Sa’ad bin Abi Waqash, Sahabat Nabi yang Gagah Berani pada Barisan Pemanah

Sa'ad bin Abi Waqash, Sahabat Nabi yang Gagah Berani pada Barisan Pemanah

PECIHITAM.ORG – Sa’ad bin Abi Waqash, seorang panglima muslim yang mendapat jaminan surga pada masa Rasulullah SAW. karena eberanian, kekuatan dan kesungguhan imannya.Ia adalah paman Rasulullah SAW dari pihak ibu, Sa’ad bin Abi Waqash.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Ia adalah Sa’ad bin Abi Waqash, salah seorang sahabat sekaligus panglima jendral pasukan Islam dalam perang melawan Persia. Dia juga turut serta dalam peperangan seperti Badar dan Uhud.Di masa khalifah kedua, ia juga dipercayai menjadi panglima pasukan muslimin dalam perang Qadisiyyah dalam menghadapi Sasaniah.

Sa’ad juga diyakini dari kelompok orang orang yang menghidupkan Sunnah Rasul. Ia salah seorang dari sepuluh sahabat yang mendapat jaminan surga, karena keberanian dan keimanannya yang kuat

Sa’ad bin Abi Waqash adalah paman Rasulullah dari pihak ibu. Wuhaib bin ‘Abdi Manaf adalah kakeknya yang hidup di Bani Zuhrah.Wuhaib adalah kakek Sa’ad. Dia adalah paman Aminah binti Wahab, ibu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Orang-orang mengenal Sa’ad sebagai paman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari pihak ibu.

Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melihatnya, beliau merasa bangga kepadanya karena keberanian, kekuatan, dan kesungguhan imannya, maka beliau bersabda, “Ini adalah pamanku. Ibunya bernama Humnah putri Abu Sufyan bin Umayyah Abdu Syams.

Baca Juga:  Biografi Imam An Nawawi Ulama Besar Yang Bergelar Muhyiddin

Sa’ad seseorang dengan postur tubuh yang tidak tinggi dan gemuk, kepalanya besar, rambutnya lebat dengan potongan rambut yang pendek. Ia dikenal sebagai pemuda yang serius dan berakhlak baik, terkadang mengenakan mantel bulu dan juga cincin emas di jarinya.

Dalam riwayat Ahlusunnah disebutkan ia memiliki banyak keutamaan diantaranya termasuk dalam ‘Asyarah Mubasyarah, yaitu 10 sahabat yang dijamin masuk surga, doanya terkabul. Ia meriwayatkan sebanyak 271 hadis dari Nabi Muhammad SAW, ikut serta dalam peperangan.

Ia adalah orang pertama yang dikenal menumpahkan darah musuh di jalan Islam yaitu dengan melukai ‘Ubaid bin Harits, dan yang pertama kali pula mendirikan kekuasaan di Kufah. Ia diangkat sebagai gubernur di Kufah oleh Khalifah Umar. Namun karena mendapat protes dan penolakan dari penduduk Kufah, pada tahun 21 H, ia meninggalkan jabatannya sebagai gubernur.

Sa’ad turut ikut serta dalam perang Badar dan Uhud dan juga dalam Perang Khandaq, Perang Khaibar, serta pembebasan Kota Mekah. Pada saat Fathu Mekah, ia adalah salah seorang dari tiga orang yang memegang bendera Kaum Muhajirin. Pada peperangan yang diikutinya beserta Nabi Muhammad SAW, ia tergabung dalam pasukan pemanah.

Baca Juga:  Abdurrahman al Khazini, Ilmuwan Muslim Pencetus Teori Gravitasi

Menurut riwayat pada masa detik terakhir wafatnya Nabi Muhammad SAW, Sa’ad adalah diantara mereka yang berkumpul di rumah Sayidah Fatimah ra.

Sa’ad makin banyak berperan pada periode kekhalifahan Umar. Ia saat itu diangkat menjadi panglima perang memimpin pasukan Islam dalam perang Qaddasiyah menghadapi Kerajaan Sasanian pada akhir tahun 16 H.

Ia juga diangkat oleh khalifah Umar sebagai salah seorang anggota Dewan Syura yang ditugaskan untuk menetapkan khalifah pengganti. Dari litetarur yang ada, keenam orang yang berada dalam dewan syura adalah tokoh-tokoh penting dan memiliki kelayakan untuk menjadi khalifah.

Mereka adalah
1). Ali bin Abi Thalib
2). Utsman bin Affan
3). Abdurrahman bin ‘Auf
4). Sa’ad bin Abi Waqqash
5). Zubair bin ‘Awwam
6). Thalhah bin Ubaidillah

Pasca khalifah Umar wafat, anggota dewan syura berkumpul. Abu Thalhah al-Anshari berdiri di depan rumah untuk mencegah orang-orang lalu lalang di tempat tersebut. Disebutkan, Amru bin Ash dan Mughairah bin Syu’bah duduk di sisi tempat rapat yang mana kehadiran keduanya diprotes oleh Sa’ad bin Abi Waqash.

Baca Juga:  Tiga Fase Perjalanan Hidup Ibnu Athaillah As-Sakandari hingga Menjadi Sufi Terkenal

Ia berkata, “Apa maksud kalian duduk di tempat ini? Apa hendak mengaku kelak kalian juga adalah bagian dari syura dan turut hadir di dalamnya?”

Dari riwayat tersebut dapat diketahui bahwa betapa penting Sa’ad bin Abi Waqash memandang rapat syura tersebut.

Demkian biografi Saad bin Abi Waqash. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat..

Faisol Abdurrahman