Pesantren dan Masa Depan Moderasi Beragama di Indonesia

Pesantren kediri

Pecihitam.org – Pesantren merupakan lembaga pendidikan paling tua di Indonesia. Pesantren sudah berdiri sejak sebelum Indonesia merdeka. Ada yang menyebutkan bahwa pesantren sudah berdiri sejak masa awal masuknya Islam dengan wali songo sebagai penggagasnya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Ada informasi lain yang menjelaskan bahwa pesantren tertua adalah pesantren yang didirikan oleh Kiai Hasan Besari di Ponorogo yang didirikan sejak paruh pertama abad ke 18 Masehi. Dari sekian informasi sejarah tersebut, tak dapat dipungkiri bahwa pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua di Indonesia

Selain menyandang gelar sebagai pendidikan tertua di Indonesia, pesantren juga memiliki kontribusi besar terhadap masyarakat yang hidup di wilayah yang disebut sebagai negara Indonesia saat ini. Pada masa awal perkembangannya, pesantren memiliki peran mengembangkan literasi dengan memperkenalkan aksara Arab ke dalam masyarakat Indonesia.

Kemudian, pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia, pesantren memiliki kontribusi besar yang turut memerdekakan Indonesia dari penjajahan Jepang dan Belanda. Melalui fatwa resolusi jihad KH. Hasyim Asy’ari, berhasil memobilisasi perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari rampasan tentara Sekutu yang diboncengi NICA.

Baca Juga:  Najwa Shihab: Pesantren Jadi Rumah Pemersatu Anak Bangsa

Selain peran-peran perjuangan kemerdekaan, pesantren juga memiliki peran dalam mengembangkan diskursus Islam moderat. Dengan wawasan keislaman yang tidak ekstrem tersebut, sangat layak pesantren disebut sebagai pelopor dari moderasi beragama di Indonesia.

Pada tulisan ini, kita akan menelisik perihal status kelayakan pesantren sebagai pelopor moderasi beragama di Indonesia. Kelayakan pesantren sebagai role model moderasi beragama ini bisa kita tarik dari beberapa aspek yang menurut acuan konsep moderasi beragama Kementerian Agama RI.

Aspek pertama adalah komitmen kebangsaan. Sepertinya terkait dengan persoalan komitmen kebangsaan ini, pesantren sudah tak ada masalah. Dalam pemahaman kalangan pesantren, bentuk negara Pancasila sebagaimana negara Indonesia saat ini merupakan bentuk final dalam bernegara.

Kalangan pesantren berkomitmen sepenuhnya dengan Pancasila sebagai konstitusinya. Pesantren bahkan menjadikan nasionalisme sebagai bagian dari iman. Kredo demikian itu terdapat pada dalil populer dari kalangan pesantren bahwa “Hubbul wathan minal iman”, yang artinya mencintai bangsa adalah sebagian dari iman.

Baca Juga:  Peran Media Hebohkan Disertasi Abdul Aziz

Kemudian, aspek kedua dalam moderasi beragama adalah toleransi. Karena kalangan pesantren dalam kehidupan bernegara menggunakan konstitusi Pancasila. Maka sudah dengan secara otomatis tidak mempersoalkan kembali perbedaan yang ada dalam masyarakat Indonesia. Semua pihak memiliki kedudukan yang sama di hadapan hukum nasional.

Bahkan, saat ini kalangan pesantren merupakan salah satu eksponen bangsa yang paling terdepan dalam menyuarakan kampanye-kampanye toleransi dalam masyarakat Indonesia. Ada sebagian pengamat yang menyebut bahwa pesantren merupakan salah satu benih penting bagi masa depan toleransi di Indonesia.

Kemudian, aspek ketiga moderasi beragama adalah anti kekerasan. Terkait dengan persoalan ini, sejarah perkembangan pesantren menunjukkan bahwa pesantren dalam mengembangkan dakwahnya di Indonesia tak pernah melalui jalur pemaksaan dan kekerasan. Pesantren dalam menyebarkan dakwah Islam selalu melalui jalur persuasif tanpa kekerasan.

Komitmen dakwah yang anti kekerasan tersebut sampai saat ini terus masih dilestarikan oleh kalangan pesantren. Kalangan pesantren tak pernah terlibat dalam kasus kekerasan antar agama yang terjadi di Indonesia saat ini. Pesantren tidak pernah melakukan sweping saat bulan Ramadhan dan melakukan kekerasan terhadap minoritas.

Baca Juga:  Di Balik Wacana Pemulangan Kombatan ISIS, Ada Apa?

Kemudian, aspek terakhir dari moderasi beragama adalah akomodatif terhadap kearifan lokal. Terkait dengan aspek terakhir ini, pesantren sudah tidak perlu diragukan lagi. Dari awal penyebaran dakwah keislamannya, pesantren sudah menggunakan kearifan lokal . Misalnya, Sunan Kalijaga dengan menggunakan wayang sebagai medium dakwahnya.

Demikianlah fakta bahwa pesantren menjadi aktor penting dalam mengembangkan moderasi beragama di Indonesia. Selama pesantren masih terus berkembang, maka kita tak perlu mengkhawatirkan masa depan moderasi beragama di Indonesia.

Walaupun banyak kaum ekstremis yang melakukan kekerasan dan Intoleransi, namun selama masih ada puluhan ribu pesantren yang menggerakkan moderasi beragama, masalah ekstremisme tak perlu terlalu dikhawatirkan. Wallahua’lam.