Rahasia Wali Besar Hadramaut Pengarang Qasidah Sa’duna Fiddunya

sa'duna fiddunya

Pecihitam.org – Siapa yang tak kenal dengan syair Qasidah Sa’duna Fiddunya. Qasidah ini begitu populer setelah wafatnya Syaikhina KH Maimun Zubair. Sebab sering di berbagai majelis Mbah Maimoen menyenandungkan Qasidah ini.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Qasidah Sa’duna Fiddunya ini ditulis oleh seorang wali besar asal Quwairoh ( dibaca ‘Guweireh’) Hadhramaut, yaitu Al-Habib Ahmad Bin Muhammad Al-Muhdhor. Habib Ahmad dikenal memiliki kecintaan yang luar biasa kepada Ibunda Khodijah ra.

Beliau bahkan seringkali mendapatkan pesan khusus dari Sayyidah Khodijah ra. Yang begitu Masyhur adalah sebuah kejadian yang terjadi Sekitar tahun 1250 H ketika beliau bermukim di Mekkah.

Dikisahkan, saat itu merupakan hari Jumat dan terik matahari memanggang kota Mekkah. Masjidil Haram pun tengah disesaki jamaah. Seorang khatib berdiri di atas mimbar dan ia membacakan sebuah khotbah yang begitu panjang.

Karena lama sekali sang khatib berkhutbah hingga keringat para jamaah becucuran deras tersiksa oleh sengatan sinar matahari. Maklum, saat itu bertepatan musim panas. .

Usai khutbah, sang khatib lanjut mengimami shalat jumat. Anehnya, shalat ini dilakukan dengan sangat cepat. Surat yang ia pakai pun yang pendek-pendek.

Setelah salam, Habib Ahmad bin Muhammad al-Muhdor yang sedari tadi menjadi makmum menghampiri khatib. Tangannya menggenggam sebatang tongkat. Lalu tanpa diduga, sang habib menggebuk khatib dengan tongkat sembari berkata-kata lantang,

“Kamu telah membolak-balik sunnah Rasulullah SAW. Mestinya kamu meringkas khotbah dan sedikit memanjangkan shalat.”

Khatib itu berteriak kesakitan. “Hai orang-orang, aku dipukuli seorang Hadrami…!

Baca Juga:  Rahasia di Balik Anjuran Membaca Al-Kahfi Pada Hari Jumat (Bagian II): Tentang Adab Menuntut Ilmu

Habib Ahmad menimpali, “Aku bukan Hadrami,” ia lalu bersenandung, Kami mengenal Batha’ (sebuah daerah di Mekah) dan ia mengenal kami Bukit Shafa dan Baitullah (Ka’bah) mencintai kami.

Kota Mekkah menjadi geger, Sang Amir Kerajaan (Muhammad bin Awan) geram. Ia lalu memeerintahkan polisi untuk menangkap Habib Ahmad dan menghukumnya di depan khalayak umum.

Warga Hadrami pun resah. Mereka mengkhawatirkan nasib habib mereka tercinta itu.

“Tak usah khawatir! Ibundaku, Khadijah binti Khuwailid, selalu bersamaku,” jawab Habib Ahmad menenangkan. “Aku akan berlindung di tempatnya.” lanjutnya.

Saat itu juga Habib Ahmad bergegas ke kubah Sayyidah Khadijah Al Kubro, istri mulia Baginda Nabi Muhammad Saw. Para polisi pun mengejar di belakangnya.

Setelah sampai di depan kubah, peristiwa ajaib terjadi, pintu kubah terbuka dengan sendirinya. (Dahulu diatas makam Sayyidah Khodijah dibangun Qubah megah yang kemudian dihancurkan Kaum Wahhabi) Habib Ahmad masuk, dan pintu itu tertutup kembali. Para polisi Mekkah berusaha membuka, namun tak kuasa.

Mereka lalu menemui juru kunci kubah dan meminta kunci. Namun ia enggan menyerahkan. “Takkan ku­berikan kunci ini kepada siapa pun.” Akhirnya para polisi tadi mengambil secara paksa.

Mereka kemudian berhasil membuka pintu kubah, dengan kunci yang dibawa. Namun, Habib Ahmad tak ditemukan, ia seperti raib di menghilang diperut bumi.

Mereka kemudian melapor pada Sang Amir perihal kejadian luar biasa itu. Sang Amir pun merasa takjub. la lalu mecari informasi dan menanyai warga Hadrami mengenai siapa sebenarnya Habib Ahmad.

Baca Juga:  Pertemuan Jamaah Tabligh di Gowa Ketika Corona; Wujud Keimanan atau Kebodohan?

Setelah mengetahui siapa sejatinya sosok habib Ahmad yang alim itu, ia pun semakin takjub. Penguasa Mekah itu kemudian mengadakan jamuan istimewa untuk Habib Ahmad sebagai tanda maaf. Habib Ahmad pun menyambut hangat.

Di tengah jamuan itu, Sang Amir tadi membujuk Habib Ahmad agar bersedia menetap di Mekkah. Sang Habib tidak langsung menjawab. “Aku tanyakan dulu kepada ibundaku, Khadijah Al-Kubra,” kata Beliau.

Beberapa hari kemudian, Habib Ahmad mendatangi Syarif dan memberi kabar, “Maaf Amir, Ibunda Khadijah menghendaki aku untuk kembali ke Quwereh”.

Dari kejadian itulah kemudian beliau dikenal sebagai “anak kesayangan” Sayyidah Khodijah. Qosidah-Qasidah karya Habib Ahmad tak pernah sepi dari pujian untuk Ummul Mu’minin Khodijah ibunda Az Zahra. (Termasuk Qosidah kegemaran Mbah Maimoen Zubair: Sa’duna Fiddunya).

Karena keilmuannya yang tinggi, Habib Ahmad juga dikenal keras dalam mujahadah. Bahkan jauh hari sebelum meninggal, beliau telah menyiapkan liang kuburnya sendiri yang berada di sebelah masjidnya.

Setiap hari beliau luangkan waktu berbaring di liang tersebut sembari membaca Alquran. Menurut riwayat hingga beliau pernah khatam 7000 kali di dalam liang kubur itu sebelum akhirnya meninggal dunia.

Namun, di balik kekhusyu’an dalam beribadah beliau juga sering menampakkan diri sebagai sosok yang jenaka dan suka bergurau. Bahkan pernah gurauaannya keterlaluan, hingga ia menyesal dan berniat takkan bergurau lagi. Akan tetapi beliau langsung ditegur Rasulullah SAW dalam mimpi agar meneruskan kebiasaannya bergurau.

Baca Juga:  Inilah 8 Penyebab Gangguan Kepribadian Menurut Imam Al Ghazali

Pada tahun 1304 H, akhirnya Habib Ahmad wafat menyusul ibundanya, dalam usia 87 tahun. Beliau meninggalkan beberapa putra yang shaleh salah satunya ialah “Habib Muhammad bin Ahmad al-Muhdor, Bondowoso”. Seorang ulama yang pernah meramaikan dakwah di Nusantara, yang makamnya terletak di Ampel Surabaya.

سعدنا في الدنيا * فوزنا في الأخرى

Kebahagiaan kami di dunia dan keberuntungan kami di akhirat

بخديجة الكبرى * وفاطمة الزهراء

Dengan perantara Khadijah Al Kubro dan Fatimah Az Zahra

يَا أُهَيْلَ الْمَعْرُوْف * وَالْعَطَا وَالْمَأْلُوْف

Wahai pemilik kebaikan. Dan pemberian yang disukai

غَارَةً لِلْمَلْهُوْف * إِنَّكُمْ بِهْ أَدْرَى

Berikanlah kepada orang yang berduka. Sungguh kalian lebih mengerti dirinya

يَا أُهَيْلَ الْمَعْرُوْف * وَالْعَطَا وَالْمَأْلُوْف

Wahai pemilik kebaikan. Dan pemberian yang disukai

غَارَةً لِلْمَلْهُوْف * إِنَّكُمْ بِهْ أَدْرَى

Berikanlah kepada orang yang berduka. Sungguh kalian lebih mengerti dirinya

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik