Hubungan Perkembangan Majlis Taklim di Indonesia dengan Metode Pengajaran Islam

Hubungan Perkembangan Majlis Taklim di Indonesia dengan Metode Pengajaran Islam

Pecihitam.org- Perjalanan perkembangan majlis taklim di Indonesia, memiliki akar sejarah yang kuat. Kegiatan-kegiatan pembinaan agama Islam seperti yang dilakukan pada kegiatan pengajian di majelis-majelis taklim ini telah berkembang sejak masuknya agama Islam ke kawasan Nusantara ini.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Seperti diketahui, perkembangan Islam di Indonesia disebarkan oleh para wali melalui gerakan dakwah dalam bentuk pengajian-pengajian terbatas yang diadakan di mesjid-mesjid, mushala-mushala, madrasah-madrasah, ataupun di rumah-rumah.

Kegiatan pembinaan Islam ini berlangsung sangat sederhana, tanpa organisasi formal, tanpa kurikulum resmi, ataupun aturan-aturan lainnya. Kegiatankegiatannya berlangsung dengan mengikuti kehendak seorang guru yang menjadi figur sentral komunitas itu.

Bila kemudian keadaan ini dikaitkan dengan konsep pendidikan modern, barangkali, bentuk pendidikan seperti inilah yang kemudian disebut sebagai bentuk pendidikan non-formal.

Karena itu, boleh jadi, kegiatan pengajian di majelis-majelis taklim ini merupakan lembaga pendidikan agama Islam tertua di kalangan masyarakat Islam Indonesia.

Pada perkembangan selanjutnya, kegiatan pengajian di majelis-majelis taklim ini sebagian berjalan dengan meninggalkan ciri-ciri lama. Kemudian tumbuh menjadi lembaga pendidikan Islam non-formal yang memiliki kurikulum tersendiri, di-selenggarakan secara berkala dan teratur serta diikuti oleh jumlah jamaah yang cukup banyak.

Baca Juga:  Sunan Kudus dan Kisah Perang Kerajaan Demak Islam Melawan Majapahit

Akhirnya, bentuk pembinaan agama Islam seperti ini kemudian berkembang menjadi lembaga pendidikan pesantren dan madrasah. Akan tetapi, meskipun sebagian kegiatan pengajian di majelis-majelis taklim kini berkembang menjadi lembaga pendidikan Islam, baik formal maupun non-formal.

Namun sebagian besar kegiatan pengajian di majelis taklim, khususnya di Jawa Barat, masih tetap berjalan dengan cara dan karakteristik yang lama, yakni menjadikan mesjid, mushala dan madrasah sebagai tempat kegiatan utamanya dan masih tetap dibutuhkan banyak masyarakat.

Meningkatnya frekuensi kegiatan pengajian di majelis-majelis taklim seperti tersebut di atas, muncul berbarengan dengan meningkatnya gairah ke-hidupan beragama di kalangan masyarakat saat ini.

Sejauh ini, kehidupan beragama di kalangan masyarakat Indonesia memperlihatkan semangat baru. Semangat untuk kembali pada upaya pemenuhan kebutuhan ganda; materil dan spiritual. Mesjid-mesjid ramai oleh kegiatan remaja mempelajari Islam.

Di kampus-kampus para mahasiswa giat mengikuti forum-forum pengkajian Islam secara intensif. Kegiatan pengajian wanita bertambah variasinya, bukan hanya terbatas pada kegiatan-kegiatan pengajian agama Islam di mesjid-mesjid atau di madrasah-madrasah, tapi juga dalam kegiatan-kegiatan sosial keagamaan lainnya.

Bahkan kegairahan untuk mempelajari Islam ini, baik sebagai ilmu maupun sebagai tuntunan hidup, juga muncul pada komunitas dan instansi-instansi tertentu, negeri ataupun swasta, yang tergolong elit.

Baca Juga:  Faktor Penyebab Kemajuan dan Kemunduran Dinasti Abbasiyah

Semua kecenderungan di atas menandakan bahwa perkembangan pengajian di majlis taklim yang semula tumbuh atas dasar dukungan anggota masyarakat kelas menengah ke bawah, baik dilihat dari sudut ekonomi maupun pendidikannya, lambat laun mengalami perubahan.

Di mana kegiatan-kegiatan pengajian agama Islam akan menjadi alternatif positip yang tumbuh dan berkembang atas dukungan anggota masyarakat kelas “atas”, dengan identitas dan prototipe yang mungkin berbeda.

Pada gilirannya, kemungkinan bermunculannya bentuk-bentuk kegiatan pengajian baru atas dukungan anggota masyarakat kelas “atas” ini, akan membawa perubahan cara pendekatan yang digunakan dalam menyebarkan dan mendalami ajaran Islam.

Di mana, kalau selama ini pendekatan ceramah merupakan pendekatan dominan yang digunakan dalam kegiatan pengajian di majelis taklim, dan umumnya para jamaah menerima saja apa adanya pesan-pesan Islam yang disampaikan para ustadznya.

Maka pada kegiatan pengajian yang muncul atas dukungan angota masyarakat kelas “atas”, sesuai dengan watak jamaahnya yang kritis dan tidak mudah menerima informasi apa adanya.

Mungkin pendekatan dialogis akan menjadi pendekatan dominan yang digunakan dalam menyampaikan (membahas) ajaran-ajaran Islam. Bila hal ini terjadi, tentu saja, akan semakin menambah semaraknya kegiatan-kegiatan pengajian agama Islam di tanah air ini.

Baca Juga:  Menurut HTI, Pancasila Kufur? Indonesia Menjawab

Seiring dengan makin pesatnya perkembangan ragam dan kuantitas majelis taklim, maka sejatinya seperti diungkap pada bagian awal, orientasi pembinaan ke-Islam-an pun harus seiring pula dengan peningkatan kualitas ke-Islam-an masyarakat atau para jamaah yang menjadi binaannya.

Oleh karena itu, hal yang amat penting dan mendasar dalam kegiatan pembinaan keIslam-an di majelis taklim ini adalah bagaimana ia mampu menanamkan atau menginternalisasikan nilai-nilai ajaran Islam kepada masyarakat secara mendalam, sehingga ia menjadi watak yang mempribadi dalam seluruh aspek kehidupannya.

Mochamad Ari Irawan