Pesan Perdamaian Sayyidina Ali Melalui Makam Nabi Danial

Pesan Perdamaian Sayyidina Ali Melalui Makam Nabi Danial

PeciHitam  – Nabi Danial merupakan salah seorang Nabi asal Palestina yang diutus kepada Kaum Bani Israil jauh sebelum kedatangan Nabi Musa dan Nabi Isa. Menurut para sejarawan, Nabi Danial merupakan keturunan keempat Nabi Yakub. Banyak riwayat para sahabat yang menceritakan seputar keutamaan Nabi Danial.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Sekitar abad ke-7 sebelum Masehi, Raja Syrus memberikan posisi penting kepada Nabi Danial dalam pemerintahannya. Keberhasilan Nabi Danial memperoleh posisi tersebut justru menimbulkan kecemburuan di lingkungan istana.

Lingkungan Istana yang iri dengan posisi Nabi Danial membujuk raja untuk menjadikannya tawanan. Demi menyingkirkan Nabi Danial dari istana, para peramal kerajaan menyampaikan ramalannya, bahwa pada malam ini dan ini akan ada seseorang yang akan menghancurkan kerajaannya.

Sang raja pun khawatir akan ramalan tersebut. Singkat cerita, Nabi Danial ditawan dan dibawa oleh raja tersebut dan dijebloskan ke dalam sumur, di dalamnya terdapat dua ekor singa yang siap kapan saja memangsanya.

Atas izin Allah, Nabi Danial justru selamat dari terkaman singa-singa tersebut. Tersiarlah kabar ini ke seluruh penjuru negeri yang akhirnya menjadikan nama Nabi Danial lebih dikenal oleh khalayak luas.

Baca Juga:  Ketika Umat Islam Belum Mampu Bedakan Penceramah dengan Ulama

Bahkan sekarang ini, kompleks pemakaman Nabi Danial seolah merupakan penyatu para pengikut ajaran Ibrahimi, meliputi Yahudi, Kristen maupun Islam.

Makam Nabi Danial merupakan salah satu situs favorit di kota Shush yang terletak di selatan Iran, tepatnya di provinsi Khozestan. Kota Shush, saksi sejarah kejayaan imperium Persia Kuno. Letak Makam Nabi Danial pertama kali ditemukan oleh para sahabat.

Mereka menemukan makam Nabi Danial saat terjadi peristiwa perluasan wilayah di masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab. Perluasan wilayah ini bermaksud untuk memperluas jangkauan dalam penyebaran agama Islam ke tanah Persia melalui kawasan Irak.

Kemudian pada masa dinasti Safavi, dibangunlah kubah sederhana di makam Nabi Danial dengan tujuan agar para peziarah lebih nyaman dalam berdoa. Sedangkan pada tahun 1908 Masehi, kompleks makam tersebut dibangun atas inisiatif seorang ulama yang bernama Syaikh Ja’far Shushtari. Ciri khas yang tampak dari kompleks makam ini ialah kubah runcing yang berwarna kecoklatan. Mereka sering menyebutnya Arcin.

Adapun filosifi dari model bangunan kubah yang berundak merupakan gambaran tangga menuju Sang Kuasa. Ujungnya yang runcing menggambarkan bahwa hanya orang-orang yang terpilih saja yang mampu menggapai tingkat hakikat-Nya.

Baca Juga:  Syekh Yusuf: Tidak Ada Tasawuf Bagi Orang Yang Tidak Berakal

Salah satu riwayat sahabat yang menyebutkan keutamaan Nabi Danial, yaitu riwayat dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib: (من زار اخی دانیال کمن زارنی) yang artinya: “Barang siapa berziarah kepada saudaraku, Nabi Danial, maka ia seperti berziarah kepadaku”.

Jika dimaknai lebih luas, dalam riwayat tersebut terdapat kata (اخی) yang berarti saudaraku. Kata akhi yang digunakan oleh Sayyidina Ali ditujukan kepada Nabi Daniel yang notabenenya berasal dari kaum Yahudi. Seolah Sayyidina Ali ingin mengajarkan kepada kita tentang arti persaudaraan dan perdamaian antar bangsa, agama bahkan umat manusia.

Sayyidina Ali saja mau mengakui Nabi Danial yang notabenenya merupakan Nabi bagi kaum Bani Israil. Kita malah di masa sekarang ini justru memperlebar jarak antar umat beragama, bangsa bahkan sesama manusia. Seperti itu pesan perdamaian yang ingin disampaikan oleh Sayyidina Ali kepada kita semua.

Akhir-akhir ini kita lupa dan sering kali tanpa sadar menyebabkan pertikaian yang mengatasnamakan agama. Padahal ajaran cinta dan kasih sayang merupakan inti ajaran berbagai agama. Sebab, hanya perlu menjadi manusia untuk dapat memahami cinta dan kasih sayang tanpa memberi sekat-sekat baik agama maupun suku bangsa.

Baca Juga:  Khalid Basalamah Salah Memahami Tabarruk, Ini Kritik dari Santri

Sebagaimana kalimat yang sering dikutip oleh Gus Dur yang bersumber dari pesan Sayyidina Ali, bahwa “Yang bukan saudaramu seiman, ia adalah saudaramu dalam hal kemanusiaan.” Bahkan pesan perdamaian ini sering kali dilontarkan oleh Gus Dur dalam beberapa kesempatan.

Mohammad Mufid Muwaffaq