifat politis, dan memiliki aspek keagamaan lainnya yaitu, Madinah telah menjadi pusat sistem sosial dan politik, yang di dalamnya agama menjadi bagian penting; akibatnya tidak terelakkan lagi bahwa reaksi melawan sistem ini juga memiliki aspek keagamaan.

Daftar Pembahasan:

Nabi Muhammad Wafat

Pada 12 Rabiul Awwal 11 Hijriyah atau bertepatan dengan 3 Juni 632 Masehi, Nabi Muhammad SAW berpulang ke rahmatullah. Setelah tersiar kabar wafatnya beliau Saw, para sahabat sangat terkejut.

Umar bin Khattab yang duduk di tengah mereka tidak terima dengan kabar itu. Ia mengatakan bahwa Rasulullah tidak wafat, melainkan sedang pergi menghadap Tuhan-nya. Umar terus mengancam bahkan mau membunuh siapa saja yang mengatakan bahwa Rasulullah telah wafat.

Ketika tersiar kabar Rasulullah wafat, Abu Bakar sudah pulang ke rumahnya di Sunh di pinggir kota Madinah. Lalu, bergegaslah ia menuju rumah Aisyah. Dilihatnya Nabi Muhammad SAW sudah diselubungi kain di salah satu bagian rumahnya.

Abu Bakar lantas menyingkap kain itu dari wajah Rasulullah Saw lalu menciumnya dan berkata: “Alangkah sedapnya sewaktu engkau hidup, dan alangkah sedapnya waktu engkau wafat.”

Setelah itu, Abu Bakar segera keluar lalu berkata kepada mereka: “Saudara-saudara! Barangsiapa menyembah Muhammad, Muhammad sudah meninggal. Tetapi barangsiapa yang menyembah Allah, Allah selalu hidup, tak pernah mati.” Kemudian Abu Bakar membaca firman Allah surat Ali Imran ayat 144,

Baca Juga:  Kaab bin Zuhair; Penulis Burdah Pertama, Mantan Pembenci Nabi Muhammad

وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِهِ ٱلرُّسُلُ ۚ أَفَإِي۟ن مَّاتَ أَوْ قُتِلَ ٱنقَلَبْتُمْ عَلَىٰٓ أَعْقَٰبِكُمْ ۚ وَمَن يَنقَلِبْ عَلَىٰ عَقِبَيْهِ فَلَن يَضُرَّ ٱللَّهَ شَيْـًٔا ۗ وَسَيَجْزِى ٱللَّهُ ٱلشَّٰكِرِينَ

“Muhammad hanyalah seorang Rasul; sebelumnya pun telah berlalu rasul-rasul. Apabila dia mati atau terbunuh kamu akan berbalik ke belakang? Barangsiapa berbalik ke belakang sama sekali tak akan merugikan Allah, tetapi Allah akan memberi pahala kepada orang-orang yang bersyukur.”

Umar bin Khattab yang mendengar itu, seketika jatuh tersungkur dan baru meyakini bahwa Rasulullah telah wafat.

Pergantian Khalifah

Setelah Rasulullah wafat dan sedang menunggu dimakamkan, sebagian kaum muslimin mengadakan pertemuan di Safiqah (balai kota) Bani Saidah. Mereka membicarakan siapa sosok yang tepat untuk menggantikan posisi Nabi sebagai khalifah.

Kelompok Anshar mengusulkan Sa’ad bin Ubadah. Kabar itu terdengar para sahabat dan keluarga yang sedang mengurus jenazah Nabi. Lalu tiga orang sahabat yakni Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Abu Ubaidah bin Jarrah menyusul ke pertemuan.

Saat kaum Anshar bertemu kaum Muhajirin, terjadilah perdebatan. Masing-masing bersikukuh mengajukan calon pemimpin pengganti Nabi. Perundingan tak juga mencapai titik temu. Hingga Abu Ubaidah menyampaikan: “Sahabat-sahabatku dari kalangan Ansar, kalian adalah pihak yang pertama menolong dan membela agama Islam. Oleh karena itu, janganlah kamu menjadi orang pertama yang memecah belah dan merusaknya,” ujar Abu Ubaidah.

Setelah suasana tenang, akhirnya terpilihlah Abu Bakar sebagai pengganti Nabi. Alasan terpilihnya Abu Bakar yakni:

  • Sahabat nabi yang paling senior.
  • Selalu dekat dengan Rasulullah sehingga tahu cara memimpin umat dan negara.
  • Dermawan sehingga kekayaan yang dimilikinya dapat digunakan untuk perjuangan umat.
  • Disegani kamu Quraisy karena tegas, cerdas dan mau bekerja keras.
  • Pernah menggantikan Nabi sebagai imam shalat ketika Nabi sakit
Baca Juga:  3 Sahabat Nabi Yang Memiliki Suara Merdu Selain Bilal

Kemurtadan

Jazirah Arab terdiri dari banyak kabilah, negara, ras dan suku yang bermacam-macam. Dilain sisi, sesaat setelah Rasulullah Saw wafat dan beritanya pun tersebar, banyak orang Arab yang murtad (keluar dari Islam) dan tidak mau membayar zakat.

Ada banyak sebab kemurtadan yang terjadi saat Itu, salah satunya adalah kurangnya iman dalam hati setiap kabilah Arab. Mereka hanya berlindung atas nama keimanan, namun belum pernah merasakan kenikmatannya. Setelah nabi wafat, ketidaksetiaan mereka terhadap Islam kemudian nampak, sebagaimana kaum munafik pada saat Perang Uhud danTabuk.

Sebenarnya, bibit gerakan pemurtadan itu sudah muncul sebelum Rasulullah Saw wafat. Namun, saat itu, nyalanya dapat diredupkan dengan wibawa kenabian dan kekuatan pengaruh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Sebagai contoh Musailamah bin Habib di Yamamah yang menyatakan bahwa dirinya adalah nabi setelah Rasulullah. Juga Aswad Ansi di Yaman yang mengatakan bahwa dia nabi sekaligus tukang sihir.

Itulah sebabnya setelah mendengar berita Rasulullah wafat dan Abu Bakar diangkat menjadi khalifah, mereka menjadi murtad dan banyak Kabilah yang menyatakan tidak lagi tunduk pada kekuasaan Madinah. Mereka mulai menganggap bahwa zakat itu sama dengan keharusan membayar pajak, oleh karena itu mereka menolak..

Banyak hambatan ketika Abu Bakar menggantikan Rasulullah sebagai pemimpin. Karena sedang dalam masa transisi yang menimbulkan kekhawatiran bagi seluruh umat Islam ketika itu.

Gerakan pemberontakan itu bangkit, aktif, dan menyebar hingga semenanjung Arab, terkecuali Makkah, Madinah, dan Thaif yang tetap berpegang teguh pada Islam serta menjaga keberlangsungannya.

Perang Riddah

Begitu Rasulullah wafat, pemberontakkan dan kemurtadan menjalar ke seluruh jazirah Arab. Mengetahui hal itu khalifah Abu Bakar merespon dengan keras dan bangkit mengajak kaum Muslimin untuk memeranginya.

Ada hal yang menarik terkait dengan pendirian Abu Bakar untuk memerangi kaum Riddah (Murtad). Seperti telah diketahui bahwa Abu Bakar adalah sahabat yang terkenal lembut dan halus, namun untuk masalah ini Abu Bakar sangat keras.

Baca Juga:  Ketika Virus Mujassimah Melanda Pengikut Madzhab Hanbali

PendirianAbu Bakar awalnya tidak disetujui oleh sahabat Umar bin Khattab. Umar menolak pandangan Abu Bakar dan memintanya untuk mengampuni mereka yang menolak membayar zakat selama mereka masih mengerjakan kewajiban lain.

Akan tetapi Khalifah Abu Bakar tetap bersikeras bahwa mereka yang menolak membayar zakat dan murtad harus diperangi. Dan itulah awal dari perang Riddah yang memakan waktu hampir satu tahun lamanya. Ratusan bahkan ribuan orang terbunuh dalam perang Riddah.

Meski demikian, penduduk Madinah dengan Abu Bakar sebagai khalifah dan jumlah Muslim yang tidak seberapa dapat berdiri tegak di hadapan pasukan besar yang terdiri atas suku Abs, Dzubyan, Ghathfan, Fazarah, dan Thai.

Pertempuran saat itu telah membuktikan kepada orang Arab bahwa kaum Muslimin mampu menghalau semua musuh bahkan dalam kondisi minim pasukan sekalipun. Kemenangan kaum Muslimin dalam peperangan kali ini punya pengaruh baik, apalagi dalam catatan sejarah Islam.

Setelah pertempuran berakhir banyak kabilah yang kembali kepada Islam. Banyak pula utusan kabilah yang membayarkan zakat kepada pemerintahan Khalifah Abu Bakar. Di antara mereka yang pertama menunaikan kewajiban zakat adalah Shafwan ibn Shafwan, Zabarqan ibn Badr dari Bani Tamim, dan Adi ibn Hathim Al-Thai yang merupakan salah seorang ketua Bani Thai.

Wallahua’lam.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik